Mas Irawan dan Mbak Wina namanya. Masih muda, mengendarai mobil
Honda Jazz warna merah, dan punya usaha sendiri Sosis Bakar "Popoya".
Saya bertemu dengan pasangan suami istri ini di kawasan Pantai
Marina - Kota Semarang pada hari Sabtu tanggal 7 Maret 2015. Kami sekeluarga
sedang jalan-jalan di pantai tersebut ketika rasa lapar tiba-tiba datang, dan
di depan kami ada penjual sosis bakar dengan nama "Popoya".
Bukan bermaksud promosi, tetapi sosia bakar "Popoya"
buatan Mas Irawan dan Mbak Wina memang enak. Tidak heran, mereka punya banyak
pelanggan. Mas Irawan dan Mbak Wina hany hari Sabtu dan Minggu berjualan di
kawasan Pantai Marina - Kota Semarang. Hari Senin sampai Jumat mereka sibuk
membuat sosis dan bumbu-bumbu sendiri, kemudian dikirim ke outlet-outlet
yang sudah bekerja sama dengan mereka untuk berjualan sosis bakar dengan merek
"Popoya".
Ya, Mas Irawan dan Mbak Wina yang masih muda usia ini adalah
pemilik / pengusaha sosis bakar "Popoya" ! Mas Irawan yang seorang
Sarjana Komputer dan Mbak Wina yang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan di bidang
Tata Boga ini memang memilih menjadi wirausahawan. Mereka bercerita kepada saya
bahwa banyak orang tidak percaya bahwa mereka berdua adalah pemilik sosis bakar
"Popoya", karena mereka masih MUDA USIA.
Tetap saya percaya ! Kenapa ? Karena dulu saya juga sudah punya
usaha Bimbingan Belajar ketika saya masih berumur 19 tahun ! Intinya, kalau mau
jadi pengusaha, JANGAN MENUNGGU TUA !
Menarik juga mendengar cerita dari Mas Irawan bahwa beliau
menjadi pengusaha karena ayahnya juga seorang pengusaha. Kenapa saya bilang
menarik ? Karena terbukti bahwa APA YANG DIKERJAKAN oleh orang tua akan ditiru
oleh anak ! Artinya, KEPRIBADIAN mereka memang cocok untuk menjadi wirausahawan
!
Nah, di sini ada perbedaannya dengan saya. Ayah saya adalah
seorang karyawan biasa. Lalu, kenapa pada usia 19 tahun saya sudah mendirikan
sendiri usaha BIMBINGAN BELAJAR ? Karena saya BUTUH uang untuk biaya praktikum
kuliah (waktu itu saya kuliah di Jurusan Perikanan Universitas Diponegoro yang
sering praktikum di luar kota, sedangkan orang tua saya hanya mampu membayar
uang kuliah semesteran saja, Rp 20.000,- per bulan waktu itu). Tetapi,
ini belum menjawab pertanyaan : dari mana saya belajar mendirikan usaha sendiri
?
Ayah dan ibu saya sangat pandai berkomunikasi dengan orang.
Kenalannya banyak, dari dalam negeri dan dari luar negeri. Dan saya TERKESAN
dengan itu : ibu saya pandai MENULIS SURAT untuk kenalan-kenalannya di luar
negeri, sedangkan ayah saya sangat mahir NGOBROL dengan orang. Kombinasi
MENULIS, NGOBROL, dan BUTUH UANG inilah yang mendorong saya untuk YAKIN MEMBUKA
USAHA SENDIRI di bidang Bimbingan Belajar (dengan mempekerjakan banyak
pengajar), yang secara NYATA mampu MEMBIAYAI praktikum kuliah saya, membeli
buku, bahkan makan di restoran dan nonton bioskop dengan pacar (yang sekarang
menjadi istri saya).
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Saya masih menjadi pembicara untuk murid Sekolah Menengah
Kejuruan. Sesuai pekerjaan dan pendidikan saya di bidang Psikologi Industri,
saya menjelaskan tentang serba-serbi dunia kerja, dan apa yang harus
dipersiapkan oleh para murid SMK yang akan lulus sekolah (kemudian memasuki
dunia kerja).
Saya selalu mengatakan bahwa ingin menjadi KARYAWAN itu sah-sah
saja, dan ingin menjadi PENGUSAHA itu juga sah-sah saja. Mau jadi karyawan
dulu, kemudian setelah punya cukup modal, pengalaman, dan relasi, baru membuka
usaha sendiri juga sah-sah saja. Yang saya tekankan adalah JANGAN MENUNDA-NUNDA
untuk memulainya.
Tentang hal ini, ada yang bertanya kepada saya, "Pak Tinus
'kan punya gelar Magister Manajemen di bidang Pemasaran...... Saya 'kan
tidak....."
Saya menjawab, "Saya buka usaha sendiri, berjualan sendiri
usaha Bimbingan Belajar saya waktu saya masih umur 19 tahun.... Saya baru
kuliah Magister Manajemen bidang Pemasaran waktu saya sudah umur 28 tahun....."
Saya hanya mau mengatakan bahwa PENDIDIKAN itu bisa MENUNJANG
kita membuka usaha sendiri, tetapi jangan salah paham bahwa pendidikan itu akan
MENJAMIN bahwa usaha kita sukses. Saya punya banyak kenalan yang punya
gelar pendidikan bisnis / manajemen, tetapi mereka tidak kunjung buka usaha
sendiri. Kenapa ? Karena mereka RAGU untuk memulainya dan menekuninya.
KEPRIBADIANNYA tidak mendukung.
Selamat menemani anak.
Selamat menemani anak untuk membuka wawasan bahwa PENDIDIKAN itu
penting, tetapi KEPRIBADIAN itu juga penting, dan apa yang akan dikerjakan anak
kita kelak adalah KOMBINASI dari keduanya.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"
-----oOo-----
Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Praktisi
Psikologi Industri, anggota HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) dan anggota
APIO (Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi). Sarjana di bidang Ilmu Alam
dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Mahasiswa Profesi Psikologi di Universitas
Katholik Soegijapranata Semarang.