Kemampuan anak dapat di-up date / ditingkatkan dengan cara orang tua menemani anak supaya anak memiliki (beberapa) "cita-cita kecil".
"Cita-cita kecil" itu seperti antena pemancar (dan penangkap) sinyal yang menjulang di langit biru :
Pertama-tama harus lebih dahulu "dicanangkan", maka kemudian hal-hal yang lain akan mengikuti (= ketrampilan / kemampuan anak akan ter-up date).
Saya mengalami (dan menggunakan metode ini) setidaknya untuk meng-up date 3 hal yang (kalau saya renungkan) sungguh drastis bisa berubah : pertama, ketrampilan prakarya / seni rupa yang dulunya sama sekali tidak bisa; kedua, tulisan tangan saya yang dulunya sangat jelek; ketiga, wajah saya yang dulunya sama sekali sulit tersenyum.
--------------------
Waktu masih SD dulu, saya tidak begitu mahir “prakarya”
alias “seni membuat barang-barang kerajinan tangan”. Kalau ada tugas / pelajaran prakarya, saya harus
betul-betul berusaha keras supaya bisa membuatnya. Dan...selalu saja hasilnya
pas-pasan. Tetapi Ibu saya bilang "tidak apa-apa", yang penting hasil
buatan sendiri (bukan dibuatkan orang lain / tidak beli jadi dari toko).
Anehnya, ketika SMP, saya jadi suka dan jadi jago kalau
bikin tugas-tugas beginian. Seingat saya, di SMP (ketika itu) sudah tidak ada
pelajaran prakarya. Tetapi ada pelajaran PKK. Tugasnya antara lain membuat macam-macam jenis tisikan / jahitan dengan tangan.
Saya lumayan bisa.
Bahkan, di SMP pula saya mulai bikin hiasan-hiasan sendiri
(semacam prakarya) untuk ditempel di majalah dinding sekolah.
Di SMA, saya juga lumayan bisa mendisain majalah dinding.
(Bagi saya, ini mirip-mirip prakarya juga,
sebab penuh dengan hiasan ini dan itu).
Orang bilang, "sense of art" saya lumayan-lah.... Meski saya lebih
jago kalau bicara dan menulis (saya anggota Kelas Teater Kolese Loyola), tetapi
juga bisa bikin banyak
disain Buku Katalog Tahunan di SMA dan sejenisnya.
--------------------
Apa yang mau saya sharingkan di sini adalah bahwa apa yang
dulunya tidak di-suka-i dan tidak di-bisa-i oleh anak (ketika SD), bisa menjadi
di-suka-i dan di-bisa-i ketika sudah remaja (SMP dan SMA).
Untuk saya pribadi, saya dulu tidak bisa prakarya karena
saya tidak suka. Jadinya, saya cemberut ketika membuat tugas prakarya. Meski
saya berusaha dengan tekun, tapi rasa tidak suka (= cemberut) itu membuat
hasilnya "kasar" dan "tidak bagus", karena "tidak
dibuat dengan hati / tidak dibuat dengan cinta". Di dalam pikiran saya (waktu SD),
prakarya adalah “sesuatu yang menyusahkan” dan “saya tidak ahli di bidang ini”.
--------------------
Ketika SMP, saya memang kepingin jadi seniman
(juga ketika SMA, bahkan sampai kuliah, bahkan sampai sekarang.....). Ceritanya begini.
Sebagaimana anak remaja pada umumnya, saya mencari
identitas diri waktu itu sekaligus mencoba mencari perhatian dari gadis yang saya "taksir" (= mau saya jadikan pacar).
Dan waktu itu saya merasa yakin bahwa dengan
penampilan unik ala seniman
maka dia akan tertarik kepada saya.
Maka,
saya mulai nongkrong di depan Kantor Pos Besar di kawasan Pasar Johar untuk
memperhatikan bagaimana para seniman membuat kartu ucapan dengan media kertas
karton hitam yang dilukis dengan cat poster. (Saya menabung uang jajan untuk
membeli cat poster sendiri waktu itu). Lalu, saya juga mulai membuat gambar
kartun dan ngobrol-ngobrol dengan beberapa kartunis.
Maka,
lambat laun kemampuan / ketrampilan saya dalam bidang mengutak-utik
barang-barang untuk diberikan sentuhan seni menjadi meningkat. Padahal, ini ‘kan
prakarya yang “saya tidak bisa” ketika saya masih SD. Kemampuan ini muncul dan
meningkat (bahkan orang-orang di sekitar saya mengakui “kelebihan” saya di
bidang ini) karena saya “ingin tampil ala seniman yang nyentrik” dan (menurut
saya) hal ini juga harus diikuti dengan “kemampuan menghasilkan karya seni”
Dan, inilah yang saya sebut dengan CITA-CITA KECIL.
Maksud saya, ini adalah ALASAN-ALASAN YANG MEMOTIVASI
seseorang untuk MELAKUKAN DENGAN HASRAT & RASA CINTA, bukan karena disuruh
/ diancam dengan hukuman.
Kenapa
saya sebut dengan istilah “cita-cita” ? Karena saya “mencanangkan” terlebih
dahulu “jadi figur apa”, baru ketrampilan / kemampuan itu yang “mengikuti”.
Saya mencanangkan terlebih dahulu bahwa saya pingin jadi seniman, maka kemudian
rasa senang, hasrat, minat saya menjadi tertuju di bidang “ketrampilan dan
keindahan”. Akhirnya, saya pun bisa.
--------------------
Memang, tidak di semua bidang pelajaran kemampuan / ketrampilan anak dapat di-up date / ditingkatkan dengan menggunakan cara "cita-cita kecil" ini.
Harus saya akui, kemampuan ber-Bahasa Jawa sampai sekarang
masih rendah. Artinya, kalau kemampuan "prakarya" / ketrampilan
(tangan) sudah bisa saya "up date" dengan cara mempunyai
"cita-cita kecil", kemampuan ber-Bahasa Jawa saya belum. Sekalipun,
saya sangat gemar dengan cerita wayang dan senang mendengarkan siaran wayang di
radio sampai sekarang.
Mungkin, saya masih harus mencari dan menemukan cara yang
lain lagi....
--------------------
Cerita yang lain adalah tentang tulisan tangan. Ini juga
pengalaman saya pribadi.
Ketika SD, tulisan tangan saya jelek sekali. Tetapi sejak
SMP, orang-orang mengenal saya sebagai orang yang punya tulisan tangan yang
bagus bentuknya dan jelas ketika dibaca. (Ada lho, tulisan tangan yang bagus
bentuknya, tetapi malah sulit untuk dibaca).
Perubahan tulisan tangan saya ini juga karena adanya
"cita-cita kecil". Saya waktu SMP punya guru Geografi namanya Pak
Agus Hermanto.
Tulisan tangan Pak Agus Hermanto bagus. Seperti tulisan
tangan seorang Arsitek. Kalau menulis, beliau pakai “rapido”. Sebab, beliau selain jadi guru juga punya usaha “cetak sablon”.
Zaman dulu (tahun 1983-an), kalau men-setting tulisan masih
pakai “Rugos” dan “rapido” + “penggaris sablon” (ada lubang-lubang hurufnya). Kertasnya pakai
kertas “kalkir”. Jadi, kalau bikin setting-an harus sabar dan
teliti. Tidak seperti zaman sekarang : bisa men-setting tulisan secara cepat
dengan komputer.
Nah, karena tertarik dengan sablon-menyablon ini, saya
mulai bantu-bantu Pak Agus men-setting. Saya mulai latihan menulis yang
artistik dengan “rapido”. Saya jadi
terbiasa membuat rancangan ukuran
dan jarak huruf.
DAN, SECARA OTOMATIS
TULISAN TANGAN SAYA KETIKA MENCATAT PELAJARAN DAN SEBAGAINYA JADI BAGUS !
Saya juga menabung dan membeli “rapido” sendiri. Mereknya Staedler.
Mengapa Staedler ? Mengapa bukan Rotring ? (Saat itu,
sebagian besar orang pakai Rotring). Mengapa bukan Faber-Castle ?
Karena (lagi-lagi) saya punya "cita-cita kecil"
seperti Mbak Indah. Sekali lagi, saya waktu itu masih kelas 1 atau 2 SMP, dan
Mbak Indah adalah Mahasiswi Arsitektur Undip. Karena sering ketemu di kegiatan
Gereja, saya paham betul cara Mbak Indah menulis : cepat dan bagus. Mbak Indah adalah sekretaris di
kegiatan Gereja.
Jadi, tulisan tangan saya bisa jadi bagus sejak SMP
gara-gara saya punya "cita-cita kecil" mau bisa punya tulisan tangan
bagus dan jelas seperti Pak Agus Hermanto dan Mbak Indah.
--------------------
Terakhir, urusan “up
date - meng-up date” ini bagi saya pribadi juga menyangkut "wajah yang
tersenyum".
Harus saya akui, saya sampai SMA masih termasuk "sukar
senyum". Teman saya banyak karena saya suka saling tolong-menolong dengan orang lain, tetapi (sayangnya)
saya juga mudah marah. Wajah saya
jadi sering kelihatan galak.
Lalu, ketika kuliah di Perikanan Undip (tahun 1989 - 1995)
saya punya dosen di bidang Ilmu Perairan, namanya Dr. Ir. Joko Suprapto, M.Sc.
Dalam pandangan saya, beliau ini selalu tersenyum. Saya kagum dengan hal ini.
Maka, saya punya "cita-cita kecil" lagi : saya
ingin selalu tersenyum seperti Dr. Joko.
Dan, ini adalah "cita-cita kecil" yang termasuk
paling sulit saya capai.
Jujur saja, sejak awal tahum 1990-an saya sudah ingin bisa
meng-up date diri menjadi orang yang selalu tersenyum alias tidak mudah marah,
tetapi orang-orang di sekitar saya baru mengakui bahwa saya memang tidak mudah
marah baru sejak tahun 2006. Perlu waktu 16 tahun, lho... Wah !
Padahal,
ini baru tentang "tidak mudah
marah".
Kalau tentang "wajah yang selalu tersenyum", saya
belum tahu bagaimana pendapat orang-orang di sekitar saya....
--------------------
Selamat menemani anak.
Selamat menemani anak dengan memperkenalkan "cita-cita
kecil" yang (semoga) bisa bermanfaat meng-up date kemampuan anak.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
-----o0o-----
- Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikolgi Industri, serta Praktisi Perbankan.