Anak akan secara terbuka bercerita kepada orang tuanya
ketika dia melihat orang tua sebagai sahabat terbaiknya.
Siang
itu sekitar pk. 10.00 saya sedang berbincang-bincang dengan seorang karyawati
sebuah perusahaan swasta. Beliau ini punya jabatan sebagai Manajer Keuangan.
Katanya, "Saya sekarang ini lebih tenang, Pak...bisa menemani anak
belajar...meskipun saya harus ikut menghafal lagi pelajaran IPA kelas 5
SD...saya senang....".
Saya
menyimak sungguh-sungguh kata demi kata yang diucapkannya. Terlihat mata beliau
berkaca-kaca.
"Saya
tiba-tiba sadar...sejak kelas 1 sampai kelas 4 SD saya kurang menemani anak...
Sekarang saya senang sudah bisa menemani anak...anak juga jadi terbuka dengan
saya...tidak protes terus seperti dulu...," kata beliau lagi.
--------------------
Ibu-Ibu
dan Bapak-Bapak Yth.,
Apa
yang mau saya ceritakan kali ini sebenarnya sederhana saja. Tetapi karena ini
sungguh-sungguh terjadi, maka saya melihat bahwa pengalaman ini layak untuk
saya sharing-kan dalam blog inspirasi
pendidikan kreatif ini.
Apakah
itu ?
Bahwa
beliau ini adalah seorang ibu dari dua orang anak, satu orang kelas 5 SD dan
satu orang kelas 1 SD, tetap dapat bekerja di sebuah perusahaan sambil tetap
menemani anaknya (belajar, dll). Dan karena anaknya merasa ditemani oleh
ibunya, maka anak menjadi terbuka dan
mau bercerita atas inisiatif sendiri kepada ibunya.
Memang
beliau ini sebagai karyawati pernah sangat gila
kerja sehingga kurang memiliki waktu yang cukup untuk menemani
anak-anaknya.
Tetapi
dengan tekad yang kuat untuk
meluangkan waktu yang lebih banyak untuk menemani anak-anaknya, beliau ini rela
bahwa gajinya turun sampai 30%, asalkan jam kerjanya juga berkurang.
Dalam
sebuah perbincangan dengan saya hampir satu tahun lalu, beliau mengatakan bahwa
penurunan gaji 30% itu tidak sebanding dengan kesempatan beliau untuk bisa
menemani anak yang dinilai begitu penting. Ini adalah sebuah pilihan yang tidak
mudah (turun gaji sampai 30%), tetapi menurut beliau tidak menjadi masalah
(padahal saya tahu betul bahwa beliau juga memerlukan uang itu. Artinya, dengan
penurunan gaji itu, beliau harus berhemat).
Saya
lalu teringat dua atau tiga tahun lalu ketika saya sebagai pembicara seminar
bagi orang tua / wali murid di SMA Kolese Loyola Semarang ditanya oleh salah
seorang peserta seminar seperti ini, "Bagaimana caranya menanyai anak supaya anak mau berterus
terang bercerita kepada orang tua ?"
Ketika
itu saya memberikan jawaban ini, "Yang menjadi perhatian kita sebenarnya bukan bagaimana caranya menanyai anak supaya
anak mau bercerita terus terang kepada kita, tetapi bagaimana kita sebagai orang tua menemani anak sehingga anak dengan inisiatifnya sendiri bercerita
terus terang kepada kita karena kita
dipandang sebagai sahabat terbaik baginya".
Apa
yang diceritakan oleh ibu dua orang anak sekaligus karyawati di sebuah
perusahaan ini merupakan salah satu pembuktian
bahwa anak akan menjadi terbuka
dengan sendirinya manakala orang tua memang menemani dia dan menjadi
sahabat terbaiknya.
Selamat
menemani anak.
"Menemani
Anak = Mencerdaskan Bangsa".
-----o0o-----
CONSTANTINUS (pengelola HOLIPARENT) adalah lmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor
03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial.
Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri & Komunikasi, dan
Praktisi Perbankan.
www.holiparent.blogspot.com diterbitkan oleh "Holiparent Studio 89" (dahulu
"Jantera Study 89") yang memberikan bimbingan & konsultasi untuk anak-remaja-dewasa tentang Article Writing & Scientific
Photography for Communication
& Creativity Purposes. Bimbingan & konsultasi di Jalan Anjasmoro V
no. 24 Semarang setiap Senin-Jumat pk. 18.00-21.00 (Minggu pagi khusus Scientific Photography - Outdoor).