Senin, 15 Juni 2020

FGD online : AUDIT KOMUNIKASI di Era New Normal / VUCA dan Aplikasi Psikologi Jawa





Holiparent Research & Education - Studio 26h pada hari Sabtu tanggal 13 Juni 2020 mengadakan focus group discussion (FGD).  Materi yang dibahas adalah audit komunikasi, new normal / VUCA world, dan psikologi Jawa. Acara terbuka bagi masyarakat umum,  dan diikuti oleh praktisi manajemen sumberdaya manusia serta juga mahasiswa psikologi.

Studio 26h sebagai penyelenggara adalah divisi dari Holiparent Research & Education yang memberikan layanan counseling & coaching psikologi di bidang berpikir, menulis, dan berbicara. Kalau mengikuti pelatihan / seminar lain, ketika pulang menjadi (merasa) lebih tahu / lebih pandai, maka setelah mengikuti FGD ini peserta ketika pulang menjadi sadar bahwa masih ada banyak sekali yang belum diketahui.



Personil Studio 26h  terdiri dari Susana Adi Astuti, Bernardine Agatha Adi Konstantia, dan Constantinus. Bernardine Agatha adalah jurnalis / aktivis pers kampus dan mahasiswa food technology di Universitas Katolik Soegijapranata. 



FGD ini menggunakan buku dengan judul Audit Komunikasi tulisan Mohammed dan Bungin (2015) sebagai salah satu bahan diskusi, dikombinasikan dengan materi tentang VUCA world (volatility - uncertainty - complexity - ambiguity) sebagaimana dikemukakan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus (1987) serta VUCA prime (vision - understanding - clarity - agility) sebagaimana dikemukakan oleh Robert Johansen (2007). Selain itu, dipaparkan juga materi tentang new normal & self efficacy oleh Susana Adi Astuti, S.Pi, MM, M.Si (peneliti & ilmuwan psikologi sosial & lingkungan) dan materi tentang psikologi Jawa oleh Constantinus, S.Pi, S.Psi, MM, MM, M.Psi, Psikolog (peneliti & psikolog organisasi & lingkungan). 

Susana Adi Astuti, S.Pi, MM, M.Si
(Direktur HOLIPARENT Research & Education,
Peneliti & Ilmuwan Psikologi Sosial dan Lingkungan)


Constantinus, S.Pi, S.Psi, MM, MM, M.Psi, Psikolog
(Peneliti & Psikolog Organisasi dan Lingkungan)


Foto bersama peserta FGD

Tujuan dari diadakannya FGD ini adalah :

  1. Meningkatkan ketrampilan berpikir dan berbicara para peserta, betapapun kecilnya
  2. Meningkatkan kesadaran tentang ke-belumtahu-an mengenai komunikasi & audit komunikasi untuk kinerja / produktivitas dikaitkan dengan new normal maupun VUCA world dan Psikologi Jawa



Pembahasan yang dilakukan dalam FGD ini meliputi :

  1. Perlukah melakukan audit komunikasi ?
  2. Bagaimana melakukannya dengan berbasis Psikologi Jawa ?



Intisari dari Audit Komunikasi yang dijadikan bahan FGD



Pengantar FGD yang dibawakan oleh Constantinus, S.Pi, S.Psi, MM, MM, M.Psi, Psikolog

\

Dari FGD yang dilakukan, diperoleh catatan sebagai berikut :

  1. Audit komunikasi semakin perlu di saat new normal sekarang ini, karena ada banyak orang yang tidak terstandar ketrampilaan komunikasinya. Lalu, bagaimana cara melakukannya ? Apakah dengan cara formal ? Ataukah dengan cara non formal ? Bagaimana menggunakan Psikologi Jawa untuk hal ini ?
  2. Kalau untuk melakukan komunikasi saja sudah ada rasa ewuh pekewuh di kalangan anak muda, maupun “dipandang berperilaku kurang ajar” dari kalangan orang tua, apalagi untuk melakukan audit komunikasi ! Lalu, apakah samesthine dan sabenere bisa membantu untuk ini ?
  3. Melakukan audit dengan metode cerita perlu dilakukan ntuk menjaga rasa nyaman di pihak komunikan. Lalu, bagaimana caranya membuat komunikator terampil menggunakan metode cerita ?
  4. Dalam melakukan audit komunikasi, perlu untuk memeriksa apakah jalur komunikasi yang selama ini ada memang sudah mencukupi atau belum.  Kalau ternyata belum mencukupi, lalu apa yang harus dilakukan ?
  5. Juga perlu dilakukan pengukuran daya tangkap komunikan. Lalu, apa yang harus dilakukan ?
  6. Adalah perlu untuk menyamakan dengan “frekuensi”  komunikan ketika menjalankan audit komunikasi. Lalu, sejauh apa mirroring  yang harus dilakukan ? Atau, kapan mulai perlu digunakan “pendekatan kekuasaan” ?
  7. Audit komunikasi dalam Psikologi Jawa harus didasari doa. Lalu, kalau semua sudah dilakukan ternyata tidak berubah, kapan saatnya harus merasa ikhlas ? Apakah itu pertanda kedewasaan, atau sudah menyerah ? 




Semoga dengan berakhirnya FGD ini, peserta menjadi semakin sadar tentang ke-belumtahuan-nya, dan menjadi pendorong untuk terus belajar guna mengatasi permasalahan sehari-hari.