Kamis, 17 Januari 2013

MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA


Saya memang tidak pernah berkomentar tentang RSBI. Tidak berkomentar ketika dulu RSBI sedang jadi primadona. Tidak berkomentar juga ketika sekarang ada putusan Mahkamah Konstitusi bahwa "tidak ada RSBI".

"Sedikit saja, Pak....," pinta seorang ibu kepada saya supaya saya berkomentar tentang RSBI.

"Tidak, Bu. Terima kasih. Saya tidak kompeten berkomentar tentang itu," jawab saya sesantun mungkin.

********************
"Mencerdaskan kehidupan bangsa". Kata-kata itulah yang masih saya ingat. Kebetulan, sewaktu masih di SMA Kolese Loyola Semarang kelas I, saya (dan semua murid lainnya) diberi tugas oleh Guru Pendidikan Moral Pancasila untuk menghafal seluruh Undang-Undang Dasar 1945. Meskipun berat, saya pikir ada gunanya juga. Setidaknya, bagi saya, kata-kata "mencerdaskan kehidupan bangsa" masih menempel di pikiran saya, bahwa untuk itulah Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.

********************

Dulu, ketika SD, SMP, SMA, bagi saya yang penting adalah "hafal" UUD 1945. Ketika kuliah (di Perikanan Undip waktu itu) saya mulai "merenungkan makna" dari kata-kata yang tertulis pada UUD 1945, terutama kata-kata "mencerdaskan kehidupan bangsa" ini.

Ketika duduk di bangku kuliah Fakultas Hukum, kata-kata "mencerdaskan kehidupan bangsa" ini semakin menarik untuk direnungkan secara lebih mendalam. Apalagi, ketika dosen saya di Fakultas Hukum menyampaikan bahwa negara itu di-ada-kan dengan konsep "Welfare State" alias negara itu di-ada-kan untuk menyejahterakan rakyatnya.

********************

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Itu tadi sekedar mengingatkan, atau barangkali juga menambah (sedikit) wawasan kita bersama bahwa sebagai orang tua yang sekaligus juga merupakan bangsa dan rakyat Indonesia, kita sudah bisa ikut menegakkan apa yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu "mencerdaskan kehidupan bangsa", yaitu dengan cara menemani dan mendidik (setidaknya) anak kita sendiri.

Mungkin anak kita tidak sekolah di RSBI. Mungkin anak kita sekolah dj (eks) RSBI. Tidak masalah. Yang penting justru kita sebagai orang tua selalu setia menemani anak.

********************

Selamat menemani anak.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"

-----o0o-----

Tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph.
Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial.
Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922.
Magister Manajemen dan Praktisi Psikologi Industri & Komunikasi Marketing.
Rumah : Jl. Anjasmoro V nomor 24 Semarang.
Telp. : 081 229 255 689.
E-mail : constantinus99@gmail.com