Ketrampilan membuat simpul / tali-temali hanya bisa didapat melalui latihan / praktek secara terus-menerus. Latihan / praktek yang hanya dilakukan sesekali apalagi tidak dengan konsentrasi penuh hanya akan membuat bosan.
Ada orang yang langsung bisa membuat simpul / tali-temali dengan hanya sekali baca buku petunjuk dan langsung praktek. Ada orang yang harus membaca berkali-kali sebelum akhirnya paham bagaimana mempraktekkaannya. Itupun belum tentu langsung bisa.
Orang memang berbeda-beda daya tangkap dan bakatnya.
Yang penting adalah : jangan mudah bosan, jangan mudah menyerah, dan selalu berpikir untuk menemukan metode belajar yang paling cocok untuk mengejar "ketertinggalan" dari orang lain.
--------------------
Saya belajar
Bahasa Inggris sejak SMP, sampai SMA, dan kuliah. Nyatanya, saya baru bisa
ngomong Bahasa Inggris waktu hampir selesai kuliah. Bukan karena para guru saya
yang tidak pandai, tetapi memang saya yang "pas-pasan" dalam
kemampuan Bahasa Inggris.
Meskipun
akhirnya saya bisa juga ngomong Bahasa Inggris ----- bahkan 80% pustaka skripsi
Perikanan saya ber-Bahasa Inggris (dan saya terjemahkan sendiri), serta saya
akhirnya bekerja di Bank BNI Bagian Ekspor-Impor & Jasa Transaksi Luar
Negeri (yang menggunakan Bahasa Inggris secara lisan dan tulisan), serta di Texmaco Group saya juga bekerja di Bagian Pemasaran Ekspor (yang pasti harus bekerja menggunakan Bahasa Inggris) ----- belajar
Bahasa Inggris sungguh merupakan proses perjuangan panjang yang harus saya jalani.
Semoga
sekedar "sharing" pengalaman belajar Bahasa Inggris sejak masih SMP
sampai saya dewasa ini dapat menyemangati anak-anak maupun orang tua
yang bakat ber-Bahasa Inggrisnya "pas-pasan" seperti saya.
--------------------
Saya bisa ngomong dalam Bahasa Inggris ketika dalam suatu praktikum
"block system" di Laboratorium Perikanan Undip di Pantai Kartini
Jepara, saya harus belajar langsung dari Dosen asal Inggris. Namanya Doktor
Tony Garthwaite dan Doktor Tony Taylor. (Tentang dua orang Doktor ini, sudah
pernah saya tuliskan di blog ini sebelumnya. Kalau tidak salah, Mei atau Juni
2012). Mereka berdua ini adalah Doktor di bidang Teknologi Pasca Panen (Post Harvest Technology).
Nah, Doktor
Tony Garthwaite dalam praktikum itu menjelaskan kepada saya bahwa "kalau mau bertanya
tentang berapa lama" cukup katakan saja "how long have you been
learning" atau "how long have you been working", dan sebagainya.
Luar biasa.
Sejak itu, saya "tiba-tiba saja" bisa ngomong dalam Bahasa Inggris. Pokoknya, how long have you been ....-ing.
--------------------
Tentu saja,
sebelum bertemu dengan Doktor Garthwaite saya sebenarnya juga sudah mati-matian belajar Bahasa Inggris. Saya sudah hafal macam-macam subjek dalam
Bahasa Inggris : I, you, he, she, we, they. Saya tahu macam-macam bentuk waktu untuk kata kerja : make - made -made. Saya tahu bahwa gerund (misalnya : smoking) sama bentuknya dengan present continuous, tetapi penggunaannya berbeda.
Pokoknya,
kalau sekedar ulangan tertulis pelajaran Bahasa Inggris, nilai saya lumayan juga.
Hanya saja,
kalau ngomong Bahasa Inggris, saya waktu itu tidak bisa.
--------------------
Penyebab saya
dulu tidak bisa ngomong dalam Bahasa Inggris adalah karena saya kurang latihan / praktek
ngomong dalam Bahasa Inggris. Sebab, waktu itu saya takut kalau tidak sempurna. Juga, karena saya tidak "memegang erat" bentuk-bentuk praktis seperti yang diajarkan Doktor Tony
Garthwaite tadi : pokoknya kalau mau tanya berapa lama, katakan
saja how long have you been .....-ing dan sebagainya.
--------------------
Sekali lagi,
tulisan kali ini bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa metode belajar -
mengajar Bahasa Inggris yang digunakan di sekolah perlu diperbaiki. Sebab metode itu tentunya dibuat untuk sebagian besar anak / siswa yang mempunya kemampuan yang standar. Jujur saja, saya mengakui, bahwa kemampuan saya di bawah standar. Jadi, saya sendiri yang memang harus berjuang menemukan metode pelengkap yang cocok buat saya.
Saya
men-sharing-kan pengalaman sejak masa SMP saya seperti apa perjuangan
untuk bisa ngomong dalam Bahasa Inggris (kalau seorang anak memang agak terbelakang dalam kemampuan ber-Bahasa Inggris seperti saya ini). Toh pada
akhirnya saya juga bisa bekerja di bank pada bagian yang bekerja menggunakan Bahasa
Inggris. Di BNI, saya biasa berkomunikasi lewat telepon dan komputer on line dengan petugas bank lain dari
berbagai negara menggunakan Bahasa Inggris. Di Texmaco ----- di Jakarta, Kaliwungu
(Kendal), dan Karawang ----- saya juga sehari-hari ngomong dan menulis dalam Bahasa Inggris (karena
banyak karyawan asing yang tidak bisa ber-Bahasa Indonesia dengan lancar).
--------------------
Apakah
prinsip yang penting banyak latihan, jangan takut (kalau) tidak sempurna, dan pegang erat prinsip-prinsip praktisnya ini hanya
cocok untuk belajar Bahasa Inggris ?
Jawabannya
adalah : tidak.
Sebagai orang
tua yang sekarang ini sedang menemani anak belajar Fisika dan Matematika (anak saya kelas VIII alias kelas II SMP), saya juga mendapatkan pengalaman dan pemahaman baru bahwa anak dan orang tua secara bersama-sama akan mendapatkan pemahaman-pemahaman yang semakin sempurna atas materi pelajaran yang sedang dipelajari yang bersifat pencerahan pribadi. Ini biasanya terjadi ketika anak maupun orang tua yang sedang "belajar bersama" tiba-tiba berkata, "O...ternyata maksudnya begitu....".
Dan, pencerahan pribadi yang terjadi dalam proses belajar ini tidak muncul begitu saja secara instan. Ini muncul dalam proses berlatih yang terus-menerus. Meskipun sudah hafal teori-teori / rumus, kalau tidak dipraktekkan dengan banyak latihan (mengerjakan soal hitungan), maka tidak akan tahu penerapan dari masing-masing teori / rumus itu.
Sebaliknya, semakin banyak latihan, maka anak (dan juga orang tua yang menemani anak belajar) akan dapat merasakan dan menyimpulkan dengan kata-kata pribadi bahwa teori / rumus yang ini paling cocok dipakai untuk mengerjakan soal-soal jenis ini, sedangkan teori / rumus yang itu paling cocok dipakai untuk mengerjakan soal-soal jenis itu.
Dan, pencerahan pribadi yang terjadi dalam proses belajar ini tidak muncul begitu saja secara instan. Ini muncul dalam proses berlatih yang terus-menerus. Meskipun sudah hafal teori-teori / rumus, kalau tidak dipraktekkan dengan banyak latihan (mengerjakan soal hitungan), maka tidak akan tahu penerapan dari masing-masing teori / rumus itu.
Sebaliknya, semakin banyak latihan, maka anak (dan juga orang tua yang menemani anak belajar) akan dapat merasakan dan menyimpulkan dengan kata-kata pribadi bahwa teori / rumus yang ini paling cocok dipakai untuk mengerjakan soal-soal jenis ini, sedangkan teori / rumus yang itu paling cocok dipakai untuk mengerjakan soal-soal jenis itu.
--------------------
Prinsip-prinsip
yang saya pelajari sejak saya "masih muda" itu ternyata
"terbawa" di tempat kerja. Maksud saya begini. Saya belajar sedikit. Lalu segera saya praktekkan. Kalaupun belum sempurna, tidak apa-apa. Maka, seiring
dengan sering berlatih / mempraktekkan teori yang baru saja saya dapatkan, saya jadi mahir melakukan. Istilah orang awam : meskipun ilmunya "pas-pasan", tetapi
punya "jam terbang" (alias "menang pengalaman") dan "sudah kenyang makan asam - garam".
Ini saya
praktekkan di bidang manajemen, juga hukum, juga psikologi industri (catatan : sepanjang tidak melanggar kode etik).
Ketika masih kuliah manajemen, saya segera mempraktekkan teori yang baru saja saya dapatkan di bangku kuliah. Jadi, saya jadi segera tahu teori mana yang bisa efektif diterapkan di tempat kerja, dan mana yang tidak.
Pada saat saya masih kuliah hukum, saya segera mempraktekkan teori (misalnya) membuat surat perjanjian dan sebagainya. Tidak usah menunggu lulus kuliah.
Ketika kuliah psikologi, saya juga segera mempraktekkan hal-hal yang diajarkan, misalnya memperbaiki teknik dan jalur komunikasi baik lisan maupun tertulis di perusahaan.
Ketika masih kuliah manajemen, saya segera mempraktekkan teori yang baru saja saya dapatkan di bangku kuliah. Jadi, saya jadi segera tahu teori mana yang bisa efektif diterapkan di tempat kerja, dan mana yang tidak.
Pada saat saya masih kuliah hukum, saya segera mempraktekkan teori (misalnya) membuat surat perjanjian dan sebagainya. Tidak usah menunggu lulus kuliah.
Ketika kuliah psikologi, saya juga segera mempraktekkan hal-hal yang diajarkan, misalnya memperbaiki teknik dan jalur komunikasi baik lisan maupun tertulis di perusahaan.
Itu semua
karena pengalaman belajar sejak kecil / remaja / muda usia : banyak-banyaklah berlatih / mempraktekkan, maka kesempurnaan (pemahaman) itu akan muncul di dalam proses latihan / praktek itu.
--------------------
Selamat
menemani anak.
Selamat
"memberikan" kepada anak "pengalaman" bahwa yang penting adalah banyak berlatih / mempraktekkan, bahwa kesempurnaan / pemahaman akan didapat selama proses latihan yang terus-menerus itu.
"Menemani
Anak = Mencerdaskan Bangsa".
-----o0o-----
Foto dan
tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan
Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana
di bidang Ilmu Sosial. Magister di bidang Marketing, Praktisi Psikologi
Industri, dan Praktisi Perbankan.
Catatan : untuk materi pendidikan seksualitas, tentunya metode yang digunakan harus sesuai dengan norma dan etika. Maksudnya, jangan sampai uraian di atas disalahartikan / disalahgunakan dalam mempelajari materi pendidikan seksualitas anak.
Catatan : untuk materi pendidikan seksualitas, tentunya metode yang digunakan harus sesuai dengan norma dan etika. Maksudnya, jangan sampai uraian di atas disalahartikan / disalahgunakan dalam mempelajari materi pendidikan seksualitas anak.