Senin, 31 Desember 2012

Menemani Anak ke Museum Sangiran : PENGETAHUAN YANG BERKEMBANG






Masih melanjutkan tulisan terdahulu tentang Museum Manusia Purba di Sangiran (sekitar 18 km utara Solo, Jawa Tengah).

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,


Selain belajar tentang manusia purba, kunjungan ke museum ini juga memberikan wawasan dan pengetahuan baru tentang ke-ilmu-an tertentu yang dikembangkan sehingga menjadi ahli di bidang tertentu, yang (mungkin) belum kita ketahui sebelumnya.


Di Museum Sangiran, dijual buku dengan gambar-gambar dan ulasan yang sangat menarik tentang manusia purba. Buku ini ditulis oleh Profesor Etty Indriati, seorang guru besar di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Beliau adalah Doktor lulusan University of Chicago, Amerika Serikat dalam bidang Bio & Paleoantropologi. Beliau banyak melakukan penelitian tentang keragaman manusia Indonesia, baik manusia yang hidup sekarang maupun  (fosil) manusia purba di masa silam.



Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Meskipun kami (anak, istri, dan saya) tidak berkesempatan bertemu langsung dengan Profesor Etty Indriati, namun beliau telah memberikan tambahan wawasan kepada kami sekeluarga : Profesor Etty Indriati memiliki gelar lengkap Prof. drg. Etty Indriati, Ph.D. Ya, beliau adalah dokter gigi yang mengembangkan ke-ilmu-annya sedemikian rupa sehingga menjadi ahli manusia purba.

Kami lalu jadi ingat tentang Profesor saya dan istri saya : Prof. Dr. Ir. Widodo Farid Ma'ruf dari Fakultas Perikanan Universitas Diponegoro yang sekarang ini menjadi ahli "rumput laut" (algae) dalam segala aspeknya, baik budidaya maupun manajemen / tata niaga-nya, termasuk hukum / kebijakan pemerintah di bidang ini. Awalnya, Profesor Farid Ma'ruf adalah Insinyur Perikanan. 

Add captio\\n


Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Pengalaman-pengalaman seperti ini membuat kita sebagai orang tua dapat memberikan pendampingan kepada anak tentang luasnya kesempatan bagi anak untuk mempelajari suatu ilmu dan kemudian mengembangkannya sesuai minat dan bakat anak, sehingga anak nantinya menjadi ahli di bidang tertentu.



Bahkan di perusahaan besar seperti Coca-Cola, ada Paul Austin yang menjadi "Chief Executive Officer" Coca-Cola Company di Amerika Serikat tahun 1966-1981, seorang visioner yang mengembangkan Coca-Cola. Paul Austin adalah seorang pengacara / advokat, yang sukses memimpin perusahaan bisnis yang besar. (Ini juga "semacam" pembelaan saya bagi teman-teman advokat / pengacara di mata masyarakat, bahwa advokat / pengacara juga mahir memimpin perusahaan, bukan sekedar jago "ngeyel" saja).

Tidak dapat dipungkiri, istri saya yang Sarjana Perikanan lulusan Universitas Diponegoro nyatanya sejak tahun 1996 sampai sekarang bekerja sebagai bankir. Tentu saja, supaya "nyambung", dia meneruskan studi Magister di bidang Manajemen. Saya sendiri, Sarjana Perikanan lulusan Universitas Diponegoro yang sejak tahun 1995 bekerja jadi bankir dan sekarang jadi praktisi psikologi industri, supaya "nyambung" juga meneruskan studi di bidang manajemen, hukum, dan tentu saja psikologi.

Ketika anak saya menanyakan hal ini kepada saya, saya menjawabnya dengan jelas, bahwa hidup itu yang penting dimulai dengan kesungguhan hati, sesuai minat dan bakat yang ada pada masing-masing orang. Tidak ada yang namanya "salah sekolah" atau "salah kuliah", selama orang tersebut menjalaninya dengan sungguh-sungguh. 

Memang, Sarjana Perikanan memang "jauh" dengan psikologi industri, tetapi saya punya pengalaman praktis yang menarik, yang akan saya ceritakan berikut ini.



Ketika masih kuliah di Perikanan Universitas Diponegoro, ada kuliah (dan praktikum di laut) yang namanya Metode Penangkapan Ikan (MPI) dan Fishing Gear and Material (FGM). Intinya, kuliah (dan praktikum di laut) ini memberikan pengetahuan dan pengalaman nyata bahwa ikan jenis tertentu memiliki karakteristik tempat hidup dan kecepatan renang tertentu sehingga untuk menangkapnya dibutuhkan kapal dan alat tangkap dengan disain bentuk yang khusus dan kecepatan yang khusus, yang dioperasikan di wilayah laut tertentu pada musim tertentu pula. Intinya, ini adalah alamiah, dan yang alamiah tidak bisa kita perlakukan semau kita supaya kita tidak kecewa. Kalau kita menentang alam, tidak selaras dengan alam, "semau gue", maka kita tidak akan mendapatkan hasil tangkapan ikan sesuai harapan kita. Misalnya : menangkap ikan tuna dengan jaring, pasti tidak / kurang sukses, karena seharusnya memakai alat yang disebut "tuna long line".

Nah, saya punya seorang teman yang berpendidikan S-2. Entah dapat inspirasi dari mana, teman ini memasang iklan lowongan kerja di berbagai surat kabar (tanpa berkonsultasi dengan saya). Ketika akhirnya beliau memberitahu saya bahwa iklan lowongan itu tidak berhasil merekrut pelamar / kandidat yang diharapkan, saya tidak terkejut. Mengapa ? Sebab menurut saya, iklan lowongan kerja yang dipasang oleh beliau itu menentang alam / tidak sesuai dengan kondisi alamiahnya. Kalau menggunakan istilah Metode Penangkapan Ikan dan Fishing Gear and Material, diibaratkan mau menangkap ikan hiu kok memakai pancing dan memancingnya di kolam ikan air tawar. Ya...mana mungkin dapat ikan hiu !



Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Apa yang saya sharingkan di sini adalah fakta-fakta bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang masih selalu dapat dan perlu dikembangkan, supaya orang itu menjadi ahli di bidangnya. Dan bahwa tidak ada sekolah atau kuliah yang "salah jurusan", karena sebenarnya apapun yang sudah dipelajari dengan sungguh-sungguh pasti ada manfaatnya.

Selamat menemani anak.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".