Kamis, 07 Juli 2016

Menemani Anak : Karate untuk Melatih Diri "MENGATASI RASA BOSAN"


Novena (8 tahun) sedang berlatih karate


MENGATASI RASA BOSAN. Hal ini penting untuk dikuasai oleh seseorang dalam dunia kerja. Mengapa ? Karena sebagai seorang praktisi psikologi industri selama 14 tahun, saya melihat kenyataan bahwa ada banyak orang yang pandai secara pendidikan akademis, ternyata gagal dalam bekerja (sering pindah kerja / perusahaan) karena muda bosan (ada yang rata-rata setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali pindah kerja). Orang seperti ini (sekalipun pandai secara akademis) tidak akan mempunyai karir yang bagus, karena "tidak sabaran" dan karena "mudah menyerah" (alias tidak gigih).

Tentu saja, ada berbagai macam cara supaya orang tidak mudah bosan. Tetapi pada tulisan ini, saya akan mengaitkannya dengan karate.

* * * * *



KARATE MENDIDIK ORANG UNTUK MENGATASI RASA BOSAN. Saya pribadi mengalaminya, dan saya menyebutnya "BERDAMAI DENGAN RASA BOSAN", bukan "memusuhi" rasa bosan, bukan pula "ingin mengalahkan" rasa bosan. Jadi, ini merupakan salah satu PROSES yang harus dilalui, dalam rangka PENGENDALIAN DIRI.

Suatu ketika, ketika istri dan anak saya beserta saya sedang menganalisis tendangan ke depan (di karate disebut "mae geri"), seorang saudara saya berkata kepada saya, "Kok dari dulu gerakannya itu-itu saja sih ?"

Wajar saja kalau saudara saya berkata seperti itu. Sebab, 6 bulan yang lalu ketika dia sedang liburan di Semarang, dia melihat saya beserta anak dan istri melakukan "mae geri". Dan sekarang, ketika dia liburan di Semarang lagi, dia melihat kami sedang melakukan "mae geri" lagi. Apa yang tidak dia ketahui adalah : bahwa sejak tahun 1989 (atau 27 tahun lalu) saya dan istri melakukan dan menganalisis "mae geri"; demikian pula anak saya sejak tahun 2007 (atau 9 tahun lalu) juga melakukan dan menganalisis "mae geri" !

Apakah saya, anak, istri saya tidak bosa melakukan "mae geri" bertahun-tahun ?

Ternyata tidak !

Kami tidak bosan ! Mengapa ? Pertama, karena kami tahu ARTI PENTINGNYA "mae geri" dalam karate. Kedua, karena kami tahu bahwa "mae geri" orang yang berlatih baru 6 bulan adalah beda kualitasnya dengan yang sudah berlatih selama 5 tahun, 10 tahun, atau lebih dari itu.

Memang, "mae geri" adalah salah satu gerakan yang sifatnya mendasar, dan karena itu (meskipun kelihatannya sederhana) harus dilakukan berulang-ulang, untuk mendapatkan KESEMPURNAANNYA !

* * * * *



Apakah apa yang saya beserta istri dan anak saya lakukan terkait dengan "mae geri" selama bertahun-tahun itu ada gunanya dalam bekerja dan / atau kehidupan sehari-hari ?

Ya ! Karena disiplin untuk selalu mengulangi pelajaran hal-hal yang sifatnya sederhana ini membuat SADAR DIRI bahwa setiap hal itu TIDAK AKAN MEMBOSANKAN kalau kita selalu mengulang-ulang hal itu sambil MERENUNG untuk mengetahui MAKNA yang LEBIH MENDALAM (betapapun sederhananya itu; hal ini tentu saja berlaku di kehidupan sehari-hari maupun di tempat kerja).

* * * * *

"Tapi, mengapa hal itu harus dipelajari dengan ikut karate sejak masih sekolah / kuliah ?"  begitu (secara umum) komentar orang kepada saya.

"Karena untuk menanamkan hal itu di dalam diri seseorang TIDAK BISA INSTANT," jawab saya. "Kalau sekedar menirukan gerakan 'mae geri', dalam 3 sampai 6 bulan sudah bisa. Tetapi mendapatkan kepribadian yang selalu ingin merenungkan arti yang mendalam dan mendapatkan makna yang sebenarnya dari setiap hal yang dilakukan, itu perlu PROSES yang tidak singkat".

* * * * *

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak dalam membentuk generasi muda yang GIGIH dan TIDAK MUDAH BOSAN.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"

-----oOo-----



Tulisan dan foto oleh Constantinus J. Joseph, Susana Adi Astuti, dan Bernardine Agatha Adi Konstantia.

Constantinus adalah praktisi karate, praktisi psikologi industri, anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), dan anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO). Susana adalah praktisi karate dan karyawati perusahaan. Agatha adalah praktisi karate dan murid SMA.