Minggu, 12 Agustus 2012

MENEMANI ANAK MENGAPRESIASI KEBAIKAN : BELAJAR DARI MUSISI JALANAN


Saya, anak, dan istri sedang jalan-jalan dan jajan bakso di kawasan Kampus Undip Tembalang Semarang di suatu malam, ketika datang seorang pria muda membawa gitar listrik lengkap dengan amplifier dan speaker dari potongan pipa pralon / PVC. Kalau tidak salah, ini pengalaman di bulan Maret 2012.

Pria muda ini belakangan saya ketahui bernama Mas Wisnu, lengkapnya Wisnu Ompong (begitu katanya). Dia ini spesialis memainkan lagu-lagunya Iwan Fals.

Karena di luar rencana, saya tidak bawa handycam ataupun kamera digital untuk mem-videokan Mas Wisnu menyanyi. Maka, tak ada rotan, akar pun jadilah. Karena tidak ada handycam atau kamera digital untuk membuat video, maka video di kamera handphone pun jadilah.

Mohon maaf karena gambarnya gelap (karena memang pencahayaannya kurang). Mohon maaf juga karena gambarnya goyang-goyang (maklum, tidak pakai tripod). Dan mohon maaf, malah suara saya juga ikut terekam.

Bagaimanapun, semoga ini tidak mengurangi rasa kagum kita kepada Mas Wisnu yang dengan kreativitas dan kesungguhannya bisa tampil solo menyanyikan lagu-lagu Iwan Fals....dengan sangat bagus.... 

NB : Video ini untuk sementara hanya bisa dilihat dengan notebook / laptop / komputer.
--------------------

Sebelumnya, anak saya memang sedikit tahu tentang lagu-lagunya Ebiet G. Ade dan Iwan Fals, selain lagu-lagunya Padi dan KLA Project serta Kenan Nasution ("Dirimu", yang sangat puitis), selain lagu-lagu baru seperti "Tonight We Are Young". (Lagu-lagu ini dapat dinikmati lewat youtube.com).

Tetapi dengan melihat dan mendengar secara langsung pentas musik "life" (meksipun sederhana, hanya di warung Bakso "Kepala Sapi" - Undip Tembalang), anak memiliki pengalaman dan kesan tersendiri yang "menggugah" apresiasinya terhadap kesenian, termasuk yang dimainkan oleh musisi jalanan seperti Mas Wisnu Ompong ini.

Memang, saya mengatakan kepada anak saya bahwa Mas Wisnu Ompong bukanlah pengamen, tetapi dia adalah seorang musisi. Harus diakui bahwa Mas Wisnu adalah seorang musisi, meskipun masih sebatas pentas di jalanan dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi Mas Wisnu adalah musisi profesional. Kalau kita membayar Mas Wisnu menyanyi, itu karena Mas Wisnu memang menghibur. (Bukan seperti pengamen "icik-icik" yang "terpaksa" kita bayar supaya segera pergi karena kita merasa terganggu).

Nah, dari sini pun sebenarnya kita sudah bisa mendampingi anak dalam dua hal.

PERTAMA, anak jadi memiliki rasa cinta dan penghargaan terhadap seni dan seniman, betapapun sederhananya (seperti Mas Wisnu Ompong ini).

KEDUA, anak juga sudah mendapatkan pelajaran tentang nilai moral bahwa kalau mencari uang / nafkah, hendaklah yang membuat orang lain senang / terhibur (meskipun dengan cara sederhana, seperti Mas Wisnu Ompong). Jangan sampai orang lain membayar kita karena dia merasa kita ganggu (seperti kita selalu saja buru-buru memberi uang kepada pengamen "icik-icik" karena merasa terganggu dengan kehadiran mereka yang tidak menghibur sama sekali).

--------------------

Sebenarnya, ada hal lain lagi yang juga dapat kita ceritakan kepada anak : tentang KREATIVITAS. 

Dengan melihat Mas Wisnu Ompong "pentas solo" alias menyanyi seorang diri, anak bisa melihat bahwa dia bukan hanya membawa gitar akustik tetapi membawa gitar listrik sehingga bisa mirip banget dengan rekaman musiknya Iwan Fals yang asli. Selain itu, Mas Wisnu Ompong juga ahli memainkan gitar listrik sekaligus menyanyikan dengan vokalnya. 

Masih ada lagi : Mas Wisnu Ompong juga membawa amplifier, speaker dari potongan pralon / pipa PVC, dan tentu saja accu kecil supaya gitar listri ini bisa "bunyi". Semuanya dikemas dengan kreatif dalam satu paket gitar yang dimodifikasi. 

Dari sini, anak bisa belajar tentang modifikasi dan kreativitas yang membuat seseorang bisa tampil dengan baik seorang diri.

--------------------


Dan, berbicara tentang KREATIVITAS, tentang MEMBUAT SESUATU YANG TADINYA HARUS DILAKUKAN BANYAK ORANG BISA MENJADI RINGKAS (DAN DILAKUKAN SEORANG DIRI) membuat saya teringat pada buku yang ditulis oleh Prof. Rhenald Kasali, Ph.D yang berjudul "Cracking Zone".

Dalam buku ini diceritakan (antara lain) pengalaman Prof. Rhenald Kasali yang didatangi oleh seorang laki-laki untuk keperluan "shooting" pembuatan film dalam rangka training untuk salah satu perusahaan. Beliau kaget karena yang datang hanya seorang laki-laki itu saja. Padahal biasanya yang datang untuk keperluan ini adalah satu tim. 

Ternyata laki-laki ini bertindak sebagai pimpinan perusahaan yang akan membuat film pendek tersebut sekaligus yang mengerjakan "make up" wajah, yang mengarahkan gaya, dan sekaligus sebagai "cameramen"-nya.

Supaya pengambilan film bisa dilakukan secara profesional, laki-laki ini sudah memodifikasi pegangan / tangkai kameranya sehingga bisa digerak-gerakkan / digeser-geser sedemikian rupa dengan mudah / praktis.

Tentu saja, laki-laki ini memang berpengalaman di bidang ini. Dan dia sebelumnya memang bekerja di sebuah televisi swasta sebelum akhirnya kena PHK dan merintis usaha mandiri seperti ini.

Anak juga dapat di-cerita-i dengan isi buku seperti ini. Tentu saja, anak belum waktunya membaca buku ini secara langsung, namun orang tua dapat memetik cerita-cerita yang menumbuhkan semangat untuk tidak mudah menyerah, selalu ingin menjadi ahli di bidangnya, dan selalu memiliki kreativitas yang berguna untuk orang lain maupun dirinya sendiri.

--------------------  

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak sambil jalan-jalan. Sambil memperhatikan lingkungan sekitar. Sambil mengajak anak untuk memberikan penghargaan kepada siapa / apa saja yang memang baik.

Selamat membuat video sederhana dengan alat seadanya. Dengan kamera handphone, misalnya. (Video di atas dibuat dengan kamera Samsung yang sudah saya pakai sejak tahun 2010 awal, jadi sudah cukup tua juga umurnya. Toh, masih bisa dipakai).

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".


-----o0o-----

Video, foto, dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing dan Praktisi Psikologi Industri & Komunikasi, serta Praktisi Perbankan.