Selasa, 05 Juli 2016

Menemani Anak : KISAH NYATA MENINGKATNYA RASA PERCAYA DIRI KARENA KARATE




BAGAIMANA KARATE BISA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ? Ini juga pertanyaan yang sering saya dapatkan dari ibu-ibu dan bapak-bapak yang mulai berminat mengikutkan anaknya dalam latihan karate. Atas pertanyaan seperti itu, saya memberikan jawaban demikian, "Di karate, anak-anak mendapatkan pengalaman berupa tugas-tugas yang MENANTANG. Mereka melakukan tugas BARU yang BELUM PERNAH mereka lakukan. Dan ketika tugas BARU yang MENANTANG ini dapat mereka selesaikan, otomatis RASA PERCAYA DIRI mereka meningkat. Padahal  TANTANGAN seperti ini akan diberikan TERUS-MENERUS secara BERTAHAP, sehingga RASA PERCAYA DIRI juga MENINGKAT secara BERTAHAP dan TERUS-MENERUS".

* * * * *




Saya selalu setuju dengan orang tua yang secara selektif memilah-milah kegiatan bagi anak-anaknya : kalau TIDAK ADA GUNANYA untuk MASA DEPAN, untuk apa suatu kegiatan diikuti ? Sebab, tidak dapat dipungkiri bahwa (adakalanya) anak hanya mengikuti suatu kegiatan hanya karena MENYENANGKAN, padahal TIDAK ADA GUNANYA untuk masa depan (jelasnya : untuk bekal kerja nantinya). Orang tua akan mendukung kalau anak-anaknya ikut les Bahasa Inggris atau komputer, karena hal itu JELAS TERPAKAI kelak pada saat sudah BEKERJA.

Bagaimana halnya dengan karate ? Apakah orang tua mendukung kalau anaknya ingin ikut karate ?





Ada orang tua yang setuju, tetapi banyak yang ragu-ragu atau bahkan melarang. Alasan orang tua ragu-ragu atau bahkan melarang (antara lain) adalah : APA KEGUNAANNYA UNTUK BEKERJA ?

Keragu-raguan seperti itu adalah wajar, selama orang tua (dan bahkan anaknya) tidak mendapatkan PENJELASAN DENGAN CONTOH NYATA ( = pengalaman, bukan hanya teori) bahwa karate BERGUNA UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI, di mana rasa percaya diri ini SANGAT PENTING untuk MENITI KARIR DI TEMPAT KERJA, apapun bidangnya dan apapun level jabatannya (bahkan sampai ke level Direktur atau Komisaris).

* * * * *




RASA PERCAYA DIRI memang tidak secara "instant" didapat dengan berlatih karate. Ada PROSES yang harus DIRENUNGI selama  bertahun-tahun, menurut pengalaman saya di atas tiga tahun. Memang, berlatih karate tidak bisa dilepaskan dari latihan FISIK. Tetapi, jangan diartikan bahwa latihan fisik merupakan satu-satunya yang didapat dari karate. Bagi saya, latihan fisik HANYALAH PINTU MASUK untuk mempelajari hal-hal lainnya, yang saya rumuskan bersama istri (seorang praktisi karate) dan anak saya (praktisi karate juga) sebagai berikut :
(1) AKAL, dalam arti : bagaimana mencari dan menemukan pemecahan masalah
(2) MENTAL, dalam arti : sikap mental / kepribadian yang kuat; termasuk di sini adalah RASA PERCAYA DIRI yang tinggi da  TIDAK MUDAH MENYERAH (= memiliki SEMANGAT JUANG yang tinggi)
(3) TEKNIK, dalam arti : jurus-jurus / gerakan-gerakan karate yang harus dikuasai
(4) FISIK, dalam arti : fisik yang terlatih secara bertahap dan terus-menerus
(5) FILOSOFI, dalam arti : mengetahui sejarah / latar belakang dan makna / tujuan yang mendalam dari dilakukannya gerakan-gerakan / jurus-jurus karate dan APA KAITANNYA / KEGUNAANNYA BAGI KEHIDUPAN & DI TEMPAT KERJA. Hal ini yang memang MASIH JARANG dipelajari di saat latihan karatr di Indonesia (tetapi bukan berarti tidak ada; karena apa yang fipelajari dari karate adalah tergantung pada orang itu sendiri (yang belajar karate)).

* * * * *



Pertama kali saya belajar karate di tahun 1989, saya TIDAK MENDUGA bahwa latihan karate itu begitu berat. Gerakan-gerakan dasar yang harus dikuasai memang harus dilatih dengan sungguh-sungguh. Tetapi, di karate semuanya dilakukan SECARA SISTEMATIS, BERTAHAP, dan TERUS-MENERUS. Maklumlah, karate berakar dari ilmu perang (sekaligus ilmu beladiri) yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, dan sampai saat ini selalu dilalukan penyempurnaan-penyempurnaan. Memang, karate BUKANLAH ILMU YANG INSTANT, baik dalam sejarah perkembangannya maupun dalam mempelajarinya !

Pada akhirnya, ketika sudah melatih tubuh secara rutin, gerakan-gerakan dasar itu bisa dikuasai. Di sini, RASA PERCAYA DIRI itu mulai tumbuh dan berkembang. Pada saat yang sama, tumbuh juga pemahaman melalui pengalaman nyata bahwa SEGALA SESUATUNYA MEMANG HARUS DIPERJUANGKAN, tidak bisa didapatkan secara cuma-cuma / secara mudah. Jadi, KEGIGIHAN hadir bersamaan dengan RASA PERCAYA DIRI.

(Bersambung : tulisan berikutnya adalah belajar tentang MENGATASI RASA BOSAN dalam belajar JURUS-JURUS KARATE)

-----oOo-----



Tulisan dan foto oleh Constantinus J. Joseph, Susana Adi Astuti, dan Bernardine Agatha Adi Konstantia.

Constantinus adalah praktisi karate, praktisi psikologi industri, anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO). Susana Adi Astuti adalah praktisi karate dan karyawati perusahaan. Agatha adalah praktisi karate dan murid SMA, dikenal sebagai penulis dan pembaca puisi / MC sejak masih SD.