Tiba-tiba saja istri saya dan adiknya begitu bersemangat di hari Minggu sore ini (23 Juni 2013) : MAU MENONTON PENTAS TEATER KOMA. Judulnya : SAMPEK ENGTAY.
Agatha (anak saya) dan saya tentu saja jadi ikut nonton. Meskipun cerita Sampek Engtay boleh dibilang sudah "hafal di luar kepala" (saya bahkan pernah menulis skenarionya untuk pentas ketika saya masih sekolah di SMA Kolese Loyola untuk pentas teater di SMA), selalu saja ada yang menarik DARI SETIAP PENTAS TEATER. Apalagi, kalau yang main teater hebat sekelas TEATER KOMA !
Di sela-sela pentas, saya mengobrol dengan Pak Vidi, Guru Bahasa Indonesia di SMP Pangudi Luhur Domenico Savio Semarang, yang juga menonton pentas Teater Koma ini.
Seperti biasa, setiap kali saya mengobrol dengan para Guru Bahasa Indonesia, saya masih saja menyuarakan pendapat saya yang satu ini : BAHASA INDONESIA (DENGAN SEGALA APLIKASINYA) SANGAT SANGAT SANGAT PENTING dikuasai dengan baik oleh para murid. Entah itu masih di SD. Entah itu masih di SMP. Atau di SMA (atau yang sederajat). Bahkan ketika sudah kuliah di Perguruan Tinggi / Universitas.
Mengapa ?
Karena TIDAK DIKUASAINYA BAHASA INDONESIA (DENGAN SEGALA APLIKASINYA) membawa AKIBAT BURUK bagi orang itu sendiri, orang lain, atau kombinasi keduanya DI DUNIA KERJA.
Pilihan DIKSI dan GAYA BAHASA yang salah bisa bikin SAKIT HATI dan bahkan SALAH PANDANG / SALAH PERSEPSI pihak lain yang bisa BERAKIBAT FATAL di dunia bisnis.
Penulisan SURAT-SURAT RESMI yang tidak sesuai dengan EYD (EJAAN YANG DISEMPURNAKAN) memunculkan CITRA TIDAK CERDAS dan bahkan CEROBOH bagi penulisnya.
Belum lagi apa yang saya sebut di dalam blog kali ini dengan APLIKASI dari Bahasa Indonesia : termasuk di dalamnya adalah BERBICARA DI DEPAN PUBLIK, NEGOSIASI, DISKUSI, dan BERDEBAT yang santun dengan tujuan mengasah LOGIKA BERPIKIR. Semuanya itu perlu BAHASA INDONESIA yang dikuasai dengan baik.
Apa yang mau saya katakan sebenarnya adalah ini : bahwa BAHASA INDONESIA itu SAMA PENTINGNYA dengan MATEMATIKA dan IPA !
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Setelah mengobrol dengan Pak Vidi di saat jeda pentas Teater Koma yang berjudul SAMPEK ENGTAY, saya kembali masuk ke dalam gedung pentas bersama anak saya : menyaksikan kelanjutan pentas, menikmati VARIASI-VARIASI KREATIF yang membuat kisah Sampek Engtay ini menjadi tetap segar untuk dinikmati.
Sambil menonton, saya masih juga mengobrol (bisik-bisik, supaya tidak dimarahi oleh penonton di sebelah kami) tentang BETAPA SERIUSNYA mereka MEMPERSIAPKAN MUSIK, PAKAIAN PENTAS, PANGGUNG, TATA LAMPU, dan tentu saja PARA PEMAINNYA. Saya mengajak anak untuk MENGAPRESIASI BAGIAN DEMI BAGIAN, selain menikmati pentas SECARA KESELURUHANNYA. Harapan saya, anak menjadi bisa MERASAKAN bahwa HASIL YANG BAIK / ENAK DINIKMATI itu selalu TERDIRI dari BAGIAN-BAGIAN yang secara DETAIL memang DISIAPKAN dengan BAIK juga.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Saya menutup blok edisi kali ini dengan suatu AJAKAN terang-terangan : silakan mengajak anak dan keluarga untuk MENONTON PENTAS TEATER sesekali. Silakan MENIKMATI dan MENGAPRESIASI baik pentas secara KESELURUHAN maupun BAGIAN per BAGIAN. Semoga dengan demikian anak dapat MERASAKAN bagaimana KREATIVITAS itu BERPROSES dan disusun SATU DEMI SATU.
Selamat menemani anak.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"
-----o0o-----
Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Ilmu Sosial. Mantan pemain Teater APILOCO di SMA Kolese Loyola 1986-1989 dan mantan murid Kelas Teater di SMA Kolese Loyola tahun 1986-1988.