"Apakah latihan karate tidak membuat pendidikan anak saya terbengkalai ?"
Pertanyaan di atas adalah wajar kalau diajukan oleh ibu atau ayah yang anaknya ingin ikut latihan karate.
Menjawab pertanyaan tersebut, saya mengatakan bahwa ada banyak orang yang pelajarannya terbengkalai meskipun dia tidak ikut latihan karate.
"Sesuai dengan apa yang saya sampaikan dalam training-training saya tentang leadership, komunikasi, dan human resources, setiap orang harus selalu melakukan perenungan tentang apa yang menjadi TUJUAN HIDUP-nya," kata saya. "Kalau tujuan hidupnya ingin menjadi PROFESIONAL di bidang MANAJEMEN, maka latihan karate harus dilakukan sesuai porsinya".
"Sesuai porsinya ?" begitu pertanyaan yang selanjutnya muncul.
"Sesuai porsinya itu dalam pelaksanaannya bisa berbeda-beda untuk masing-masing orang," kata saya. "Sekali lagi, ini disesuaikan dengan tujuan masing-masing orang. Tidak bisa disamaratakan".
* * * * *
Untuk latihan karate bagi anak kelas 3 - 6 SD, 7 - 9 SMP, 10 - 12 SMA, dan mahasiswa perguruan tinggi, biasanya dua kali seminggu @ 90 - 120 menit. Untuk yang ingin menjadi atlet, tentu latihan ditambah lagi frekuensinya maupun kualitasnya. Untuk karyawan, bisa ada variasi, tergantung pada usia dan tujuan-nya ("kenapa dia ikut latihan karate").
"Yang penting, juga latihan rutin di rumah, meskipun hanya 30 menit, setiap harinya," kata saya. "Gerakannya sederhana saja, tetapi mengulangi apa yang sudah dipelajari saat latihan di dojo (tempat latihan).
"O.... Jadi tidak mengganggu pendidikan, ya ?" tanya sahabat saya.
"jelas tidak," jawab saya. "Asalkan pandai mengalokasikan waktu".
Selamat menemani anak.
Selamat menemani anak supaya anak mempunyai kegiatan yang seimbang, antar kegiatan akademis dan kegiatan non akademis (termasuk kegiatan rohani /
keagamaan, kegiatan sosial, dan kegiatan fisik dalam hal ini latihan karate (perlu diingat bahwa karate juga memberikan materi tentang "akal + mental + teknik + fisik + filosofi").
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"
Tulisan dan foto oleh Constantinus J. Joseph, Susana Adi Astuti, dan Bernardine Agatha Adi Konstantia.
Constantinus adalah praktisi karate, praktisi psikologi industri, anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), dan anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO). Susana adalah praktisi karate dan karyawati perusahaan. Agatha adalah praktisi karate dan murid SMA.