Minggu, 22 Februari 2015

SELALU MEMBAWA ALAT UNTUK MENANGKAP IDE YANG LEWAT





Banyak yang bertanya kepada saya, "Di mana kamu menulis ?"

Saya jawab dengan sejujurnya, "Di mana saja".

Lalu, ada lagi yang bertanya kepada saya, "Dengan apa kamu menulis ?"




Saya jawab (lagi-lagi) dengan sejujurnya, "Dengan apa saja". Maksud saya, saya bisa menulis artikel atau materi training atau sistem manajemen sumberdaya manusia dengan "smartphone" (kalau saya sedang bawa "smartphone"), dengan "handphone QWERTY" saya (kalau saya sedang membawa "handphone" QWERTY), atau dengan "tablet" ukuran 10 inchi (kalau saya sedang membawa "tablet" ukuran 10 inchi lengkap dengan "wireless keyboard"-nya), atau dengan "laptop" (kalau saya sedang membawa "laptop"). 





Demikian pula, foto-foto ilustrasi tulisan saya juga saya buat sendiri, karena itu (tidak jarang) saya membawa kamera DSLR.




* * *

Pada kenyataannya, saya biasanya membawa minimal dua alat untuk menulis. Misalnya, "smartphone" dan "tablet" 10 inchi, "smartphone" dan "laptop"; atau "smartphone" dengan "handphone" QWERTY. Alasannya sederhana : kalau saya kehabisan baterei di salah satu "alat tulis" yang saya bawa, saya masih punya "alat tulis" satu lagi (yang saya bawa). Ini semua "menjamin" bahwa ide yang melintas KAPAN PUN akan saya TANGKAP dengan alat tulis yang saya bawa saat itu. Atau, ketika saya sedang MENUNGGU seseorang atau suatu acara (termasuk menunggu film bioskop diputar), saya bisa mengetik di kafe atau di "lobby" bioskop atau bahkan di dalam mobil saya (yang sedang saya parkir).

* * *

"Wah, kamu niat banget bawa-bawa alat-alat elektronik buat menulis di perjalanan," begitu kira-kira komentar beberapa orang yang saya beri tahu tentang bagaimana saya bisa menulis di mana saja.

"Saya hanya mengisi waktu luang di perjalanan, makanya saya membawa alat-alat tulis," jawab saya, apa adanya. "Lagi pula, kalau saya menunggu sampai rumah baru menulis, ide biasanya sudah sudah lewat dan tulisan justru tidak selesai".

* * *

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa semua orang harus membawa alat tulis (elektronik) ke mana saja mereka pergi, supaya bisa langsung menuliskan ide-ide yang muncul (di setiap saat, di sembarang tempat). Tetapi saya ingin men-sharing-kan hal ini : bahwa supaya orang bisa produktif menulis, maka dia harus siap sedia setiap saat untuk menuliskan ide yang muncul dengan alat tulis elektronik yang dia punya. 

Prinsipnya, kalau ingin PRODUKTIF, maka harus SIAP SEDIA SETIAP SAAT untuk menangkap dan menuliskan ide yang muncul.

Selamat menemani anak.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"

-----oOo-----

Foto dan tulisan oleh Constantinus  Johanna Joseph. Anggota Himpunan Psikologi Indonesia dan Asosiasi Psikologi Industri & Organisasi. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial.