Setiap pagi, kami lewat Tugu Muda dan Lawang Sewu. Ini adalah bangunan-bangunan bersejarah yang terkenal di Semarang. Dan, sudah berkali-kali menjadi bahan obrolan sepanjang perjalanan kami mengantar anak ke sekolah.
Kadang tentang sinar matahari yang baru saja terbit (dan "pagi ini terlihat lebih indah" dibandingkan hari-hari yang lain).
Lain kali tentang air mancur yang "dikaitkan dengan hukum Archimedes".
Di hari yang lain lagi, tentang beraneka bentuk daun tanaman yang ada di taman kota di seputar Tugu Muda.
Pokoknya, ada saja yang bisa dijadikan obrolan "belajar" sambil berangkat sekolah (yang berawal dari pengamatan "laboratorium hidup" sehari-hari).
--------------------
Perjalanan dari rumah ke sekolah biasanya saya gunakan untuk ngobrol dengan anak. Tentang apa saja. Biasanya tentang berita di koran. Atau berita yang baru saja kami dengar dari radio (kami lebih banyak mendengarkan radio daripada menonton tivi. Alasannya sederhana saja : kalau mendengarkan radio, bisa sambil belajar. Tapi, kami memang tidak pernah berhasil menonton tivi sambil belajar....)
Beberapa artikel yang saya buat (yang kemudian dimuat di Harian Suara Merdeka, di Majalah Psikologi Plus, dan sebagainya) juga merupakan hasil ngobrol dengan anak sepanjang perjalanan "berangkat sekolah" seperti ini.
--------------------
Menemani anak belajar sambil ngobrol di sepanjang perjalanan seperti ini memang bukan merupakan proses belajar yang terstruktur. Maksudnya begini : tiba-tiba saja anak saya melihat bahwa sinar matahari pagi ini indah sekali. Lalu, obrolan "belajar" membahas tentang spektrum sinar matahari.
Atau, di hari yang lain anak saya tertarik dengan mobil polisi yang berjalan sambil membunyikan sirene. Maka, obrolan "belajar" pagi itu adalah tentang gelombang bunyi dan bentuk "gelombang longitudinal dan gelombang transversal".
Bahkan, pernah pula anak membahas tentang gelombang radio, maka obrolan "belajar" akan membahas tentang "Frequency Modulation" alias "FM" dan "Amplitudo Modulation" alias AM. Tentang gelombang radio "Medium Wave" alias gelombang radio "MW" dan gelombang radio "Short Waves" alias gelombang radio "SW".
Dan, di hari yang lain lagi, kami bisa membahas tentang lalu lintas yang macet di sekitar Pasar Karangayu karena ada oknum penjual yang tidak tertib menggelar dagangannya. Maka, obrolan "belajar" dengan anak pun membahas tentang : pentingnya penerapan hukum, pentingnya penegakan hukum, bahwa hukum juga harus mengandung "hukuman" dan "bagaimana caranya" menegakkan hukum itu dalam praktek sehari-hari. Artinya, hukum yang tidak disertai dengan "ancaman hukuman" dan bagaimana "caranya" menegakkan hukum itu (untuk menjatuhkan "hukuman" yang di-ancam-kan) adalah hukum yang tidak akan ditaati karena "yang melanggar tidak diberi hukuman apa-apa".
---------------------------
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,
Sekalipun obrolan "belajar" seperti ini adalah "belajar yang tidak terstruktur" (= tidak ada kurikulumnya), namun saya melihat bahwa ini tetap ada gunanya : anak jadi "peka" pada permasalahan yang ada di sekitarnya. Istilah saya, anak bisa belajar dari "laboratorium hidup" yang dialaminya sehari-hari (dengan ditemani oleh orang tuanya).
---------------------------
Selamat menemani anak.
Selamat ngobrol dengan anak sambil menemani anak "belajar" dari "laboratorium hidup" sepanjang perjalanan ke sekolah (yang untuk kami : cuma 10 - 15 menit saja).
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
-----o0o-----
- Foto oleh Susana Adi Astuti, Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Magister Manajemen di bidang Marketing. Praktisi perbankan selama lebih dari 16 tahun.
- Tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing dan praktisi perbankan & psikologi industri.