Sabtu, 26 Mei 2012

KREATIVITAS = ILHAM ?

Ilham tentang sesuatu yang kreatif (baru, unik, orisinil) 
muncul pada saat suasana hati  senang.
Tidak pernah dalam keterpaksaan. 
Tetapi ilham hanya bisa ditangkap dan ditindaklanjuti 
dalam proses ber-tekun ria menumbuhkembangkan kreativitas. 
Karena itu, tantangan orang tua dalam menemani anak-anaknya 
untuk menumbuhkembangkan kreativitas adalah 
bagaimana supaya anak tetap merasa senang 
ketika ditemani ber-tekun ria "menyemaikan" benih-benih kreativitas. 
Dalam hal ini pun, orang tua juga ber-proses untuk kreatif  
dalam menemani anak. Semua itu memang ber-proses.

Foto di atas dibuat pada tahun 2009, 
di kampus ISI Yogyakarta. 
Penulis (saat itu 39 tahun) bersama anaknya (saat itu 10 tahun),
memang sedang berjalan-jalan dalam rangka refreshing 
sekaligus ber-proses mencari dan menemukan ilham-ilham baru  
untuk sesuatu yang unik, baru, orisinil, kreatif.
======================================================

Oleh : CONSTANTINUS
Praktisi Psikologi Industri & Komunikasi
Ilmuwan Psikologi
Anggota Himpunan Psikologi Indonesia no. 03-12C-0922


Jadi, apakah kreativitas itu adalah hasil dari ilham atau hasil dari proses ber-tekun ria?

Pertanyaan di atas sengaja saya paparkan. Sebab, masih ada sebagian Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak yang bertanya kepada saya, apakah untuk menjadi kreatif itu diperlukan ilham. Sesuatu yang sekonyong-konyong datang.  Kalau ya, di mana mencarinya.

*****

Seperti biasa, saya ngomong yang praktis-praktis saja. 

Saya pribadi percaya bahwa ilham itu memang perlu dalam kreativitas. Tetapi dia tidak datang begitu saja. Dia memerlukan suatu kondisi-kondisi tertentu. Memerlukan persiapan dan kesiapan mental tertentu. 

Sebenarnya, saya tidak bermaksud mengatakan bahwa ilham tidak mungkin datang dengan begitu saja. Yang mau saya katakan adalah, (katakanlah) ilham itu memang sekonyong-konyong datang dengan begitu saja, tetapi kalau belum ada persiapan dan kesiapan mental untuk "menangkapnya", maka ilham itu akan "menguap" begitu saja. Akan "lewat" begitu saja. Tidak akan menghasilkan sesuatu yang kreatif.

*****
Jadi, dari pengalaman nyata yang saya alami (sejak masih SMA saya sudah main teater dan juga menulis di media massa), memang diperlukan suatu proses ber-tekun ria untuk mempersiapkan diri. Maka,  pada saat ilham kreatif itu muncul, maka sudah ada kesiapan untuk "menangkapnya" dengan secepat kilat. 

Setelah itu, kita bisa "memprosesnya" lebih lanjut sehingga menjadi suatu karya kreatif.

*****
  
Sebagai contoh nyata, saya akan bercerita tentang bagaimana terbentuknya blog ini.

Ilham tentang membuat tulisan-tulisan mengenai serba-serbi menumbuhkembangkan kreativitas memang muncul pada saat saya mengikuti kuliah Psikologi Kreativitas di Universitas Semarang kira-kira pada tahun 2009. Tetapi foto-foto yang saya gunakan sebagai ilustrasi tulisan-tulisan di blog ini ada yang saya buat pada tahun 2006. Bahkan ada yang sebelum itu. (Tentu saja, ada juga foto-foto baru buatan tahun 2012). 

Pada saat saya membuat foto-foto itu di tahun 2006 atau sebelumnya, saya belum punya rencana (= belum dapat ilham) bahwa foto-foto ini nantinya akan menjadi ilustrasi tulisan blog.  Belum. Saya belum punya ilham seperti itu.

Pertanyaannya, apa yang menggerakkan saya untuk membuat foto-foto itu, pada tahun 2006 itu

Jawabannya adalah : kesenangan, karena saya suka memotret. Juga karena saya suka jalan-jalan. Juga kesadaran diri bahwa suatu ketika nanti  foto-foto ini akan dapat saya ramu sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat. Untuk diri saya. Juga untuk orang lain.  Jadi, ada unsur ber-tekun ria dalam ke-riang-an hati. Ada ke-riang-an hati dalam ber-tekun ria.  


*****

Jadi, memang ada ke-sadar-an untuk mempersiapkan diri. Ada kesadaran untuk ber-proses. Ada kesadaran untuk ber-tekun ria dalam proses kreatif. Sehingga manakala ilham untuk membuat tulisan tentang menumbuhkembangkan kreativitas anak itu muncul pada tahun 2009, foto-foto buatan tahun 2006 dan sebelumnya itu tinggal dirangkai-rangkai

Itupun, masih perlu pengendapan lagi. Masih perlu proses perenungan lagi. Sehingga  baru pada tahun 2012 ini muncul blog ini. Blog tentang tulisan-tulisan  menumbuhkembangkan kreativitas anak.  

Itupun baru mulai. Itupun masih perlu berproses lagi. Masih perlu perjuangan lagi. Masih perlu ber-tekun ria lebih lanjut untuk meneruskan proses kreatif membuat tulisan-tulisan di blog ini.

*****

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Apa yang mau saya sharingkan dalam tulisan kali ini adalah bahwa sesuatu yang kreatif itu memerlukan proses. Dalam contoh yang saya, perlu waktu sampai 6 tahun. Itupun baru mulai. Itupun, masih berwujud blog yang sangat sederhana.

Jadi, mari kita juga ber-tekun ria dalam menemani anak untuk menumbuhkembangkan kreativitasnya. Tidak bisa instan. Semua itu ber-proses.

Selamat ber-proses menemani anak. Dalam bermain. Dalam belajar.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".    

 -----o0o-----