Kalau di rumah kita ada sedikit tanah "sisa", ada baiknya dipikirkan untuk dibuat kebun buah "mini". Disebut kebun buah "mini" karena memang ada tanaman buahnya, dan bentuknya memang "mini". Artinya, mungkin hanya terdiri dari satu pohon jambu air seperti pada gambar tersebut di atas. Tidak masalah.
Ceritanya, pohon jambu air yang cuma satu-satunya di pekarangan rumah kami sedang berbuah. Baru untuk pertama kalinya. Dan kami sekeluarga senangnya bukan main.
Buah yang kecil-kecil dan tidak seberapa banyak itu dipetik sedikit-sedikit. Dimakan dengan gula pasir, juga sedikit-sedikit. Orang Jawa bilang "diimit-imit". Biar tidak cepat habis. Biar bisa dinikmati lebih lama lagi. Biar bisa dipandang-pandang lagi. Biar bisa difoto dan dijadikan bahan cerita di blog ini juga. Pokoknya, rasa senang yang dirasakan seluruh anggota keluarga sungguh luar biasa. Padahal, kalau beli, harganya juga tidak seberapa.
--------------------
Tapi, justru di situlah "seninya". Sejak pohon buah ini dibeli di pasar tanaman "Kalisari" Semarang. Sejak ditanam di pekarangan depan rumah. Kemudian ketika mulai muncul bunganya, sudah mendapat perhatian "khusus". Sampai, akhirnya muncul buahnya.
Sekali lagi, kalau beli buah seperti ini sebenarnya tidak mahal. Tetapi, memang makan buah dari tanaman di kebun ("mini") sendiri rasanya memang beda. Lebih nikmat !
Lalu, saya tiba-tiba saja teringat kata-kata Guru SMP saya dulu. Namanya (almarhum) Bapak C. Sutono. Kata beliau waktu itu, makan buah yang dipetik dari kebun sendiri rasanya sungguh nikmat. Dan beliau benar ! (Terima kasih kepada (almarhum) Bapak C. Sutono yang telah mendukung saya untuk masuk ke SMA Kolese Loyola setelah saya lulus dari SMP Santo Bellarminus Semarang. Semoga arwah beliau mendapat tempat yang lapang di sisi-Nya. Amin).
Jadi, kenapa tidak membeli dan menanam tanaman buah di pekarangan rumah ? Karena pada saatnya berbuah, rasa nikmatnya dan rasa gembiranya bisa dinikmati bersama-sama.
Lagipula, ini bisa menanamkan dalam pikiran bawah sadar anak bahwa buah itu tumbuh dari pohon yang ditanam dan dirawat dengan baik, dan bukannya sekedar dibeli dari supermarket. Jadi, anak juga belajar menghargai proses (sejak menanam sampai berbuah), dan bukan sekedar serba instan (= serba membeli) saja.
------------------
Selamat menemani anak.
Selamat membuat kebun buah "mini" dan bergembira bersama keluarga : sejak membeli, menanam, merawat, dan akhirnya berbuah.
Selamat menemani anak menghargai proses (= tidak asal instan).
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
-----o0o-----
- Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial.