Minggu, 28 April 2013

ANYTHING BUT ORDINARY


Sabtu siang itu (27 April 2013) saya sedang jalan-jalan keliling kota sambil mencari makan siang, setelah saya selesai mengikuti acara yang menghadirkan banyak orang pintar secara akademis /pendidikan formal dan sekaligus terbukti nyata sukses menjalankan bisnis swasta.
Masih terpengaruh oleh semangat positif dari acara yang baru saja selesai saya ikuti, sambil makan siang di salah satu rumah makan di Jalan Pemuda di kota Semarang, saya ajak anak saya untuk melihat-lihat "bahwa rumah makan ini tidak sekedar menjual ayam goreng" tetapi dia "memasarkan" suasana yang khas. Di salah satu dinding rumah makan ini terpampang poster besar bertuliskan "ANYTHING BUT ORDINARY" dilengkapi gambar anak muda yang bisa menari dalam posisi "jungkir balik". Justru bukan gambar ayam goreng yang dipajang menyertai tulisan itu. Toh, nyatanya rumah makan ini selalui dipenuhi pembeli / pelanggan.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Ide yang mau saya sharing-kan dalam blog inspirasi pendidikan kreatif kali ini adalah "perlunya anak ditemani untuk belajar dari pengalaman / apa yang ditemui sehari-hari", dalam contoh kali ini adalah tentang KONSEP MARKETING.
"Menampilkan sesuatu yang menarik" dan "memenuhi kebutuhan orang lain" adalah ide-ide dasar yang selalu menyemangati orang-orang marketing. Contohnya, gambar dan tulisan "anything but ordinary" yang saya sebutkan tadi. Ini menarik perhatian siapapun yang melihatnya. Dan tidak merugikan orang lain. Ini "tidak biasa-biasa saja", karena terlihat kreatif dan unik. Orang jadi senang melihatnya.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Konsep marketing bagi saya (saya sudah menjadi salesman sejak usia 19 tahun, dan lulus Magister Marketing pada umur 30 tqhun atau 13 tahun sebelum tulisan ini saya buat sekarang) adalah tentang "peduli kepada orang lain" dan "tidak hanya mengutamakan / mementingkan diri sendiri". Itu sebabnya orang marketing itu "customer oriented" atau berorientasi pada (kebutuhan / keinginan) konsumen.
Nah, spirit marketing yang "peduli kepada orang lain" serta tidak "yang penting gue suka" inilah yang perlu kita kenalkan kepada anak-anak. Anak-anak juga ditemani untuk menghasilkan yang unik dan kreatif dengan "melihat dan membahas" apa saja yang unik dan kreatif "yang hadir di depan mata". Sehingga, belajar itu MENIKMATI KEADAAN, bukan sekedar menghafalkan.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Dalam tulisan-tulisan sebelumnya di blog ini, saya sudah menceritakan betapa saya sudah berkali-kali menemui orang dewasa yang pandai secara akademis tetapi karena tidak punya konsep marketing dalam bekerja akhirnya "tidak punya teman" di tempat kerja dan karirnya pun tidak bagus (karena dia tidak menggunakan prinsip "customer oriented" yang merupakan hal mendasar dalam konsep marketing; dan hal ini berlaku untuk semua bidang kerja, bukan hanya untuk yang bekerja di bidang marketing saja).
Selamat menemani anak.
Semoga anak-anak kita jadi semakin peduli dan siap membantu orang lain, tidak asal "suka-suka gue".
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"
-----o0o-----
Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922.