Minggu, 10 Maret 2013

MENEMANI ANAK - BELAJAR ILMU ALAM DI PANTAI SENJA



Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Meskipun biasanya pantai di kala senja digunakan untuk pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih alias berpacaran, tidak ada salahnya mengajak anak kita jalan-jalan di pantai ketika senja hari. Tentu saja, bukan untuk menonton muda-mudi yang sedang berpacaran, tetapi untuk menikmati temaram senja di pantai bersama anak sambil ngobrol santai tentang ilmu alam "yang sedang dilihat dengan pandangan mata secara langsung".






Sabtu sore itu, tanggal 9 Maret 2013, tiba-tiba saja saya dan istri merasa kangen dengan suasana pantai di kala senja. Memang, ini ada kaitannya dengan nostalgia ketika kami berdua masih usia 19-24 tahun, ketika kami berdua sebagai mahasiswa Perikanan Universitas Diponegoro biasa melakukan praktikum di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai (LPWP) "Prof. Dr. Gatot Rahardjo Joenoes" di kawasan Pantai Kartini - Jepara.

Maka, saya dan istri mengajak Agatha anak kami untuk jalan-jalan di Pantai Marina - Semarang, yang letaknya relatif dekat rumah kami (hanya 15 menit dengan kendaraan bermotor).



Jalan-jalan di Pantai Marina ketika pagi hari memang sudah sering kami lakukan bersama. Tetapi jalan-jalan di pantai ketika senja hari memang belum pernah. Dan....anak merasa senang sekali melihat pantai di senja hari karena "berbeda dengan pantai di pagi hari".



Sambil berfoto-foto ria, anak dapat melihat kenyataan alam bahwa air laut mengalami "pasang naik" ketika senja hari. Dari istilah "pasang naik" ini pun, anak sudah bisa kita ajak ngobrol ilmiah tentang pelajaran Bahasa Indonesia, bahwa istilah yang baku sebenarnya adalah "pasang naik" ketika permukaan air laut sedang meninggi di pantai, dan "pasang surut" ketika permukaan air laut sedang menjadi rendah di pantai. Akan tetapi, dalam istilah sehari-hari, istilah "pasang naik" biasa disebut sebagai "pasang" saja, sedangkan istilah "pasang surut" biasa disebut sebagai "surut" saja.


Dengan berdiri di tepi pantai (kebetulan pantainya sudah merupakan pantai buatan), maka anak dengan ditemani istri juga bisa "merasakan" bahwa "gelombang air laut" itu adalah salah satu bentuk "energi" ketika debur ombak membasahi kaki. Jadi, ketika kaki sedang terkena ombak, maka sambil tertawa-tawa gembira, jangan lupa untuk tetap me-ngobrol-kan hal-hal yang ilmiah....


Karena anak sudah sering diajak jalan-jalan di Pantai Marina ketika pagi hari, maka pada saat anak diajak jalan-jalan di pantai yang sama ketika senja hari, anak memang dapat melihat perbedaan kondisi pantai ketika sedang "pasang naik" di senja hari (dengan gelombang yang relatif besar) dan ketika sedang "pasang surut" di pagi hari (dengan gelombang yang relatif kecil).

 Di sini, anak sebenarnya sedang mengalami / menjalani sendiri apa yang disebut dengan metode ilmiah yaitu melakukan pengamatan dengan melihat (meskipun tidak terlalu sistematis) gejala-gejala / perubahan apa yang terjadi....pada saat pagi seperti apa...pada saat sore seperti apa...pada saat "pasang naik" seperti apa...pada saat "pasang surut" seperti apa.... Anak diajak untuk memiliki pengalaman untuk melakukan pengamatan guna mengetahui perbedaan alam dan memikirkan mengapa hal itu terjadi.


Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Bahkan warna langit temaram senja yang berwarna lembayung pun dapat pula dijadikan bahan obrolan ilmiah sambil menikmati syahdunya pantai. Anak bisa diajak ngobrol tentang teori warna yang me-ji-ku-hi-bi-ni-u (merah - jingga - kuning - hijau - biru - nila - ungu). Kalau kebetulan sudah pernah menonton film dengan judul "Habibie & Ainun" (sempat ditulis di blog ini juga), maka anak bisa diingatkan bahwa perubahan warna langit itu dikarenakan panjang gelombang warna yang tidak sama antara warna yang satu dengan warna yang lainnya.


Selamat menemani anak....

Selamat menemani anak dengan jalan-jalan secara murah meriah dan tetap ilmiah....

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".


-----10 Maret 2013-----

Foto-foto oleh Bernardine Agatha Adi Konstantia (siswi kelas VIII-F SMP Pangudi Luhur Domenico Savio - Semarang) dan Constantinus Johanna Joseph.

Tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph, sarjana di bidang ilmu alam dan sarjana di bidang ilmu sosial. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922.