Kamis, 31 Mei 2012

ASOSIASI KATA - MENYELAMI MISTERI KEPRIBADIAN ANAK UNTUK KREATIVITAS

  
Teriring ucapan terima kasih kepada Psikolog Probowatie Tjondronegoro
(Psikolog Klinis di Rumah Sakit Elisabeth Semarang & 
Dosen Psikologi di Universitas Semarang),
dan seluruh pembaca setia blog ini 
(di Indonesia maupun luar Indonesia), 
yang selalu menyemangati "blog inspirasi kreativitas" ini. 

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Setelah munculnya tulisan mengenai "Kreativitas dan Hubungannya dengan Pikiran Tidak Sadar" menurut tokoh psikologi terkenal Carl Gustav Jung di blog ini, saya menerima banyak masukan untuk menuliskan lagi tentang kreativitas dalam kaitannya dengan kepribadian. 

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak-Bapak Yth.,

Memenuhi harapan dari para pembaca yang kami hormati itulah, saya kali ini menuliskan lagi tentang kepribadian menurut Jung, dengan tetap mempertahankan gaya bahasa yang santai. 

Sebagai seorang Ilmuwan Psikologi yang juga menyelesaikan kuliah di Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan, saya pribadi melihat bahwa anak (dan juga manusia pada umumnya) itu ibarat lautan. (Itu sebabnya, foto ilustrasi kali ini menampilkan anak yang sedang berenang. Bagi saya, anak dan air itu sama-sama indah, penuh misteri, dan layak dikasihi secara mendalam karena memang penting bagi kita, manusia). 

Artinya begini. Kalau dilihat dari permukaan luar saja, ya tampak seperti itu. Tetapi ketika kita menyelami ke-dalam-annya, maka terlihatlah misteri-misteri yang selama ini tersembunyi, yang tidak mungkin terlihat dan dirasakan hanya dari melihat permukaannya saja.

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Beranjak dari sudut pandang seperti itu, marilah kita sebagai orang tua, dalam rangka menemani anak dalam bermain dan belajar untuk menumbuhkembangkan kreativitas-nya, melihat anak kita bukan sekedar dari "permukaan laut"-nya saja, tetapi juga dengan "menyelami ke-dalam-an"-nya.   

Menurut psikologi Jung, di dalam Pikiran Tak Sadar Pribadi (Personal Unconscious) terdapat ide-ide yang berupa perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, persepsi-persepsi (sudut pandang), dan ingatan-ingatan. Semua ini akan menjadi satu di dalam Pikiran Tak Sadar Pribadi (Personal Unconscious), membentuk sesuatu yang disebut Kompleks (Complexes).     

Beberapa teman SMA saya selalu menjadi berapi-api setiap kali menyebutkan atau menceritakan nama SMA-nya. Ini merupakan salah satu bukti nyata mengenai Asosiasi Kata yang diteliti oleh Jung dalam kaitannya dengan Kompleks (Complexes).     

Sebaliknya, beberapa orang yang saya temui mengalami kesulitan atau terlihat marah atau tidak senang setiap kali bercerita atau menyebutkan nama Boss-nya. Mereka menggunakan kata yang melecehkan sebagai pengganti nama si Boss.

Dalam psikologi Jung, hal-hal seperti itu terjadi karena adanya Asosiasi Kata yang terkait dengan ide-ide yang tertanam di dalam Pikiran Tak Sadar Pribadi (Personal Unconscious). Kata-kata apapun yang menyentuh ide-ide itu (menyentuh Kompleks) akan menghasilkan respon yang tidak biasa.  

Respon yang tidak biasa itu bisa berupa semangat yang berapi-api (seperti pada contoh teman-teman SMA saya yang begitu bangga dengan sekolahnya). Atau bisa juga berupa tidak mau menyebutkan kata tertentu, membutuhkan waktu lama sebelum menyebutkan kata tertentu (seperti pada contoh karyawan yang tidak mau menyebut nama Bossnya. Bahkan, mereka membuat julukan yang melecehkan sebagai pengganti kata yang seharusnya mereka katakan, yaitu nama si Boss).     

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Salah satu kompleks yang terkenal dalam psikologi Jung adalah Kompleks Inferior / Rendah Diri. Anak yang mengalami kompleks ini terobsesi oleh pemikirannya sendiri bahwa dia memiliki semua hal yang tidak baik. Dia merasa bahwa dia tidak punya bakat, tidak pandai, tidak disukai orang, dan sebagainya. 

Masalahnya, kompleks seperti ini akan menarik pengalaman-pengalaman yang ada ke dalam kompleks itu. Sehingga, semakin lama, anak ini akan semakin yakin bahwa dia memang jelek seperti itu.

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth.,

Sampai di sini, kita sadar, betapa pentingnya peranan orang tua dalam menemani anak. Supaya di dalam Pikiran Tak Sadar Pribadi (Personal Unconscious) anak yang muncul adalah ide-ide yang mendukung kreativitasnya. Supaya perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, persepsi-persepsi (sudut pandang), ingatan-ingatan yang tersimpan dalam Pikiran Tak Sadar (Personal Unconscious) anak kita adalah yang baik-baik, yang mendukung kreativitasnya.

Sebaliknya, kita harus menjaga / mencegah jangan sampai di dalam Pikiran Tak Sadar (Personal Unconscious) anak kita tersimpan perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, persepsi-persepsi (sudut pandang), ingatan-ingatan yang menghambat kreativitas. Contohnya, Kompleks Inferior / Rendah Diri seperti dicontohkan di atas. Kalaupun ternyata gejala seperti ini terjadi dengan anak kita, janganlah kita ragu untuk berkonsultasi dengan Psikolog. Tidak usah malu. Sambil kita tetap menemani anak kita itu dalam bermain dan belajar.

Saya selalu mengatakan kepada orang-orang yang berkonsultasi kepada saya : berkonsultasi dengan Psikolog itu "gaul". Sama "gaul"-nya dengan berkonsultasi dengan Dokter Ahli Kecantikan. Artinya begini. Kalau kita ke Dokter Ahli Kecantikan, bukan berarti wajah kita jelek-jelek amat, bukan ? Tetapi kita menyadari bahwa wajah kita bisa lebih baik lagi dengan berkonsultasi dengan ahlinya. 

Demikian pula dengan Psikolog. Kalau kita berkonsultasi dengan Psikolog, bukan berarti anak kita jelek-jelek amat, lho ! Tetapi kita menyadari bahwa anak kita bisa lebih baik lagi dengan berkonsultasi dengan ahlinya.

Selamat menemani anak.
Selamat menyelami ke-dalam-an pribadi anak kita.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----       
  •  Foto dan Tulisan oleh Constantinus.Ilmuwan Psikologi & Sarjana Perikanan Akuakultur. Anggota Himpunan Psikologi Indonesia no. 03-12C-0922.