Susan dan saya kemudian makan siang di Stasiun Gambir. Setelah itu kami naik taksi online menuju Bandara Cengkareng.
Susan dan saya menunggu di Bandara Cengkareng sejak sore sekitar pukul 17.00 WIB, padahal pesawat Qatar Airways baru berangkat pukul 00.23 WIB. Tetapi bagi kami, lebih baik menunggu di Bandara Cengkareng daripada terjebak kemacetan lalu lintas.
Kamis tanggal 16 Maret 2023 pukul 05.15 Waktu Doha, Susan dan saya sampai di Bandara Doha (Qatar).
Kami bisa duduk-duduk santai sejenak di Bandara Doha, sebelum akhirnya terbang lagi naik pesawat Qatar Airways pukul 08.15 Waktu Doha menuju Bandara Schiphol, Amsterdam (Belanda).
Kamis 16 Maret 2023 pukul 13.15 CET (Central European Time, sama dengan Waktu Amsterdam), pesawat Qatar Airways yang kami tumpangi mendarat di Bandara Schiphol, Amsterdam (Belanda). Hal pertama yang kami lakukan adalah membeli kartu perdana SIM (Subscriber Identity Module / Subscriber Identification Module) untuk handphone kami.
Susan dan saya masing-masing membeli kartu perdana LYCA MOBILE di sebuah toko di Bandara Schiphol seharga EUR 40 setara Rp 650.000 untuk kuota internet sejumlah 10 GB. Jadi kami berdua membayar EUR 80 setara 1,3 juta untuk mendapatkan kuota internet 20 GB. Memang harganya jauh lebih mahal dibandingkan kuota internet di Indonesia (dengan harga Rp 125.000 sudah mendapatkan kuota internet 50 GB). Tetapi, kami tidak punya pilihan. Ha...ha...ha...
Setelah punya kartu perdama SIM LYCA MOBILE, kami bisa bertukar pesan lewat WA dengan Agatha (putri kami) yang saat itu sedang kuliah di Leuven (Belgia). Kami janjian untuk bisa bertemu dengan Agatha di Stasiun Leuven (Belgia) sore itu.
Udara dingin dan rasa lapar membuat kami membeli roti di Toko Albert Heijn di Bandara Schiphol. Rotinya masih hangat, karena langsung dibuat di toko itu. Harga satu roti rata-rata EUR 1 setara dengan Rp 16.000. Itu harga yang wajar. Rotinya enak dan ukurannya relatif besar.
(Bersambung)