Senin, 18 Juli 2016

Menemani Anak : Perlunya Training Sikap Mental & Perilaku Fisik (Contoh Praktis)



"Mengapa sikap mental & perilaku fisik itu perlu dilatih lewat training berbasis karate ?"

Saya tidak heran kalau ada orang tua yang bertanya demikian, sebab memang di saat ini masih banyak orang yang belum sepenuhnya memahami bahwa sikap mental & perilaku fisik cenderung melemah, justru ketika segala sesuatunya sudah serba mudah / serba praktis. Banyak orang (terutama orang muda yang lahir di tahun 1990-an atau setelahnya) yang menjadi "tidak sabaran" / inginnya serba cepat & mudah, dan karena itu cenderung mudah mengeluh / kegigihannya menurun (meskipun ----- tentu saja ----- tidak semua orang muda seperti ini). Mereka lebih suka "hura-hura" dan kurang familiar denga  yang namanya "prihatin" (termasuk prihatin dalam menempa sikap mental & perilaku fisiknya).



Ibu-ibu dan bapak-bapak pembaca setia blog inspirasi pendidikan kreatif "Holiparent" yang saya hormati,

Profesi saya sebagai seorang praktisi psikologi industri-lah yang menyadarkan saya : betapa sikap mental & perilaku fisik yang kuat harus semakin ditempa, di tengah-tengah gaya hidup orang muda / remaja / anak-anak yang serba mudah & praktis ini. Mereka harus disadarkan bahwa semua alat yang canggih itu adalah semata-mata alat bantu saja. Misalnya, sepeda motor atau mobil. Memang, demi mobilitas / aktivitas yang tinggi, tidak dipungkiri bahwa perlu naik sepeda motor / mobil. Tetapi yang harus ditanamkan ----- lewat training sikap mental & perilaku fisik ----- adalah : jangan sampai ketika sepeda motor / mobil mendadak rusak, seolah-olah semua mobilitas / aktivitas tidak dapat dilakukan. Ingat ! Setiap orang masih mempunyai kaki untuk berjalan ----- setidaknya berjalan me halte bus ----- untuk naik bus ke tempat tujuan. Memang, berjalan kaki itu lebih melelahkan (bagi yang sikap mental & perilaku fisiknya tidak lernah dilatih !), apalagi di bawah panas terik matahari (atau guyuran hujan, meskipun sudah memakai payung); belum lagi selama perjalanan di dalam bus juga harus berdiri terus ! Aduh, betapa lelah kakinya ! (sekali lagi, bagi yang sikap mental & perilaku fisiknya tidak pernah dilatih).

Tetapi, bagi orang (muda maupun tua) yang sikap mental & perilalu fisiknya terlatih, kegiatan seperti itu bisa dipandang sebagai kesempatan untuk berolah raga (ha...ha...ha... !) meskipun harus bangun lebih pagi dan berjalan cepat / berlari-lari supaya tidak terlambat !

* * * * *



Lalu, mengapa harus menggunakan basis gerakan dasar karate ?

Ya supaya tidak salah dalam memberikan training !

Sebagaimana diketahui bersama, training sikap mental & perilaku fisik tidak bisa diberikan secara sembarangan : kalau terlalu ringan maka tidak ada "impact-nya", kalau terlalu berat maka bisa berbahaya untuk kesehatan tubuh (keseleo, memar, luka-luka, dan sebagainya). Intinya, training ini harus "cukup" berat / keras, tetapi dilalukan secara teratur, bertahap, dan terukur; bahkan untuk peserta yang satu dan peserta yang lain tidak bisa disamakan begitu saja.

Karate mempunyai gerakan-gerakan dasar yang sistematis dan mudah diukur, meskipun tantangannya berat. Karena saya adalah seorang praktisi karate, maka saya tahu tentang hal ini ----- termasuk apa perenungan / hikmah yang bisa diambil, kalau dikaitkan dengan pekerjaan sehari-hari & dunia kerja ----- dan saya menilai bahwa gerakan-gerakan dasar karate sangat telat ----- dan terbukti efektif dalam training yang sudah saya jalankan ----- untuk meningkatkan sikap mental & perilaku fisik. Memang, "ilmu" yang saya gunakan bukan hanya karate saja, tetapi juga psikologi. Tentu saja, sebagai sebuah training, kepada setiap peserta harus saya lakukan evaluasi 4 tingkatan sebagaimana dikemukakan oleh Kirkpatrick, yaitu : (1) training ini harus menyenangkan / membanggakan peserta (meskipun sulit dan penuh tantangan; di sinilah seni / keahlian yang harus dimiliki oleh trainer), (2) training ini harus membawa perubahan yang lebih baik bagi peserta pada saat sudah mengikuti training (setiap kali selesai training, dilakukan evaluasi perkembangan peserta; untuk itu digunakan foto maupun video sebagai bukti dokumentasi training / untuk keperluan evaluasi), (3) setelah mengikuti training ini, peserta dalam kehidupan sehari-hari (maupun di tempat kerja) menunjukkan adanya peningkatan / kemajuan dalam hal sikap mental & perilaku fisiknya, (4) peserta memang pada saat yang sudah ditentukan / direncanakan memang menunjukkan sikap mental yang diharapkan & perilaku fisik yang diharapkan (percaya diri, berani, fisiknya kuat, menjalankan tugas pekerjaan yang berat secara mental maupun fisik tanpa mengelu & tetap sehat, dan sebagainya).

* * * * *



Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak untuk meningkatkan sikap mental & perilaku fisiknya.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----oOo-----

Tulisan dan foto oleh Constantinus J. Joseph, Susana Adi Astuti, dan Bernardine Agatha Adi Konstantia.

Constantinus adalah praktisi karate, praktisi psikologi industri, anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO). Susana adalah praktisi karate dan kaeyawati perusahaan. Agatha adalah praktisi karate dan murid SMA.