Jumat, 25 Mei 2012

PIKIRAN TAK SADAR UNTUK KREATIVITAS


Carl Gustav Jung (1875-1961)
Tokoh Psikologi Analitis


Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Setelah berkali-kali kita membahas tentang contoh-contoh kegiatan nyata yang dapat kita lakukan untuk menemani anak-anak kita dalam bermain dan belajar, ada baiknya pada kesempatan ini kita bersama-sama mengenal salah satu tokoh di bidang Psikologi dan apa pendapatnya tentang kreativitas. 

Tokoh ini bernama Jung. Fotonya diperlihatkan di bagian atas tulisan ini. Mungkin tidak terlalu banyak di antara kita yang sudah mengenal tokoh ini. Tetapi, mungkin ada cukup banyak di antara kita yang pernah berkata, "Oh...kalau si Anu itu orangnya ekstravert (ada yang menyebutnya ekstrovert). Dia orangnya terbuka. Bahkan agak meledak-ledak." 

Atau kita mendengar ada teman kita yang berkata, "Iya.... Sebaliknya, kalau si Ani itu orangnya introvert, cenderung pendiam dan tertutup...".

Nah, istilah ekstravert (ekstrovert) dan introvert ini merupakan salah satu "karya" Jung. Maka, sebenarnya kita tidak terlalu asing dengan Jung, bukan ?

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Tulisan ini tidak ditujukan untuk membahas "karya-karya" Jung. Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana Jung melihat kreativitas. 

Meskipun demikian, supaya kita semua memiliki "satu bahasa" tentang istilah-istilah yang nantinya digunakan dalam tulisan ini, sejenak kita lihat kepribadian manusia menurut Jung.

Menurut Jung, kepribadian manusia ada yang berada pada tingkat sadar, tingkat tak sadar pribadi, dan tingkat tak sadar kolektif.

 Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Menurut Jung, ke-sadar-an muncul pada awal kehidupan. Bahkan, sebelum dilahirkan. Proses ke-sadar-an yang berkembang sejak awal kehidupan ini menghasilkan ego. 

Ego berperan penting dalam melakukan seleksi tentang sudut pandang (persepsi), pikiran, perasaan, dan ingatan mana saja yang bisa tetap masuk / berada dalam kesadaran; dan mana saja yang "disimpan" dalam ke-tak-sadar-an. 

Tanpa seleksi oleh ego, jiwa manusia bisa kacau karena semua persepsi, pikiran, perasaan, ingatan bebas berkeliaran di tingkat ke-sadar-an manusia.

Selain ke-sadar-an, ada juga tak sadar pribadi. Ini adalah semacam "tempat" (kalau boleh diibaratkan demikian) untuk "menyimpan" pengalaman-pengalaman yang memang tidak semuanya dapat dibiarkan "berlalu-lalang" di tingkat ke-sadar-an. Sebagian besar "isi" tak sadar pribadi dapat dengan mudah "dimunculkan" ke tingkat kesadaran, yaitu semacam "ingatan siap pakai" yang sewaktu-waktu dapat "dipakai" di tingkat kesadaran. 

"Isi" dari tak sadar pribadi setiap orang berbeda-beda, karena pengalaman hidup pribadinya juga berbeda-beda.

Masih ada satu lagi, yaitu tak sadar kolektif.  Menurut Jung, ini adalah "gudang" di mana inagatan-ingatan dan pengalaman-pengalaman leluhur manusia "disimpan". Yang "disimpan" itu berupa kecenderungan-kecenderungan untuk bertindak. Kecenderungan-kecenderungan ini membuat "ras" manusia menjadi peka dan cenderung untuk melakukan perbuatan tertentu, meskipun untuk itu juga diperlukan pengalaman dan proses belajar. 

Contoh kecenderungan itu adalah : manusia pada umumnya cenderung takut dengan kegelapan, manusia pada umumnya cenderung takut pada ular, manusia pada umumnya cenderung menyayangi anak.  

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Dengan demikian kita telah memiliki pemahaman singkat yang sama mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam teori Psikologi Jung. 

Lalu, bagaimana Jung melihat kreativitas ?

Dalam teori Psikologi Jung, ke-tak-sadar-an pribadi memiliki peranan yang sangat penting. Ke-tak-sadar-an pribadi dibentuk oleh pengalaman masa lalu pribadi yang dialami oleh masing-masing orang.  

Selain itu, ke-tak-sadar-an kolektif yang "berisi" pengalaman-pengalaman semua leluhur "ras" manusia juga ikut mempengaruhi kreativitas. 

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Demikianlah telah kita pelajari bersama, betapa pentingnya pengalaman masa lalu yang disimpan dalam tak sadar pribadi seseorang terhadap kreativitas seseorang. Diibaratkan "menabung", maka Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak yang rajin menemani anak-anaknya dalam bermain dan belajar, berarti telah mendukung "pengisian" tak sadar pribadi anak-anaknya dengan hal-hal yang positif. Dan ini pada saatnya nanti akan muncul ke tingkat ke-sadar-an anak-anak sebagai kreativitas.

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Selamat menemani anak-anak. Dalam bermain. Dalam belajar.
Selamat "menabung" hal-hal yang baik dalam pikiran tak sadar pribadi anak-anak, sebagai modal kreativitas anak-anak di kemudian hari.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

  • Tulisan dan repro foto oleh Constantinus.