Jumat, 04 Oktober 2013

ULANGAN ULANG



"ULANGAN ULANG"
Anak saya sudah kelas IX SMP (dulu di zaman saya sekolah, namanya kelas III SMP). Sebentar lagi (artinya : tidak sampai setahun lagi) sudah ujian nasional untuk kelulusan SMP. Artinya juga, harus "mencari dan menemukan" sekolah yang baru.

Saya yakin, banyak juga di antara Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak pembaca setia blog inspirasi pendidikan kreatif "Holiparent" ini yang mengalami nasib serupa dengan saya : anaknya duduk di kelas VI SD / sederajat atau IX SMP / sederajat atau XII SMA / sederajat yang sebentar lagi sudah harus menjalani ujian nasional.

*****

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Dalam salah satu ulangan mata pelajaran, ternyata nilai hasil ulangan anak saya dan teman-teman sekelasnya relatif tidak memuaskan alias tidak tuntas alias jelek. Maka, diadakanlah "ulangan ulang" untuk seluruh kelas. Dan...puji Tuhan...anak saya mendapat nilai baik.

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

"Sharing" kita pada edisi kali ini adalah tentang "ulangan ulang". Ketika anak saya bercerita bahwa "ulangan ulang" rasanya lebih mudah dibandingkan ulangan yang diadakan sebelumnya, maka saya bercerita kepada anak saya bahwa "rasa lebih mudah" yang muncul saat mengerjakan "ulangan ulang" itu dalam psikologi dikenal sebagai "proses belajar".  Saya kemudian mengatakan kepada anak saya bahwa banyak berlatih mengerjakan soal-soal seperti mengerjakan ulangan, sebenarnya membuat diri kita bisa lebih siap, sehingga setiap mengerjakan ulangan di sekolah rasanya seperti mengerjakan "ulangan ulang" saja alias rasanya gampang karena sudah banyak berlatih menjawab aneka macam soal yang ada (yang kemungkinan muncul dalam ulangan).

Dari ngobrol-ngobrol seperti ini, anak saya menjadi lebih bersemangat dan lebih giat mengerjakan latihan soal-soal meskipun belum ada ulangan, supaya kalau suatu saat ada ulangan, maka rasanya mudah karena seperti mengerjakan "ulangan ulang" saja.

*****

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Ngobrol-ngobrol seperti yang saya "sahring"-kan dalam kisah nyata di atas memang lebih mudah diterima dan dilaksanakan oleh anak, karena sebelumnya anak memang sudah mengalami / merasakan sendiri bahwa "ulangan ulang" itu rasanya lebih mudah dibandingkan ulangan.

Marilah kita berdoa bersama agar kita memang selalu diizinkan Tuhan untuk mendampingi anak-anak kita, sehingga kita tahu apa yang sudah dialami oleh anak kita, dan kita dapat menggunakan / mengaitkan pengalaman anak kita itu dengan nasehat-nasehat sehingga anak lebih mudah / lebih mau menerima dan melaksanakannya.

Selamat menemani anak.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"

-----oOo-----

Tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922.