Malam itu saya sedang
berjalan-jalan dengan anak dan istri saya di Citraland Mall - Semarang.
Ternyata, Citraland
Mall - Semarang malam itu sedang menggelar panggung yang mementaskan band
anak-anak dalam rangka promosi "Crazy Birds". Band anak-anak itu menyanyikan
lagu-lagu anak-anak, seperti lagu "...ayo kawan kita bersama...menanam
jagung di kebun kita..." dan masih banyak lagi.
Tentu saja, ada banyak
anak-anak (diantar / ditemani orang tuanya) yang menyaksikan dengan pandangan
mata berbinar-binar.
Kebetulan, anak saya
memang sudah kelas VIII alias kelas II SMP, tetapi ini tidak mengurungkan niat
kami bertiga (anak, istri, dan saya) untuk berhenti dan menonton /
memperhatikan, bukan hanya para personil band anak-anak itu main band dengan
sangat bagus dan interaktif dengan para penonton yang juga masih anak-anak,
tetapi kami juga menonton dan memperhatikan perilaku dan pandangan mata kagum
dan bahagia sekian banyak anak-anak yang menikmati pentas band anak-anak itu.
--------------------
Beberapa tahun lalu,
saya sempat tersenyum kecut (tersenyum tapi tidak bahagia) ketika di sebuah
panggung ada seorang anak usia 5 tahun-an menyanyikan dengan polos lagu dangdut
orang dewasa yang syairnya berkonotasi jorok / vulgar / hubungan sex
suami-istri. Anak itu (saya yakin) tidak paham akan syair itu. Saya lihat,
orang tua anak itu bangga dengan kemampuan anaknya menyanyikan di atas panggung
"lagu orang dewasa yang sensual" itu. Sekali lagi, saya hanya
tersenyum kecut. Miris rasanya hati saya. Entah bagaimana dengan sekian banyak
penoton lainnya....
--------------------
Ibu-Ibu dan
Bapak-Bapak Yth.,
Dalam banyak hal, anak
belum dapat memilih sendiri apa yang baik untuk dirinya. Misalnya, anak usia 5
tahun yang menyanyikan dengan polos lagu dangdut orang tua yang syairnya
berkonotasi jorok / vulgar / sensual tentang hubungan suami-istri tadi. Dalam
hal seperti itu, orang tua harus dengan bijaksana memilihkan lagu-lagu untuk
didengar, dinyanyikan, bahkan dipentaskan anak-anaknya.
"Tapi pentas band
anak-anak seperti itu 'kan tidak setiap saat ada, Nus," kata teman saya,
ketika saya ngobrol dengan dia tentang perlunya anak-anak ditemani menonton
pentas lagu anak-anak.
"Setidaknya,
kalau beli kaset atau CD atau VCD, ya jangan cuma lagu-lagu buat orang tua,
tetapi harus juga lagu-lagu untuk anak-anak," kata saya.
Jadi, memang anak
harus kita belikan susu dan makanan bergizi yang diperlukan untuk perkembangan
tubuh fisiknya. Dan jangan lupa, anak juga harus dibelikan lagu anak-anak
(jangan disuruh mendengarkan lagu orang dewasa yang dibeli bapaknya/ibunya),
karena lagu anak-anak ini diperlukan untuk perkembangan (tubuh) kejiwaan si
anak.
--------------------
Selamat menemani anak.
"Menemani Anak =
Mencerdaskan Bangsa".
-----o0o-----
Foto dan tulisan oleh
Constantinus Johanna Joseph, ilmuwan psikologi anggota Himpunan Psikologi
Indonesia nomor 03-12D-0922.