Makan soto ayam di emperan GOR Tri Lomba Juang - Semarang juga menyenangkan.....
**********
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Di beberapa perusahaan di mana saya memberikan jasa
profesional sebagai "Praktisi Human Resources", saya selalu berpesan
kepada para karyawan yang akan mendapatkan promosi jabatan, baik dari level
staf menjadi supervisor, dari level supervisor menjadi manajer, maupun dari
level manajer menjadi direktur (sebenarnya, menurut Undang-Undang Perseroan
Terbatas yang berlaku saat ini, direktur itu bukan karyawan, tetapi pengelola
perusahaan), supaya menjaga diri untuk tidak terlena "hidup mewah"
ketika sudah mendapatkan jabatan baru, sebab memang sudah banyak bukti / korban
di mana "karyawan yang dulunya sederhana dan jujur, ketika mendapat
jabatan lebih tinggi justru terpeleset karena uang / hidup mewah sehingga
akhirnya dikeluarkan dari perusahaan / karirnya hancur".
**********
Lalu, apa kaitannya dengan blog pendidikan anak Holiparent
ini ?
Perilaku orang dewasa menurut para ahli psikologi memang
ditentukan oleh faktor genetis / keturunan dan faktor proses belajar sosial /
belajar dari pengalaman sehari-hari. Saya tidak mengatakan bahwa "karyawan
yang ketika mendapat jabatan lebih tinggi akhirnya menyalahgunakan keuangan /
wewenangnya" disebabkan oleh pendidikan yang salah di masa kecilnya.
Tidak. Sebab proses belajar sosial itu terus berlanjut sampai ketika dia
dewasa. Tetapi yang saya maksudkan adalah ini : bahwa pendidikan di masa kecil
(termasuk proses belajar sosial dari pengalaman-pengalaman yang dialami
sehari-hari) merupakan fondasi yang berpengaruh dalam proses belajar sosial di
usia-usia selanjutnya.
Kalau ketika masih kecil anak dibiarkan untuk selalu hidup
bermewah-mewah, misalnya makan harus selalu di restoran yang mahal-mahal, maka
pengalaman ini akan tertanam di dalam diri anak, dan dimungkinkan makin
berkembang ketika anak bertambah usianya.
Saya ada satu contoh nyata yang baru-baru ini saya tangani.
Seorang karyawan (dari berbagai sumber yang saya telusuri) sudah terbiasa hidup
mewah karena ayahnya masih bekerja dan memiliki jabatan yang tinggi. Dia (sebut
saja Jaka, bukan nama sebenarnya) terbiasa menggunakan mobil-mobil ayahnya
secara gonta-ganti untuk mengunjungi pacarnya (sebut saja Bunga, bukan nama
sebenarnya).
Jaka dan Bunga akhirnya menikah. Selama ayah Jaka masih
bekerja / punya jabatan, keluarga mereka didukung secara keuangan oleh ayah
Jaka. Tetapi kemudian ayah Jaka sakit, meninggal dunia, dan keuangan keluarga
ayah Jaka merosot tajam. Otomatis, keuangan keluarga Jaka dan Bunga juga
menjadi sulit, karena sebenarnya Jaka dan Bunga masing-masing hanya bekerja
sebagai staf biasa. Tetapi gaya hidup mewahnya tidak bisa hilang. Mereka mulai
berhutang ke banyak pihak. Bahkan ketika Jaka mendapatkan promosi jabatan
(karena waktu itu kerjanya cukup baik) dan penghasilannya meningkat, aktivita
berhutang itu justru semakin meningkat juga, bahkan Jaka juga berhutang kepada
anak buahnya.
Singkat cerita, wibawa Jaka jatuh di mata anak buahnya,
kepemimpinannya tidak efektif, dan kinerjanya dinilai jelek oleh manajemen
perusahaan. Jaka akhirnya dicopot dari jabatannya....
**********
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Tentu saja, kita boleh-boleh saja mengajak anak kita untuk
makan di restoran mahal, menginap di hotel bagus, dan sebagainya. Yang harus
kita perhatikan adalah ini : bahwa kita jangan lupa juga memberikan pengalaman
kepada anak kita untuk makan di soto pinggir jalan / di trotoir, belanja di
pasar tradisional (tidak selalu ke mall), naik angkot (tidak selalu naik mobil
pribadi ber-AC), dan sebagainya. Dengan demikian anak memiliki pengalaman bahwa
"hidup itu tidak harus mewah, tidak harus mahal, karena yang biasa-biasa
saja, yang murah meriah, juga ada dan bisa dinikmati". Anak dengan
demikian tidak akan canggung untuk hidup "biasa-biasa saja", dan
tidak memaksakan diri untuk hidup bermewah-mewah (kalau memang tidak mampu).
**********
Selamat menemani anak...
Selamat memberikan pengalaman kepada anak bahwa "yang
biasa-biasa saja itu juga bisa dinikmati"...
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
**********03 Maret 2013**********
Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan
Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922.
Melayani pertanyaan lewat e-mail : constantinus99@gmail.com.