Jumat, 05 Oktober 2012

STRATEGI PENGEMBANGAN KREATIVITAS : PRIBADI YANG UNIK



Anggota SULOCO dengan bangga sedang mengepel lantai. 
Mengembangkan pribadi yang unik dan kreatif tidak harus dengan hal yang muluk-muluk. Yang penting adalah kesadaran dan tanggung jawab.
"Pikiran dan kehendak hati dilatih....secara teratur..." 
(dari Lagu Mars SMA Kolese Loyola)


Saya ditanya oleh salah satu orang tua anak, "Apakah semua anak memiliki bakat untuk jadi orang kreatif ?"

Saya termenung sejenak sebelum menjawab pertanyaan ini. Sampai akhirnya saya menjawab, "Saya harus membuka-buka buku zaman saya masih kuliah Psikologi dulu".

Mungkin ini jawaban yang naif. Tetapi, setidaknya saya sudah jujur kepada diri saya sendiri dan orang lain. 

--------------------

Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda. Yang terutama penting bagi dunia pendidikan ialah bahwa bakat tersebut dapat dan perlu dikembangkan dan ditingkatkan.

(Prof. Dr. Utami Munandar, PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK BERBAKAT, halaman 45).

--------------------

Saya lega. Akhirnya saya menemukan kalimat-kalimat tersebut di buku yang saya pakai zaman kuliah dulu. Dan, saya juga terkenang kepada Psikolog Lucia Rini Sugiarti yang saat ini sedang kuliah S-3 di Universitas Airlangga. Psikolog Rini adalah dosen saya dalam kuliah Psikologi Kreativitas. 

--------------------

Beda ilmu, singkatan yang sama memang jadi beda artinya. Maksudnya begini. Ketika saya kuliah Magister Manajemen di bidang Marketing tahun 1998-an (sekitar 14 tahun lalu, karena sekarang ini tahun 2012), 4P adalah singkatan dari Product, Price, Promotion, dan Place. Artinya, kalau kita ingin memasarkan sesuatu dengan sukses, maka produk-nya memang harus ada (dan sesuai / memenuhi kebutuhan konsumen atau calon konsumen). Harga (price)-nya harus sedemikian rupa sehingga konsumen atau calon konsumen merasa bahwa dia tidak rugi mengeluarkan / membelanjakan sejumlah uangnya untuk membeli produk itu. Promosinya harus baik, sehingga konsumen memiliki top of mind atas produk itu. (Top of mind itu adalah apa yang langsung terlintas pertama kali ketika seseorang ditanya tentang sesuatu. Misalnya, kalau ditanya tentang merek air minum dalam kemasan, kebanyakan orang akan langsung menjawab "Aqua"). Dan, produk itu haruslah tersedia di mana-mana sehingga orang mudah membelinya (place alias distribution).

Nah, ketika saya kuliah Psikologi, ternyata ada juga 4P. Ini adalah tentang Strategi Pengembangan Kreativitas. 

--------------------

Yang pertama adalah Pribadi. 

Bukan berarti saya tidak setuju bahwa anak sekolah harus memiliki pakaian seragam sekolah, tetapi saya memang menikmati masa-masa ketika bersekolah di SMA Kolese Loyola antara tahun 1986-1989. Ketika itu (dan sampai sekarang) murid-murid di sekolah ini bersekolah tanpa pakaian seragam. Tentu saja hari-hari tertentu (setiap Senin dan setiap tanggal 17) masih harus memakai pakaian seragam. Tetapi hari-hari yang lain tidak. 

Saya masih ingat, guru-guru saya di Kolese Loyola mengajarkan hal ini kepada saya : bahwa manusia itu unik, bahwa setiap individu itu unik. Karena itu tidak dapat disamakan, karena itu tidak dapat diseragamkan. 

Sebagai anak SMA, saya tentu saja tidak paham 100% apa maknanya. Yang penting boleh tidak memakai pakaian seragam. Yang penting bebas.

Tetapi, memang ada perasaan tertentu ketika itu. Bahwa saya merasa inilah saya ketika saya setiap hari ke sekolah naik angkot + jalan kaki, sementara banyak teman-teman saya diantar naik mobil yang bagus-bagus. Saya minder ? Tidak. Teman-teman saya sombong ? Tidak. Kondisi ekonomi / keuangan keluarga saya dan teman-teman memang tidak sama. Saya anak sopir, sementara banyak teman-teman saya yang orang tuanya memiliki perusahaan yang besar-besar. Jujur pada diri sendiri, jujur pada diri masing-masing bahwa kondisi kami memang berbeda. Tetapi kami adalah sama-sama anak Loyola. 

(Dalam hal ini, saya harus juga mengagumi teman-teman saya di SMA Kolese De Britto. Mereka ini malah dengan enteng saling menyebutkan ras / suku bangsa tanpa rasa sungkan dan sakit hati, karena mereka memang berbeda-beda. Bhinneka Tungga Ika).

Sekali lagi, bukan berarti bahwa yang bersekolah memakai pakaian seragam berarti tidak kreatif. Tidak. Tetapi saya menceritakan pengalaman saya betapa pengalaman pribadi menikmati keunikan pribadi per pribadi itu sungguh indah dan bermanfaat. 

Saya dan beberapa teman lain yang senang main teater, ya main teater. Yang pintar main band, ya main band. Bahkan sekarang ini (tahun 2012, dulu zaman saya SMA belum ada) yang pintar jadi supporter pun dengan bangga menjadi supporter yang baik. Namanya SULOCO alias Supporter of Loyola College. Kegiatannya (antara lain) pada saat ada pertandingan bola basket antar SMP (dalam acara LOSAAC = Loyola Sport, Academic and Art Competition) adalah mengepel lantai pertandingan. Dan itu dilakukan dengan bangga. SULOCO mempunyai kata-kata sakti yang intinya kira-kira begini :

Kami tidak gila kemenangan.
Menang atau kalah, kami adalah supporter (pendukung) Kolese Loyola.
Semuanya itu demi lebih memuliakan nama Tuhan (AMDG = Ad Majorem Dei Gloriam /Amrih Minulya Dumateng Gusti).

Luar biasa. Dalam kesederhanaan sebagai supporter, bisa muncul kreativitas yang menjadikan anak-anak SMA tumbuh menjadi pribadi yang dewasa : mencari dan menemukan makna hidup sesuai dengan kemampuannya (sebagai supporter).

----------------------

Untuk P yang kedua, ketiga, dan keempat akan dilanjutkan esok hari.

----------------------

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak dalam keunikan pribadinya, sehingga bakat dan kreativitasnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Tanpa pemaksaan.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".


-----o0o-----                 

Foto dan tulisan oleh  Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri & Komunikasi, dan Praktisi Perbankan.
 
 
  
www.holiparent.blogspot.com diterbitkan oleh "Holiparent Studio 89" (dahulu "Jantera Study 89") yang memberikan bimbingan & konsultasi untuk anak-remaja-dewasa tentang Article Writing & Scientific Photography for  Communication & Creativity Purposes. Bimbingan & konsultasi di Jalan Anjasmoro V no. 24 Semarang setiap Senin-Jumat pk. 18.00-21.00 (Minggu pagi khusus Scientific Photography - Outdoor).