Selasa, 12 Juli 2016

Menemani Anak : KARATE TIDAK MENYEBABKAN CEDERA



"Apakah latihan karate tidak menyebabkan anak saya cedera ?"

Ini merupakan pertanyaan yang umum diajukan oleh para ibu dan ayah ketika anaknya ingin ikut latihan karate (dan orang tuanya memang belum ada pengalaman ikut latihan karate).

Saya menjawabnya begini, "Kalau latihan karate membuat orang cedera, jelas saya tidak mau ikut latihan karate. Demikian pula istri saya. Dan saya tidak akan mendukung anak perempuan saya ikut latihan karate".

Mendapat jawaban seperti yang ini, biasanya muncul lagi pertanyaan (untuk memastikan bahwa saya tidak salah menjawab), "Jadi latihan karate tidak menyebabkan cedera, ya ?"

Saya menganggukkan kepala.

* * * * *



Di sini saya tidak bermaksud mengatakan bahwa tidak ada orang yang cedera ketika ikut latihan karate ! Bukan ! Kalau saya bermaksud mengatakan demikian, jelas saya berbohong. Sebab, olah raga permainan yang populer seperti badminton pun bisa menyebabkan cedera, kalau orang yang bermain TIDAK SIAP & TIDAK WASPADA.

Justru karena disadari oleh semua orang yang ikut latihan karate bahwa latihan karate menuntut supaya orang selalu SIAP & WASPADA, maka orang yang ikut latihan karate jarang cedera. Mengapa demikian ?

PERTAMA,
Kesadaran bahwa ikut latihan karate BUKANLAH PERMAINAN ternyata membuat orang yang ikut latihan karate sejak mula pertama selalu SIAP & WASPADA. Misalnya, dia akan dengan PENUH KESADARAN melakukan pemanasan / peregangan otot tubuh sebelum / pada setiap awal latihan dengan sungguh-sungguh. Mengapa ? Karena dia paham RISIKO-nya (kalau tidak melakukan pemanasan / peregangan otot tubuh terlebih dahulu).

KEDUA,
Selama latihan karate, setiap orang melakukannya dengan KONSENTRASI PENUH, tidak main-main / guyonan (bahkan, meskipun untuk anak-anak digunakan metode permainan, permainannya juga dijalankan dengan teliti dan hati-hati). Mengapa ? Karena ada kesadaran tentang RISIKO YANG ADA kalau terlena.

KETIGA,
Latihan karate selalu dilakukan dengan siatematika tertentu, TIDAK ASAL-ASALAN. Dan sistematika ini, termasuk gerakan-gerakan tubuh, adalah merupakan hasil riset para ahli karate yang selalu disempurnakan. Para ahli karate tahu bahwa tubuh memiliki kekuatan yang bisa dilatih dan kelemahan yang harus dijaga dengan hati-hati. Karena itu, jangan latihan sendiri kalau belum pernah belajar dengan orang yang paham tentang karate.



* * * * *

"Jujur saja, apa kamu pernah cedera selama latihan karate ?" tanya sahabat saya.

"Ya," jawab saya jujur.

"Kenapa ?" tanya sahabat saya.

"Karena saya SEMBRONO," jawab saya.

"Wah, kalau SEMBRONO kemudian CEDERA, itu DI KEGIATAN APAPUN juga begitu," komentar sahabat saya.


* * * * *

Pengalaman saya dan banyak praktisi karate yang lain, pola pikir & sikap SELALU SIAP & WASPADA dalam latihan karate ini karena KESADARAN akan POTENSI RISIKO ini justru bernilai POSITIF dalam KEHIDUPAN sehari-hari & di TEMPAT KERJA : kami TIDAK PERNAH MAIN-MAIN, kami selalu SUNGGUH-SUNGGUH !

* * * * *



Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak untuk TIDAK SEMBRONO, untuk SELALU SIAP & WASPADA supaya TIDAK CEDERA. Selamat mendidik anak lewat latihan karate.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----oOo-----

Tulisan dan foto oleh Constantinus J. Joseph, Susana Adi Astuti, dan Bernardine Agatha Adi Konstantia.

Constantinus adalah praktisi karate, praktisi psikologi industri, anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO). Susana adalah praktisi karate dan karyawati perusahaan. Agatha adalah praktisi karate dan murid SMA.