Kamis, 18 April 2013

BELAJAR DARI & DALAM PROSES

Orang tua memiliki banyak kesempatan untuk menemani anak supaya anak selalu belajar dari dan dalam proses. Ketika ada kesempatan jalan-jalan bersama anak di pantai / laut misalnya, anak ditemani oleh orang tuanya untuk MENGAMATI & MENIKMATI proses-proses apa saja yang ada di lingkungan pantai / laut. Dengan demikian, anak terbiasa untuk SECARA DITAIL  belajar dalam PROSES, tidak serba instan.


Waktu saya menulis blog ini, hujan lebat sedang mengguyur bumi. Jam (di smartphone) menunjukkan pukul 20.00 Waktu Indonesia Barat. Hujan sudah turun sejak pukul 16.00 tadi. Sudah empat jam, dan belum reda juga.

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Saya hampir saja terlena untuk menulis cerpen (cerita pendek) dengan kalimat pembuka di atas. Memang, semasa masih SMP sampai SMA, saya adalah penulis cerpen. Juga artikel ilmiah populer. Tetapi tulisan saya yang pertama baru dimuat ketika saya kelas III SMA. Dimuat di surat kabar Jawa Tengah. Wah, senangnya bukan main. Padahal, kalau dihitung-hitung, sudah sejak enam tahun sebelumnya saya mengirim tulisan ke surat kabar. Baru setelah enam tahun proses yang panjang dan tidak terhitung banyaknya tulisan yang sudah saya kirim, akhirnya ada juga SATU tulisan yang dimuat !

Memang, setelah itu tulisan demi tulisan saya dimuat di berbagai surat kabar, tabloid, dan majalah. Meskipun, ada yang harus disertai dengan PRESENTASI di hadapan dewan redaksi salah satu media massa di Jakarta. Waktu itu umur saya 29 tahun. (Sekarang umur saya 43 tahun. Artinya, itu sudah 14 tahun yang lalu).

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Pengalaman berjuang untuk me jadi penulis ini berkali-kali saya ceritakan kepada anak saya. Juga kepada banyak orang yang lai . Intinya sederhana saja : tidak ada yang instan. Semua itu perlu proses, perlu waktu, perlu perjuangan dan doa.

Saya juga selalu mengatakan, beberapa orang ada yang memerlukan waktu kurang dari enam tahun ketika tulisan-tulisannya sudah dimuat di media massa. Beberapa orang yang lain perlu waktu lebih dari enam tahun. Semua itu adalah proses. TIDAK PERLU IRI. TIDAK PERLU MINDER / RENDAH DIRI.

Yang penting sebenarnya bukan waktu enam tahun, atau tujuh tahun, atau delapan tahunnya. Tetapi MENJALANI PROSES, BELAJAR DARI & DALAM PROSES, itulah esensinya. Di sini terkandung keteguhan, ketekunan, kesabaran, hasrat, cinta dan kesabaran.

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Anak memang perlu kita beri cerita, perlu kita beri contoh, tentang nilai-nilai keteguhan, ketangguhan dan sebagainya tadi. Semoga dengan demikian, anak kita jadi lebih siap memasuki dunia kerja di saat dia dewasa kelak. Sebab sebagai seorang praktisi psikologi industri dan komunikasi di perusahaan-perusahaan, saya sudah membuktikan secara empiris / berdasarkan pengalaman bahwa kesuksesan orang bekerja tidak dapat lepas dari KESUNGGUHANNYA BELAJAR DARI & DALAM PROSES yang memerlukan WAKTU dan juga KESUNGGUHAN / KETABAHAN dan sebagainya tadi.

Selamat menemani anak.

Selamat menemani anak untuk BELAJAR DARI & DALAM PROSES.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"

-----18 April 2013-----

Tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Il.uwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia.