Sebagai praktisi manajemen sumber daya manusia selama 10 tahun dan sebelumnya bekerja di bidang marketing selama 13 tahun, berkali-kali orang berdiskusi dengan saya tentang "bagaimana supaya orang tidak berbohong".
Baru-baru ini, pembaca setia blog ini juga mengajukan usul kepada saya, supaya saya menulis tentang "bagaimana supaya anak tidak berbohong"
Karena alasan itu, kali ini saya menulis tentang "upaya supaya anak tidak bohong".
--------------------
Berbohong atau tidak berbohong itu "masalah" kata hati. Artinya, kata hati dalam diri anaklah yang menjadi wasit penentu ketika seorang anak ingin berbohong tidak berbohong.
Kata hati ini yang dalam istilah para penganut Freud disebut superego (tentang Freud, silakan dicari lewat Google di internet) sudah muncul pada saat usia anak 5 atau 6 tahun.
Apakah anak masih tetap taat pada perintah orang tuanya pada saat dia sedang tidak diawasi orang tuanya ? Ataukah anak hanya taat pada perintah orang tuanya pada saat dia sedang diawasi orang tuanya ? Ini merupakan indikator tentang mulai tumbuhnya kata hati / superego dalam diri anak, dan harus dideteksi serta diarahkan oleh orang tuanya.
Dari sini, memang kita bisa melihat betapa pentingnya peranan orang tua dalam menemani anak. Karena pada saat menemani itulah, orang tua bisa mendeteksi indikator kebohongan lewat ketaatan anak pada perintah orang tuanya : pada saat diawasi dan pada saat diawasi.
Artinya, anak yang cenderung hanya taat perintah pada saat diawasi memang harus ditemani dan diarahkan supaya dia berubah menjadi tetap taat perintah pada tidak diawasi. Sebab anak yang hanya taat perintah pada saat diawasi memang dapat mengarah pada pengembangan "bibit-bibit" kebohongan di masa-masa selanjutnya.
--------------------
Kata hati tergantung pada keinginan anak untuk melakukan hal yang benar. Di sini, lagi-lagi peranan orang tua dalam menemani anak sangat penting dalam rangka "membuat" anak punya keingingan untuk melakukan hal yang benar itu. Selain itu, peranan orang tua juga menjadi penting dalam menemani anak dalam rangka "membuat" anak punya standar moral bahwa "yang baik" itu seperti apa, dan "tidak baik" itu seperti apa.
Tentu saja, dalam hal ini berbohong harus "dimasukkan" ke dalam hal yang tidak baik dalam standar moral seorang anak.
Nah, kembali ke masalah keinginan anak untuk melakukan hal yang benar. Ini menyangkut kesadaran seorang anak untuk "menekan" sesuatu yang sebenarnya ingin dilakukannya tetapi dilarang oleh orang tuanya. Dan ini (menurut para ahli psikologi) mulai muncul dalam diri anak sejak usia toddler (usia di bawah 2 tahun). Ini adalah masalah bagaimana anak secara sukarela patuh pada apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang oleh orang tuanya, meskipun ketika itu anak sedang tidak diawasi.
Karena itu, sekali lagi, peranan orang tua dalam menemani anak adalah sangat penting. Ke-penting-annya itu bukan hanya karena secara fisik anak ada yang menemani (sekaligus mengawasi). Tetapi juga karena ada hal-hal tentang psikis yang nantinya akan berperan dalam menjadikan seorang anak itu pembohong atau orang yang jujur.
--------------------
Apakah bertumbuhkembangnya kata hati memang ada kaitannya dengan hubungan orang tua dalam menemani anaknya ?
Penelitian di bidang psikologi memang menunjukkan hal yang demikian. Anak yang jujur dalam arti punya kepatuhan sepenuh hati pada perintah orang tuanya (meskipun tidak diawasi, meskipun tidak diingatkan) ternyata memiliki orang tua yang membimbing anaknya dengan lemah lembut (bukan mengancam). Artinya, dalam memberikan bimbingan kepada anak, orang tua menggunakan sudut pandang / tingkat pemahaman anak, dan bukan seudut pandang / tingkat pemahaman orang tua (yang tentu saja tidak dapat diterima anak, karena anak belum pernah jadi orang tua. Tetapi kalau orang tua, tentunya bisa memakai sudut pandang / tingkat pemahaman anak, karena dulu 'kan mereka pernah jadi anak-anak juga).
--------------------
Tentu saja, contoh nyata sikap dan perilaku orang tua dalam kehidupan sehari-hari juga akan dicontoh oleh anak. Kalau orang tuanya sering berbohong, dan anak (pada akhirnya) tahu, jangan heran kalau anak juga sering berbohong.
Nah, selamat menemani anak.
Untuk menanamkan standar moral kepada anak, bahwa berbohong itu tidak baik. Untuk menumbuhkembangkan keinginan dalam diri anak, bahwa taat pada standar moral yang baik itu memang is a part of human being (= sudah selayaknya manusia melakukan itu; artinya kalau tidak melakukan itu ya keterlaluan). Dan untuk memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang tuanya memang bukan pembohong.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
-----o0o-----
- Foto dan tulisan oleh Constantinus. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial.
- Terima kasih kepada Psikolog Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si (psikolog klinis Rumah Sakit Elisabeth) yang telah memberikan ilham untuk menuliskan materi blog kali ini. Kiranya Tuhan Yang Mahaesa membalas kebaikan Psikolog Probowatie. Amin....