Sabtu, 12 Januari 2013

BEDANYA MALAS DENGAN KREATIF-INOVATIF

Malam ini saya sedang tiduran karena sakit flu yang cukup berat, ketika anak saya yang sedang duduk di kelas VIII alias kelas II SMP bertanya tentang "arti dari alur cerita campuran", "arti dari kata kolosal", dan "arti dari kata figur".

Tentu saja, untul menjawabnya saya harus bernostalgia tentang pelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan SMA dulu.

********************

Ibu-Ibu dan Bapal-Bapak Yth.,

Kalau kita renungkan, mungkin saja apa yang kita pelajari di masa sekolah dulu memang pada kenyataannya tidak kita gunakan untuk mencari nafkah sehari-hari. Saya, misalnya, tidak mencari nafkah dengan ilmu kimia yang dulu saya pelajari di SMA dan bangku kuliah. Tetapi apa yang telah kita pelajari itu toh tetap ada gunanya, yaitu untuk menjawab / menemani anak belajar.

********************

"Bagaimana kalau dulu saya tidak suka dengan pelajaran A, padahal anak minta ditemani belajar pelajaran A ?" seorang teman pernah bertanya kepada saya.

Pengalaman saya sendiri, hal seperti itu sekarang ini dapat disiasati dengan teknologi. Saya dulu tidak jago pelajaran Sejarah. Maka, kalau anak bertanya tentang pelajaran Sejarah, saya akan mencari jawabnya dengan Google.

"Menggunakan Google membuat anak jadi malas," kata seorang teman kantor saya.

Saya tidak mau berdebat dengan beliau. Menurut saya, ada 2 hal yang patut untuk direnungkan lebih dalam.

Pertama, malas tidaknya seseorang tidak patut hanya diukur dari belajar menggunakan Google atau tidak.

Kedua, belajar dengan menggunakan teknologi baru seperti Google mendidik anak untuk memanfaatkan kemajuan teknologi / ilmu pengetahuan yang ada sekarang inj.

******************

"Orang malas dan orang yang kreatif - inovatif itu sebenarnya sama, yaitu sama-sama tidak mau repot. Bedanya, orang malas itu tidak mau repot dan juga tidak produktif, maka dia tidak melakukan apa-apa. Orang kreatif-inovatif itu produktif, maka dia melakukan banyak upaya penemuan supaya hidup dapat dijalani dengan mudah / tidak repot tetapi tetap produktif," kata saya kepada Agatha, anak saya semata wayang.

********************

Selamat menemani anak.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"

-----o0o-----

Tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph.
Anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922.
Pernah belajar Ilmu Alam, Ilmu Hukum, Ilmu Manajemen, dan tentu saja Ilmu Jiwa & Perilaku Manusia (Psikologi).

Telepon : 081 229 255 689.
Alamat Surat : Jl. Anjasmoro V no. 24 Semarang.
e-mail : constantinus99@gmail.com