Rabu, 03 Oktober 2012

MENEMANI ANAK UNTUK MENGHAFAL KEBIASAAN DAN NAMA ORANG LAIN






Toko Buku Gramedia di Jalan Pandanaran Semarang adalah salah satu toko buku yang sering kami kunjungi (anak, istri, dan saya sendiri). Uniknya, kalau saya datang hanya bersama dengan anak, kasir di toko ini dengan ramah akan menyapa dan berbasa-basi sejenak. "Ibu kok tidak ikut, Pak ?" tanyanya sambil tersenyum.

Demikian pula kalau saya hanya datang berdua dengan istri, maka kasir toko ini akan bertanya, "Dik Agatha kok tidak ikut, Pak ?".

Memang, mereka bahkan hafal nama anak saya.

Dan, ini dilakukan oleh hampir semua kasir di toko ini.

Tentu saja, keramah-tamahan seperti ini membuat kami menjadi pelanggan setia di toko buku ini.

--------------------

Karena blog ini bukan tentang marketing & service (saya memang biasa membawakan materi ini dalam training di berbagai perusahaan), maka saya tidak akan membahasnya dari sudut itu.

Tetapi saya akan membahas ini : bahwa anak saya berikan penjelasan bahwa itulah cara Toko Buku Gramedia mempertahankan pelanggannya supaya tidak berpindah ke toko buku yang lain.

Lalu, apa maknanya buat anak ?

Saya ceritakan kepada anak bahwa mengenali kebiasaan orang, menyebut nama orang itu adalah sangat penting. Saya bahkan menceritakan kepada anak bahwa keramahtamahan yang tepat adalah lebih penting daripada barang yang dijual. Tentu saja saya jelaskan kepada anak bahwa ada orang-orang tertentu yang memang sangat memperhitungan uang, sehingga keramahtamahan seperti itu jadinya kurang manjur (karena orang-orang tertentu memang selalu saja mencari / mengutamakan harga yang lebih murah). Tetapi pada umumnya orang akan lebih mudah meng-iya-kan / membeli barang (tidak terlalu ketat menawar harga) kalau dia sudah diperlakukan dengan ramah dan penjualnya sudah hafal / kenal dengannya.

--------------------

Bukan sekedar teori, tetapi saya memang pernah menunjukkan pengalaman bersama anak (dan juga istri saya) di mana karena saya beramah tamah dengan penjual durian + rambutan dengan menanyakan (basa-basi sejenak) tentang pekerjaan dan anak istrinya, maka oleh penjual itu saya hanya diminta membayar durian saja, adapun rambutannya gratis.

Tentu saja, adalah lebih mengesankan kalau yang di-gratis-kan adalah duriannya. Tetapi tentu saja itu tidak mungkin.

Tetapi mendapatkan rambutan gratis juga merupakan sesuatu yang berkesan buat anak. Saya memang menjelaskan kepada anak bahwa saya tidak ada niat untuk meminta rambutan gratis dengan beramah tamah, tetapi mendapatkan rambutan gratis ini memang merupakan contoh pengalaman nyata yang dialami bersama anak tentang betapa luar biasanya efek dari keramahtamahan itu.

--------------------

Ketika anak masih kecil, anak kita dampingi. Semakin besar, semakin anak harus mandiri. Dan pada saat dewasa / memasuki dunia kerja, maka kita sebagai orang tua memang sudah waktunya mempercayai bahwa anak akan melakukan hal-hal yang baik, untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

Semoga, dengan diajak mendapatkan pengalaman dan diberi contoh nyata tentang perlunya memperhatikan kebiasaan orang, mengenali nama orang, dan menyapa dengan ramah, maka anak di saat dia sudah dewasa akan mudah bergaul dengan orang lain dan lebih mudah sukses karena punya banyak jaringan / kenalan.

Selamat menemani anak.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

Foto dan tulisan oleh  Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri & Komunikasi, dan Praktisi Perbankan.
 
 
  
www.holiparent.blogspot.com diterbitkan oleh "Holiparent Studio 89" (dahulu "Jantera Study 89") yang memberikan bimbingan & konsultasi untuk anak-remaja-dewasa tentang Article Writing & Scientific Photography for  Communication & Creativity Purposes. Bimbingan & konsultasi di Jalan Anjasmoro V no. 24 Semarang setiap Senin-Jumat pk. 18.00-21.00 (Minggu pagi khusus Scientific Photography - Outdoor).