Dikelola oleh Dr. Susana Adi Astuti, S.Pi, MM, M.Si; Dr. Constantinus, S.Pi, S.Psi, MM, MM, M.Psi, Psikolog; Bernardine Agatha Adi Konstantia, S.T.P., M.Sc. Kantor : Kedaton Terrace D9/03, BSB City, Semarang. WA : 0852 1540 6189. Rekanan : BIRO PSIKOLOGI Dr.Constantinus & Rekan.
Minggu, 26 Juli 2015
Menemani Anak : NGOBROL SAMBIL MAKAN MALAM
Beberapa orang tua bercerita kepada saya bahwa anak mereka yang sudah duduk di bangku SMP atau SMA sudah mulai jarang ngobrol dengan mereka. Setidaknya, dibandingkan dengan ketika anak-anak itu masih di SD.
Hal ini dapat dimaklumi. Anak-anak ketika sudah SMP atau SMA biasanya sudah punya teman bermain seusianya, biasanya merupakan teman sekolahnya. Anak usia SMP dan SMA sedang pada taraf mencari identitas diri, dan bermain serta ngobrol dengan teman sebaya adalah hal yang wajar. Tentu saja, orang tua tetap harus tahu siapa saja teman bermain anaknya. Maksudnya adalah supaya jangan sampai salah pergaulan : punya teman akrab yang sebaya ternyata yang perilakunya ,melanggar norma susila, norma agama, bahkan aturan hukum. Itu sebabnya, orang tua harus tetap tahu dengan siapa saja anaknya bergaul, meskipun orang tua sudah tidak bisa ngobrol dan bermain dengan anak sedekat ketika anak masih SD.
* * * * *
"Lha itu masalahnya, Kang....., " kata Slontrot kepada saya. "Terus terang saja, saya ini sibuk kerja. Istri saya juga. Jadi, saya dan istri tidak tahu siapa saja teman bermain anak kami".
Saya menyimak perkataan Slontrot. Slontrot adalah teman baik dan teman lama saya. Dia memang harus bekerja keras mencari nafkah. Demikian pula istrinya. Hanya dengan kerja berdua itulah, kebutuhan keuangan keluarga bisa tercukupi.
"Kalau pulang kerja, apa kamu dan istrimu tidak pernah ngobrol dengan anak-anak saat makan malam bersama ?" tanya saya.
"Ya tidak pernah, Kang. Kami memang tidak pernah makan malam bersama. Kalau makan malam ya sendiri-sendiri," jawab Slontrot.
"Begini..... Makan malam bersama itu perlu, karena sambil makan malam bisa ngobrol dengan anak selama kira-kira setengah jam. Tidak usah kamu membayangkam makan malam di meja makan. Makan malam sambil lesehan di tikar saja juga bisa. Tidak usah kamu membayangkan makan malam pakai lauk daging dan buah-buahan mahal. Makan malam pakai lauk tahu tempe dan sambal plus kerupuk juga bisa. Yang penting, sambil makan malam itu, kamu dan istrimu serta anak-anak bisa ngobrol sekitar setengah jam. Itu kesempatan yang bagus untuk ngobrol," kata saya.
Slontrot mengangguk-anggukkan kepala.
Saya menambahkan, "Pada saat kamu dan keluarga makan malam di rumah, jangan lupa semua handphone dan smartphonemu disimpan di kamar. Begitu juga dengan istri dan anak-anakmu. Jangan sampai kalian makan malam bersama, duduk bersama, tetapi masing-masing orang justru sibuk SMS-an dan lain-lain dengan smartphone-nya. Itu namanya DEKAT DI MATA TAPI JAUH DI HATI. Kalian sepertinya berkumpul, tetapi sesungguhnya tidak ada komunikasi di situ. Sayang sekali kalau begitu"
* * * * *
Selamat menemani anak.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
-----oOo-----
Holiparent ditulis oleh Constantinus Johanna Joseph, sarjana di bidang ilmu alam dan ilmu sosial. Anggota Himpunan Psikologi Indonesia dan anggota Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi.