Minggu, 23 Desember 2012

LAGU ANAK-ANAK





Malam itu saya sedang berjalan-jalan dengan anak dan istri saya di Citraland Mall - Semarang.

Ternyata, Citraland Mall - Semarang malam itu sedang menggelar panggung yang mementaskan band anak-anak dalam rangka promosi "Crazy Birds". Band anak-anak itu menyanyikan lagu-lagu anak-anak, seperti lagu "...ayo kawan kita bersama...menanam jagung di kebun kita..." dan masih banyak lagi.

Tentu saja, ada banyak anak-anak (diantar / ditemani orang tuanya) yang menyaksikan dengan pandangan mata berbinar-binar.

Kebetulan, anak saya memang sudah kelas VIII alias kelas II SMP, tetapi ini tidak mengurungkan niat kami bertiga (anak, istri, dan saya) untuk berhenti dan menonton / memperhatikan, bukan hanya para personil band anak-anak itu main band dengan sangat bagus dan interaktif dengan para penonton yang juga masih anak-anak, tetapi kami juga menonton dan memperhatikan perilaku dan pandangan mata kagum dan bahagia sekian banyak anak-anak yang menikmati pentas band anak-anak itu.



--------------------

Beberapa tahun lalu, saya sempat tersenyum kecut (tersenyum tapi tidak bahagia) ketika di sebuah panggung ada seorang anak usia 5 tahun-an menyanyikan dengan polos lagu dangdut orang dewasa yang syairnya berkonotasi jorok / vulgar / hubungan sex suami-istri. Anak itu (saya yakin) tidak paham akan syair itu. Saya lihat, orang tua anak itu bangga dengan kemampuan anaknya menyanyikan di atas panggung "lagu orang dewasa yang sensual" itu. Sekali lagi, saya hanya tersenyum kecut. Miris rasanya hati saya. Entah bagaimana dengan sekian banyak penoton lainnya....

--------------------

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Dalam banyak hal, anak belum dapat memilih sendiri apa yang baik untuk dirinya. Misalnya, anak usia 5 tahun yang menyanyikan dengan polos lagu dangdut orang tua yang syairnya berkonotasi jorok / vulgar / sensual tentang hubungan suami-istri tadi. Dalam hal seperti itu, orang tua harus dengan bijaksana memilihkan lagu-lagu untuk didengar, dinyanyikan, bahkan dipentaskan anak-anaknya.

"Tapi pentas band anak-anak seperti itu 'kan tidak setiap saat ada, Nus," kata teman saya, ketika saya ngobrol dengan dia tentang perlunya anak-anak ditemani menonton pentas lagu anak-anak.

"Setidaknya, kalau beli kaset atau CD atau VCD, ya jangan cuma lagu-lagu buat orang tua, tetapi harus juga lagu-lagu untuk anak-anak," kata saya.

Jadi, memang anak harus kita belikan susu dan makanan bergizi yang diperlukan untuk perkembangan tubuh fisiknya. Dan jangan lupa, anak juga harus dibelikan lagu anak-anak (jangan disuruh mendengarkan lagu orang dewasa yang dibeli bapaknya/ibunya), karena lagu anak-anak ini diperlukan untuk perkembangan (tubuh) kejiwaan si anak.

--------------------

Selamat menemani anak.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph, ilmuwan psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922.