Kamis, 06 Juni 2013

Menemani Anak - Cerita tentang Penjual yang Selalu Ceria



Hari ini, Kamis tanggal 6 Juni 2013, adalah hari libur. Mengisi hari libur, saya beserta anak dan istri sekedar jalan-jalan dan jajan ala kadarnya di warung pinggir jalan.

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Di salah satu warung, saya berjumpa dengan penjual yang lugu dan SELALU CERIA. Dia berjualan sendiri, tanpa teman karyawan yang lain (dia ini karyawan saja, bukan pemilik). Yang menarik, dia ini (seorang wanita) melayani sekian banyak pembeli dengan TENANG dan (seperti telah saya katakan tadi)  CERIA.

Tentu saja, pembeli yang begitu banyak harus antri. Dan, beberapa di antaranya pasti ada yang menunjukkan ketidaksabaran. Tetapi dengan tetap tenang dan sabar serta ceria, Si Mbak Penjual ini tetap melayani satu per satu. TANPA BEBAN. TANPA KALUT. DAN TETAP RAMAH.

Saya amati, bahkan pembeli yang sempat mulai bersungut-sungut pun akhirnya TERTULAR MENJADI SABAR, CERIA, DAN TERTAWA BERSAMA "menikmati"  antrian ini.
Rupanya, KECERIAAN Si Mbak Penjual ini memang MENJALAR DAN MENULAR ke semua pembelinya. Kalau ada pembeli yang cemberut / tidak sabar, akhirnya ikut jadi BISA MENIKMATI.

Lucunya lagi, Si Mbak Penjual ini juga PELUPA ! Dia sering lupa apa yang sudah dipesan oleh pembeli, sehingga pembeli seringkali harus mengatakan detail pesanan berulang kali. Toh, tetap DALAM KECERIAAN, baik pembeli maupun penjualnya.

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Ketika ada seorang pembeli yang berkata dengan nada simpati, "Kasihan...harus berjualan seorang diri tanpa ada yang menemani...", maka Si Mbak Penjual berkata, "Saya ditemani Tuhan..." (dengan wajah tetap ceria).

Yang lebih mengejutkan sekaligus berkesan buat saya adalah kalimat lanjutan dari Si Mbak Penjual ini. Dia berkata, "Dulu, saya bekerja asal bekerja...tidak berdoa...tidak mengingat Tuhan...saya banyak lupa dan dimarahi banyak orang... Sekarang, saya percaya Tuhan menemani saya....saya memang masih pelupa...tapi orang-orang jadi sabar...tidak marah kepada saya..."

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Saya menuliskan pengalaman ini karena saya begitu terkesan dengan spiritualitas Si Mbak Penjual yang sederhana tetapi mengena di hati.

Pertanyaannya : apakah dalam menemani / mendampingi anak, kita juga mempunyai renungan spiritualitas semacam itu...bahwa Tuhan hadir secara nyata menemani dan membantu kita...bahkan dalam hal-hal yang sederhana ?

Selamat menemani anak.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"

-----o0o-----

Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Ilmu Sosial. Pengelola blog www.PAIMIN3000.blogspot.com