Kesempatan jalan-jalan ke toko
bisa juga menjadi waktu untuk menemani
anak belajar tentang harga barang secara riil.
Maksudnya begini. Saya hari Sabtu ini (4
Agustus 2012) kebetulan diajak istri menemani ibu mertua saya ke Pasaraya Sri
Ratu di Jalan Pemuda Semarang.
Kebetulan kalau hari Sabtu saya pulang kantor
jam 2 siang, sehingga waktunya cukup tepat buat mampir ke toko.
Seperti biasa, saya selalu melihat-lihat
"apa yang bisa dipelajari anak" sambil jalan-jalan seperti ini.
(Karena anak saya juga ikut).
Dan tiba-tiba saya melihat (lalu memotret)
tulisan yang dipasang di antara sandal /
sepatu yang dijual.
--------------------
Ya. Saat ini toko sedang
gencar memberikan diskon. Di sana-sini bertebaran tulisan tentang diskon. Dan ini adalah kondisi yang
tepat buat menemani anak untuk “mencongak” belajar Matematika.
Karena benar-benar ada
barang yang di-diskon, anak jadi merasakan "arti
pentingnya" belajar Matematika. Dalam hal ini, tentang
diskon dan presentase.
Ada sepatu yang dipasangi tulisan "diskon
70%". Anak bisa diajak belajar sambil jalan-jalan :
harganya sebelum didiskon) Rp 189.000. Jadi, kalau beli sepatu ini, harus bayar
berapa ?
Tentu, anak harus diajar mencongak sedikit : karena
diskonnya 70%, maka bayarnya cuma 30%.
Nah, 10% dari Rp 189.000
adalah Rp 18.900.
Kalau 30% artinya 3 kali Rp 18.900.
Berapa, ya ?
--------------------
Cara menghitungnya (di luar kepala) adalah :
30.000 ditambah 24.000 sama dengan 54.000.
Ditambah lagi dengan
2.700 sama dengan 56.000 ditambah 700 sama dengan 56.700.
Jadi, setelah didiskon 70%, sepatu yang
harganya Rp 189.000 hanya dibayar 30% saja, alias Rp 56.700.
--------------------
Memang, anak harus diajari cara berhitung “mencongak” : dari puluhan ribu
ke ratusan ("dari kiri ke kanan"), bukan seperti cara berhitung
dengan kertas yaitu dari ratusan ke puluhan ribu ("dari kanan ke
kiri").
Memang, anak (dan kita) bisa dengan mudah
menghitung dengan kalkulator, berapa hasil dari 30% kali Rp 189.000. (Apalagi,
di handphone juga sudah ada kalkulatornya).
Tetapi pertanyaannya : apakah untuk menghitung
30% kali Rp 189.000 memang harus pakai kalkulator ? Bukankah dengan cara “mencongak” juga bisa ?
“Mencongak” memang untuk mengasah
pikiran. Lagi pula, juga untuk melatih supaya anak kita "siap
mental" kalau nanti saat tes masuk kerja disuruh mengerjakan soal
hitungan. Sebab, sejalan dengan "ketergantungan" pada kalkulator,
sekarang ini saya (sebagai praktisi psikologi industry
& praktisi perbankan) semakin sering menemui pelamar yang bergelar
sarjana, yang kalau ditanyai hitungan-hitungan sederhana sekalipun sudah
"angkat tangan" alias "menyerah".
--------------------
Nah, marilah kita temani anak-anak kita,
supaya tetap punya ketrampilan berhitung di luar kepala / tidak tergantung pada
kalkulator.
Setidaknya, untuk hitungan sederhana 30% dari
Rp 189.000 seperti ini, tetap bisa menghitung “di luar kepala”
tanpa kertas dan tanpa kalkulator / sejenisnya.
“Menemani Anak =
Mencerdaskan Bangsa".
-----o0o-----
Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna
Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota
Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan
Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing dan
praktisi psikologi industri serta praktisi perbankan.