"ULANGAN ULANG"
Anak saya sudah kelas IX SMP (dulu di zaman saya sekolah,
namanya kelas III SMP). Sebentar lagi (artinya : tidak sampai setahun lagi)
sudah ujian nasional untuk kelulusan SMP. Artinya juga, harus "mencari dan
menemukan" sekolah yang baru.
Saya yakin, banyak juga di antara Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak
pembaca setia blog inspirasi pendidikan kreatif "Holiparent" ini yang
mengalami nasib serupa dengan saya : anaknya duduk di kelas VI SD / sederajat
atau IX SMP / sederajat atau XII SMA / sederajat yang sebentar lagi sudah harus
menjalani ujian nasional.
*****
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Dalam salah satu ulangan mata pelajaran, ternyata nilai
hasil ulangan anak saya dan teman-teman sekelasnya relatif tidak memuaskan
alias tidak tuntas alias jelek. Maka, diadakanlah "ulangan ulang"
untuk seluruh kelas. Dan...puji Tuhan...anak saya mendapat nilai baik.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
"Sharing" kita pada edisi kali ini adalah tentang
"ulangan ulang". Ketika anak saya bercerita bahwa "ulangan
ulang" rasanya lebih mudah dibandingkan ulangan yang diadakan sebelumnya,
maka saya bercerita kepada anak saya bahwa "rasa lebih mudah" yang
muncul saat mengerjakan "ulangan ulang" itu dalam psikologi dikenal
sebagai "proses belajar". Saya
kemudian mengatakan kepada anak saya bahwa banyak berlatih mengerjakan
soal-soal seperti mengerjakan ulangan, sebenarnya membuat diri kita bisa lebih
siap, sehingga setiap mengerjakan ulangan di sekolah rasanya seperti
mengerjakan "ulangan ulang" saja alias rasanya gampang karena sudah
banyak berlatih menjawab aneka macam soal yang ada (yang kemungkinan muncul
dalam ulangan).
Dari ngobrol-ngobrol seperti ini, anak saya menjadi lebih
bersemangat dan lebih giat mengerjakan latihan soal-soal meskipun belum ada
ulangan, supaya kalau suatu saat ada ulangan, maka rasanya mudah karena seperti
mengerjakan "ulangan ulang" saja.
*****
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Ngobrol-ngobrol seperti yang saya "sahring"-kan
dalam kisah nyata di atas memang lebih mudah diterima dan dilaksanakan oleh anak,
karena sebelumnya anak memang sudah mengalami / merasakan sendiri bahwa
"ulangan ulang" itu rasanya lebih mudah dibandingkan ulangan.
Marilah kita berdoa bersama agar kita memang selalu
diizinkan Tuhan untuk mendampingi anak-anak kita, sehingga kita tahu apa yang
sudah dialami oleh anak kita, dan kita dapat menggunakan / mengaitkan
pengalaman anak kita itu dengan nasehat-nasehat sehingga anak lebih mudah /
lebih mau menerima dan melaksanakannya.
Selamat menemani anak.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"
-----oOo-----
Tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi
anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922.