Senin, 06 April 2020

BINGKAI PSIKOLOGI untuk Pemimpin & Calon Pemimpin : STOP Wawancara Tanpa Observasi Lapangan Lebih Dulu !








Bingkai Psikologi[1]
Bersama : Constantinus[2]
& Susana Adi Astuti[3]
 


(STOP WAWANCARA BERBASIS ASUMSI SAJA !)
JANGAN MELAKUKAN WAWANCARA
TANPA OBSERVASI DI LAPANGAN 
LEBIH DULU

 “Apakah yang harus dilakukan oleh seorang pewawancara sebelum dia mewawancarai calon karyawan ?” tanya Slontrot kepada saya.

“Dia harus tahu betul apa yang harus dikerjakan oleh calon  karyawan itu kalau nantinya diterima,” jawab saya.

“Jadi pewawancara harus tahu betul apa yang nantinya harus dikerjakan oleh seorang operator SPBU[4] kalau akan mewawancarai calon operator SPBU ?” tanya Slontrot.

“Ya,” jawab saya tegas.

“Bagaimana caranya ?” Slontrot kelihatan ingin tahu.

“Harus hafal Job Desc[5] dan SOP[6] operator SPBU di luar kepala,” jawab saya. “Juga melakukan observasi dan wawancara informal kepada para operator SPBU yang sudah berpengalaman”.

*****

Pertanyaan yang kemudian muncul, itu untuk pewawancara psikologi atau wawancara kompetensi ? Jawabannya adalah untuk keduanya. Pewawancara psikologi maupun pewawancara kompetensi sama-sama harus mengetahui dengan pasti, bukan hanya berdasarkan angan-angan tentang SOP dan Job Desc operator SPBU. Jangan sampai membuat rekomendasi dapat diproses lanjut, masih dapat diproses lanjut, atau kurang disarankan untuk diproses lanjut hanya berdasarkan angan-angan saja, tanpa pernah secara nyata melakukan observasi dan wawancara, dan tanpa hafal di luar kepala tentang SOP dan Job Desc pekerjaan yang di-wawancara-kan.

*****

“Terus, apa perbedaan pewawancara psikologi dan pewawancara kompetensi kalau sama-sama harus melakukan observasi dan wawancara serta hafal SOP dan Job Desc operator SPBU ?” tanya Slontrot.

“Pewawancara psikologi akan mendalami dengan BEI-STAR[7] tentang kecocokan calon karyawan itu dengan pekerjaan sebagai operator SPBU ditinjau dari tujuan hidup atau motifnya bekerja, kecerdasannya, kepribadiannya, dan minatnya,” kata saya. “Pewawancara kompetensi akan mendalami dengan wawancara hal-hal teknis serta  simulasi atau peragaan untuk mengukur kecocokan calon karyawan itu dengan pekerjaan sebagai operator SPBU”.

Slontrot mengangguk-anggukkan kepala.

“Dan ada tambahan lagi,” kata saya mengagetkan Slontrot. “Pewawancara psikologi harus mengukur juga potensi yang dapat dikembangkan dalam diri calon karyawan itu. Misalnya, karena dia relatif pandai berhitung atau matematika, atau karena komunikasinya ramah dan jelas, atau karena dia terlihat percaya diri dan mempersiapkan diri mengikuti wawancara dilihat dari cara berpakaian, kerapian rambut, bahasa tubuh, dan sebagainya. Pewawancara dapat mengukur apakah calon karyawan ini apabila nantinya diterima dapat dikembangkan menjadi supervisor dengan pelatihan dan pendidikan yang khusus diberikan kepada calon supervisor.”  

“O… Jadi memang harus ada pelatihan dan pendidikan khusus untuk mengembangkan karyawan yang punya potensi lebih baik dari yang biasanya, ya ?” tanya Slontrot.

*****

Godaan bagi pewawancara pemula adalah kurang menggali lebih dalam dan melihat secara lebih luas atau lebih utuh serta lebih jauh ke depan tentang apa yang ada pada diri calon karyawan, serta kondisi nyata dari bisnis yang sedang di-wawancara-kan (dalam contoh ini adalah bisnis SPBU). Termasuk dalam kondisi nyata dari bisnis adalah harapan / tuntutan dari masyarakat selaku konsumen, aturan yang diterapkan oleh institusi terkait tentang penjaminan mutu, aturan dari pemilik perusahaan tentang target yang harus dicapai dan kepemimpinan untuk kerja sama tim, dan lain-lain.

Dengan demikian, menjadi pewawancara potensi haruslah benar-benar membumi alias mengetahui betul kondisi nyata di lapangan, lewat observasi dan wawancara kepada para operator yang sudah berpengalaman, serta hafal tentang SOP dan Job Desc yang harus dikerjakan operator SPBU.

*****

Slontrot pamit pulang. Dia sudah lebih paham sekarang. Tinggal melakukan apa yang sudah saya katakan, yaitu harus melakukan observasi dan wawancara di lapangan, serta hafal SOP dan Job Desc, supaya dalam melakukan wawancara psikologi jangan didasarkan pada asumsi saja.


Semarang, 6 April 2020
di teras rumah
Jl. Anjasmoro V/24 Semarang


[1] Adalah tulisan yang dibuat sebagai bahan refleksi kepemimpinan bagi para pemimpin dan calon pemimpin di Komunitas Psikologi “Holiparent Research & Education” Semarang, supaya tidak membatasi diri untuk melihat pekerjaan sebatas kegiatan mencari uang (karena pekerjaan adalah kesempatan berkarya untuk memuji Tuhan Yang Mahaesa).
[2] Constantinus, S.Pi, S.Psi, MM, MM, M.Psi, Psikolog adalah psikolog praktek, employment counselor bersertifikat manajemen sumber daya manusia dari BNSP RI, Direktur “Praktek Psikologi Constantinus & Rekan”.  
[3] Susana Adi Astuti, S.Pi, MM, M.Si adalah ilmuwan psikologi sosial, employment counselor bersertifikat manajemen SDM dari BNSP RI, Direktur “Holiparent Research & Education”.
[4] Stasiun Pompa Bensin untuk Umum alias pom bensin.
[5] Job Description
[6] Standard Operation & Procedure
[7] Behavior Event Interview – Situation Task Action Result