Selasa, 16 Oktober 2012

STRATEGI PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK : P-KEDUA



 
Pada edisi Jumat 5 Oktober 2012 yang lalu, telah dibahas tentang 4P dalam Strategi Pengembangan Kreativitas, yaitu tentang P-Pertama (Pribadi yang unik).

Kali ini, akan dibahas P-Kedua, yaitu Pendorong.

Apakah Pendorong itu ?

Pendorong adalah sesuatu yang mendukung individu untuk mewujudkan bakatnya, dalam hal ini bakat kreatif.

Pendorong itu bisa berasal dari lingkungan (dari luar individu) dan juga bisa berasal dari dalam individu.

Pendorong dari lingkungan (dari luar individu) dapat berupa penghargaan atas perilaku kreatif individu. Meskipun, perilaku kreatif ini bisa saja terlihat aneh / tidak umum. Sepanjang tidak mengganggu ketertiban umum dan tidak melanggar norma agama, susila, sosial, maupun hukum, perilaku kreatif perlu didukung sekalipun terlihat tidak lazim.

Pendorong dari dalam individu adalah keinginan yang kuat (motivasi) untuk menghasilkan sesuatu.

-----------------



Bagi Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak yang saat ini berusia 40 tahun atau lebih, semoga masih ingat figur almarhum Tino Sidin. Pak Tino Sidin adalah seniman gambar sekaligus pendidik, yang setiap hari Minggu sore tampil di TVRI (Televisi Republik Indonesia, satu-satunya stasiun televisi di Indonesia saat itu) dengan baret hitam yang selalu dipakai sebagai ciri khasnya.

Tetapi yang menarik dari Pak Tino Sidin bukan hanya karena dia ahli menggambar atau karena penampilannya yang unik dengan baret hitamnya itu.

Yang menarik untuk disimak juga adalah tentang hal ini : bahwa Pak Tino Sidin selalu mengatakan "bagus" pada setiap gambar yang dikirim oleh para pemirsa (anak-anak). Pada setiap akhir episode siaran, Pak Tino Sidin selalu menyediakan waktu sekitar 5 atau 10 menit untuk menunjukkan gambar-gambar kiriman para pemirsa. Gambar itu di-close up oleh kamera tivi, sambil Pak Tino Sidin selalu berkata (misalnya), "Gambar dari temanmu Tinus di Semarang. Bagus!". Kemudian Pak Tino Sidin menampilkan gambar berikutnya sambil berkata (misalnya), "Gambar dari temanmu Edi di Surabaya. Bagus!". Begitu seterusnya.

--------------------



Jadi, Pak Tino Sidin selalu menyebut kata temanmu. Kata-kata ini meng-kondisi-kan anak untuk melihat bahwa banyak temanku yang bisa membuat dan mengirim gambar ( = berkarya / berkreasi ).

Selain itu, Pak Tino Sidin selalu mengatakan bagus atas setiap gambar yang dikirim. Saya masih ingat, ada saudara saya di rumah yang sedang menonton tivi dengan saya saat itu berkata, "Gambar bagus, gambar jelek, kok semua dibilang bagus".

Dan memang, saya (waktu itu sekitar umur 8 tahun) juga melihat hal itu : gambar bagus dibilang bagus oleh Pak Tino Sidin. Tetapi gambar jelek pun dibilang bagus juga....

--------------------

Sekarang umur saya sudah 42 tahun. Saya sudah menyelesaikan pendidikan Psikologi. Dan saya bisa melihat makna mendalam dari kata-kata bagus yang diucapkan Pak Tino Sidin dalam setiap akhir episode siarannya atas semua gambar yang dikirimkan kepadanya (ditayangkan satu per satu).

Yang dikatakan bagus adalah lebih pada niat anak untuk menghasilkan suatu karya. Dengan adanya lingkungan yang menghargai (dipelopori oleh Pak Tino Sidin dengan acara di tivi, namanya "Mari Menggambar Bersama Pak Tino Sidin") maka banyak anak yang mendapatkan dorongan untuk berani berkarya (menggambar). Baik atau jelek hasilnya, itu urusan belakang. Yang penting berkarya.

--------------------



Baik atau jelek hasilnya, itu urusan belakang. Yang penting berkarya. Kata-kata ini memang kontroversial. Tetapi ada baiknya kita renungkan.

Berapa banyak orang yang tidak bisa ber-Bahasa Inggris karena pada saat belajar Bahasa Inggris ingin harus bagus / sempurna, sehingga akhirnya malah takut bicara Bahasa Inggris dan akhirnya justru tidak bisa ber-Bahasa Inggris ?

Banyak !

Padahal, kita yang sehari-hari ber-Bahasa Indonesia pun, Bahasa Indonesia-nya belum tentu bagus / sempurna.

Di sini, yang digarisbawahi adalah : yang penting niat-nya, jangan dicemooh dan juga jangan malu kalau hasilnya belum baik / belum sempurna.

--------------------



Salah satu buku favorit saya yang saya beli dengan menabung uang jajan sewaktu SMP berjudul "Manusia dan Seni" tulisan Dick Hartoko. Buku ini saya baca terus berkali-kali, sampai saya SMA. Sayang, ketika saya kuliah, buku ini hilang. Saya sudah ke berbagai toko buku mau membeli buku ini, tetapi tampaknya sudah tidak terbit.

Meskipun buku saya itu hilang, tetapi saya masih ingat salah satu bab-nya berjudul Karya Seni yang Tidak Indah. Saya membacanya sebagai Karya Seni yang Tidak Bagus.

Dalam bab tersebut diuraikan bahwa indah (bagus) itu sifatnya subjektif karena terkait dengan sudut pandang, keyakinan, pengalaman dari yang menilai / melihatnya. Karya seni yang dinilai indah / bagus oleh seseorang (seniman pembuatnya) bisa jadi dinlai tidak indah / tidak bagus oleh orang yang melihatnya (yang tidak tahu apa maknanya / di mana letak keindahannya).

Ini sengaja saya tuliskan untuk mengajaK Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak pembaca setia blog ini untuk merenung : bahwa memang ada benarnya juga Pak Tino Sidin yang selalu mengatakan bagus atas setiap karya yang sudah diciptakan dengan niat baik (sekalipun dari sudut pandang kita hasil karya itu jelek, sebab sangat mungkin sudut pandang pembuatnya (anak) berbeda dengan sudut pandang kita (orang tua)).

Ketika anak sudah berkarya dengan niat baik dan kemudian hasil karyanya kita nilai dengan sudut pandang kita sebagai jelek, maka itu berarti faktor Pendorong Kreativitas sudah kita tiadakan, dan kreativitas anak akan terhambat karena anak merasa tidak dihargai.

Tentu saja, kita sebagai orang tua boleh-boleh saja mengarahkan anak supaya bisa menggambar lebih bagus dengan mengajarkan teknik menggambar oleh kita sendiri maupun kita ikutkan dalam sanggar menggambar misalnya, tetapi janganlah kita mengatakan bahwa hasil karyanya jelek, sebab kita tahu bahwa niatnya untuk berkreasi adalah baik.

Ini tentu saja bukan hanya untuk menggambar, tetapi juga untuk kreasi di bidang-bidang yang lain.

--------------------

Selamat menemani anak.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"

-----o0o-----

Foto direpro dari internet.
 
Tulisan oleh  Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing, Praktisi Psikologi Industri & Komunikasi, dan Praktisi Perbankan.
 
 
  
www.holiparent.blogspot.com diterbitkan oleh "Holiparent Studio 89" (dahulu "Jantera Study 89") yang memberikan bimbingan & konsultasi untuk anak-remaja-dewasa tentang Article Writing & Scientific Photography for  Communication & Creativity Purposes. Bimbingan & konsultasi di Jalan Anjasmoro V no. 24 Semarang setiap Senin-Jumat pk. 18.00-21.00 (Minggu pagi khusus Scientific Photography - Outdoor).