Minggu, 27 Mei 2012

"TUJUAN WISATA BARU DI TEMPAT YANG BIASANYA"

Poster besar di depan Bioskop Mini 
"Borobudur Audio Visual"
(Foto oleh Constantinus, 2006)
 
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth., 

Kalau kita sekeluarga berwisata ke Candi Borobudur, 
cobalah membuat "tujuan wisata baru"
Kalau biasanya tujuan wisata kita adalah naik ke candinya
kali ini kita tentukan bahwa tujuan utama kita adalah 
mengunjungi Bioskop Mini yang ada di kawasan Candi Borobudur. 
Namanya "Borobudur Audio Visual". 
(Dari tahun ke tahun, film yang diputar di
Bioskop Mini ini juga selalu diperbarui. 
Maka, ada gunanya juga menonton film di Bioskop Mini  ini
dari tahun ke tahun)

Ada banyak pengetahuan yang bisa kita dapatkan di Bioskop Mini ini.
Mulai dari tujuan pembuatan Candi Borobudur 
sebagai Tempat Ibadah Umat Buddha,  
makna relief pada Candi Borobudur, 
"penemuan kembali" Candi Borobudur setelah sekian ratus tahun
tertimbun di dalam tanah,
sampai dengan renovasi yang dilakukan di masa sekarang ini.

Dengan melihat film di  Bioskop Mini ini kita juga akan menjadi sadar
bahwa Candi Borobudur adalah Tempat Ibadah Umat Buddha,
dan oleh karena itu kita harus sopan dan menjaga tutur kata, sikap, 
dan perilaku selama berada di atas Candi Borobudur.

Film yang diputar di Bioskop Mini ini berdurasi kurang lebih 30 menit saja. 

Relief di dinding Candi Borobudur
yang menggambarkan kapal kuno "Samudera Raksa"
(Foto oleh Constantinus, 2006)
 
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth., 
 
Setelah itu, kita masuk ke Museum Kapal 
yang ada di kawasan Candi Borobudur.
Namanya Museum "Samudera Raksa".

Sebenarnya, ini adalah nama kapal yang ada pada relief Candi Borobudur.
Kemudian, di zaman modern ini, dibuatlah tiruan kapal itu.
Kapal tiruan ini benar-benar dilayarkan dari Indonesia sampai ke Ghana.
Persis seperti apa yang tergambar di relief Candi Borobudur.

Pengunjung berfoto di samping tiruan 
kapal kayu kuno "Samudera Raksa"
(Foto oleh Constantinus, 2006)
 
Di Museum Kapal "Samudera Raksa" ini, 
kita bisa melihat, memegang, bahkan memasuki  kapal kayu 
(sebagian terbuat dari bambu) yang merupakan
tiruan dari kapal pada relief Candi Borobudur. 

Ada banyak gambar di dinding museum yang menjelaskan tentang
proses pembuatan kapal, foto-foto selama pelayaran "kapal kuno" ini
di zaman modern sekarang ini, juga profil orang-orang yang
terlibat dalam pembuatan dan pelayaran kapal ini.

Pengunjung berfoto di dalam tiruan 
kapal kayu kunov"Samudera Raksa"
(Koleksi foto Constantinus, 2006) 

Kita juga dapat masuk ke dalam tiruan "kapal kuno" 
yang sudah berlayar dari Indonesia sampai Ghana ini,
dan mendapatkan penjelasan yang lengkap dari Pemandu Wisata 
yang ada di museum ini. 
Memasuki tiruan kapal kayu kuno ini,
kita bisa merasakan sensasi baru dalam berwisata
di kawasan Candi Borobudur.

Kalau kita benar-benar "melihat-lihat"
dan ingin menambah pengetahuan di Museum Kapal ini,
waktu yang kita perlukan untuk berada di dalam Museum Kapal ini
kurang lebih 1,5 sampai 2 jam.

 Maket / alat peraga yang ada di kompleks Candi Borobudur.
(Foto oleh Constantinus, 2006)

Di kawasan Borobudur juga ada museum 
yang berisi maket / alat peraga, 
bahkan barang-barang kuno yang diangkat dari 
kapal kuno yang tenggelam di dasar laut.
Dari sini kita bisa mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang
jalur pelayaran dan perdagangan yang ada 
di masa Candi Borobudur didirikan. 

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Demikian cerita-cerita kita kali ini.
Mungkin selama ini kita sudah pernah,
atau bahkan berkali-kali "naik" ke Candi Borobudur.
Maka, kita coba untuk "menetapkan tujuan wisata baru"
di Candi Borobudur yang  sudah pernah (berkali-kali) kita kunjungi.

Maka, kita akan bisa menemani anak kita
menambah pengetahuan baru
dari tempat wisata yang sebelumnya sudah pernah kita kenal.

Selamat menemani anak. Sambil berwisata. 
Sambil menambah pengetahuan. Untuk anak kita. Juga untuk kita sendiri.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

  • Foto dan tulisan oleh Constantinus.
  • Penulis pernah belajar Rancang Bangun Kapal dan Navigasi pada saat kuliah di Jurusan Perikanan Universitas Diponegoro Semarang (1989-1995)