Kamis (5 Juni 2025) sekitar jam 10.00 WIB, setelah mengajar, saya menyempatkan diri duduk-duduk minum kopi di kantin universitas. Kebetulan ada mahasiswa yang akan minta tanda tangan saya.
Tepat waktu, mahasiswa ini datang dan saya memberikan tanda tangan pada Laporan Magang yang dibuatnya. Setelah itu, seperti kebanyakan mahasiswa lainnya, dia ngobrol dengan saya tentang banyak hal. Dan tidak terasa, 90 menit sudah berlalu, sehingga saya harus pamit karena ada kegiatan di Kantor Biro saya.
Dari obrolan itu, saya berpikir ada baiknya menuliskan poin-poin yang (semoga) berguna untuk siapa saja yang membaca tulisan ini.
1.KULIAH ITU SUPAYA BANYAK AKAL
Ini merupakan pengalaman empiris saya : saya dibayar oleh perusahaan karena saya punya banyak akal untuk memecahkan masalah. Kalau saya kuliah, tujuannya memang supaya saya punya wawasan dan skill baru untuk memecahkan masalah.
Tentu saja, pengalaman setiap orang berbeda-beda. Tetapi apa yang saya sampaikan ini layak untuk direnungkan.
2.GELAR AKADEMIS SEBAGAI ATMOSFIR UNTUK BEKERJA
Sekali lagi, ini adalah pengalaman pribadi saya, sehingga tidak bisa digeneralisir berlaku untuk semua orang. Namun demikian, layak juga dijadikan renungan.
Saya hidup di planet bumi, tentu memerlukan atmosfir yang menyelimuti bumi. Tetapi, ketika saya bekerja di bank, saya menggunakan skill yang saya miliki untuk melayani nasabah, bekerja sama dengan rekan kerja, dan sebagainya. Sebagai lulusan S-1 Perikanan, saya menggunakan ilmu saat kuliah dulu : Manajemen Usaha Pertanian, Tata Niaga Hasil Perikanan, Dasar-Dasar Manajemen, Pengantar Ekonomika, Sosiologi Pedesaan, dan sejenisnya.
Memang, tidak semua ilmu kuliah di S-1 Perikanan saya gunakan untuk bekerja di bank. Tetapi S-1 Perikanan adalah atmosfir bagi saya, karena di dalam atmosfir S-1 Perikanan itulah saya mendapatkan ilmu-ilmu manajemen yang akhirnya saya gunakan untuk bekerja di bank.
Pengalaman saya, Gelar Akademis jangan membatasi peluang untuk menekuni suatu pekerjaan.
3.OPPORTUNITY + INTEREST + COMPETENCY
(OIC, dibaca Oh, I See)
Terkait dengan butir kedua di atas (gelar akademis sebagai atmosfir dalam bekerja), dalam pengalaman saya, saya tetap harus memperhatikan dan menganalisis OPPORTUNITY / PELUANG yang ada dikaitkan dengan INTEREST / MINAT saya.
Tentang INTEREST / MINAT ini, ada beberapa hal yang perlu diingat baik-baik. Pertama, dalam diri seseorang itu bisa saja ada banyak minat. Kedua, setiap minat itu ada yang tinggi tarafnya (MINAT HIJAU), ada yang taraf sedang (MINAT ORANYE), dan ada yang taraf rendah (MINAT MERAH). Ketiga, suatu minat yang dulu pada taraf ORANYE, bisa saja sekarang meningkat jadi taraf HIJUAU (dan sebaliknya) terkait dengan OPPORTUNITY / PELUANG dan COMPETENCY (dari Kursus / Training Teknis / kuliah).
Saat saya berumur 20 - 21 tahun :
A) MINAT HIJAU saya adalah :
✓ Bekerja menggunakan TEKNOLOGI AKUAKULTUR / BIO-SCIENCE ENGINEERING sebagai PENELITI di laut
✓ Bekerja sebagai PENULIS FIKSI ILMIAH tentang BIO-TEKNOLOGI
B)MINAT ORANYE saya adalah :
✓ Bekerja menggunakan ILMU MANAJEMEN
C)MINAT MERAH saya adalah :
✓ Bekerja di bidang OLAH RAGA
Ketika saya lulus S-1 Perikanan, ternyata ada banyak sekali lowongan kerja di bank (tahun 1995). Saya yang hidup dalam ekonomi pas-pasan (harus memberikan les privat sambil kuliah supaya bisa membayar biaya praktikum) MELIHAT ini sebagai PELUANG untuk mendapatkan penghasilan yang bagus. Oleh karena itu, saya akhirnya bekerja di bank menggunakan ilmu-ilmu terkait manajemen uang merupakan MINAT ORANYE saya.
Sambil kuliah, saya kuliah lagi S-2 MANAJEMEN untuk meningkatkan COMPETENCY di bidang manajemen. Ternyata, saya bisa meniti karir dari STAF sampai jadi DIREKTUR maupun KOMISARIS dengan menggunakan ilmu manajemen ini. Sejalan dengan berjalannya waktu, tentu saja minat saya di bidang manajemen yang semula oranye sekarang meningkat jadi HIJAU.
4.KOMUNIKASI STRATEGIS
Dalam pengalaman saya, komunikasi strategis secara praktis adalah :
✓ Saya menyampaikan gagasan hanya kepada orang yang memiliki kapasitas untuk memahami gagasan saya (dia bisa saja setuju dengan gagasan saya, bisa saja tidak setuju dengan gagasan saya, tapi dia punya KAPASITAS untuk MENCERNA gagasan saya). Jadi, saya tidak menyampaikan gagasan kepada SEMBARANG ORANG.
✓ Kalau ada orang yang TIDAK PUNYA KAPASITAS MEMADAI tetapi SOK TAHU memberikan saran / nasehat, saya tidak membantahnya / saya tidak mendebat dia, tetapi saya juga TIDAK MEMIKIRKAN LEBIH LANJUT apa yang dikatakannya.
[Bagi yang berminat tentang hal ini, bisa mempelajari lebih lanjut tentang SIGNIFICANT PERSON dalam Teori Psikologi CARL ROGERS dan juga KURT LEWIN tentang Teori Medan]
Kedaton, Jumat 6 Juni 2025, 07.00 WIB
Dr. Tinus, S.Pi, S.H., S.Psi, M.M., M.M., M.Psi, Advokat, Psikolog
(Green Management for Sustainable Business)