Jumat, 07 Desember 2018

Menemani Anak : Belajar Ekologi supaya Tidak Menyebabkan Kebakaran !


"Apakah belajar tentang ekologi berguna untuk bekerja ?" begitu tanya seorang kenalan kepada saya.

Saya diam sejenak. Saya dulu belajar tentang ekologi ketika masih kuliah di Jurusan Perikanan, dan saya bekerja sebagai seorang psikolog. Tentu saja, saya kuliah lagi di S-1 dan S-2 Psikologi supaya bisa menjadi psikolog. Dan pertanyaannya adalah, "Apakah belajar tentang ekologi berguna untuk bekerja ?".

*****

 Gambar :
 Logo "Holiparent for Ecology" yang dibuat dan digunakan oleh Constantinus. 


Ekologi adalah ilmu tentang interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, dan interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya.

Lingkungan terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik adalah hewan, tumbuhan, mikroorganisme (virus, bakteri), dan juga manusia. Komponen abiotik adalah tanah, udara, air, kelembaban udara, suhu udara, bunyi, cahaya.

Saat masih kuliah di Jurusan Perikanan, saya belajar tentang Fisika Dasar, Biologi, Biologi Laut, Kimia Organik, Kimia Anorganik, Biokimia, Mikrobiologi, Klimatologi, Limnologi (Ilmu Perairan Tawar), Oseanografi (Dasar dan Lanjut), Planktonologi (Ilmu tentang Plankton), Algologi (Ilmu tentang Alga / "rumput laut"), Kesuburan Perairan, dan tentu saja Ekologi, Ekologi Laut, dan Ekologi Ikan.

*****

"Ya. Belajar tentang ekologi itu sangat berguna untuk bekerja," jawab saya mantap. "Meskipun saya bekerja bukan di perusahaan perikanan, meskipun saya bekerja sebagai praktisi psikologi".

Jawaban saya ini ternyata membuat kenalan saya nenjadi penasaran. "Kok bisa ?"

"Bisa saja," jawab saya. "Karena saya jadi mempunyai kesadaran yang mendalam dan sangat praktis bahwa karyawan antara lain sangat dipengaruhi oleh lingkungan biotik maupun abiotiknya supaya dia bisa produktif".

"Misalnya ?" tanya kenalan saya.

"Bahwa lingkungan biotik maupun abiotik yang tidak sehat berpengaruh pada kesehatan karyawan," jawab saya. "Kalau karyawan tidak sehat, maka dia tidak bisa produktif".

"Contoh konkritnya seperti apa ?" tanya kenalan saya.

"Suhu ruangan yang terlalu dingin, atau terlalu panas. Polusi udara. Atau polusi suara. Pencahayaan yang kurang atau berlebihan di tempat kerja. Dan masih banyak lagi," kata saya.

"Memangnya ada pengalaman tentang akibat jelek karena tidak paham ekologi ?" tanya kenalan saya lagi.

"Ada. Ada banyak," jawab saya. "Salah satunya adalah karyawan yang dikeluarkan dari perusahaan karena dia menyebabkab kebakaran di tempat kerjanya".

"Ceritanya bagaimana ?" tanya kenalan saya.

"Orang ini teledor, tidak mematikan alat listrik ketika dia pulang seusai jam kerja. Maka alat listriknya menjadi panas berlebihan, terjadilah hubungan pendek arus listrik yang menimbulkan api, dan terjadilah kebakaran," jawab saya. "Dalam hal ini, dia memang tidak memahami ekologi di tempat kerja, sehingga bertindak teledor. Dia tidak memahami bahwa dia berinteraksi dengan lingkungan biotik maupun abiotik di tempat kerjanya. Dia tidak bekerja sendirian".

*****

Gambar :
Logo Echopsychology yang dibuat dan digunakan oleh Constantinus. Di dalam lingkaran hijau yang melambangkan lingkungan yang asri, terdapat lambang "psi" yang umum dipakai para ilmuwan psikologi, dan tulisan "human beings & natural world" yang menunjukkan eratnya interaksi manusia dengan lingkungan biotik maupun abiotik"

Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak  pembaca setia blog inspirasi pendidikan kreatif "HOLIPARENT" yang terhormat,

Tentu saja, untuk mempelajari ekologi tidak harus kuliah di Jurusan Perikanan seperti saya. Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak dapat mempelajari ekologi dengan membaca buku maupun artikel di internet. Yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah tentang pentingnya mempelajari ekologi untuk memperkuat kesadaran tentang pentingnya lingkungan biotik dan abiotik bagi semua aktivitas (produktivitas) kita sebagai manusia. 


Gambar :
Anak berusia 8 tahun sedang melakukan praktikum mandiri di rumah tentang pertumbuhan tanaman. Foto dibuat tahun 2007. 

Tentu saja, kita juga harus menemani anak kita untuk mempelajari ekologi sejak masih di sekolah dasar, dengan melakukan kegiatan outdoor seperti memotret hal yang (kelihatannya) sederhana, seperti lumut, ujung akar pohon yang sedang tumbuh, tumbuhan bakau, asap kendaraan yang berwarna hitam, dan masih banyak lagi. Setelah itu, anak kita ajak ngobrol sambil melihat tulisan-tulisan tentang hal-hal tersebut di internet (lewat smartphone kita, misalnya). Dengan demikian anak akan memiliki pola pikir yang logis dan sistematis yang merupakan dasar dari pola pikir ilmiah bahwa manusia tidak bisa hidup, beraktivitas, dan berproduksi dengan baik kalau tidak didukung oleh lingkungan biotik dan abiotik yang baik. Dengan demikian, sejak dini anak memiliki kesadaran tentang menjaga lingkungan biotik dan abiotik. 

*****

Selamat menemani anak.

Selamat menemani akan mempelajari ekologi.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

----- oOo -----

Tulisan dan Foto oleh :
Constantinus, S.Pi, S.Psi, MM, MM, M.Psi, Psikolog
(Pemerhati Ecopsychology di Dunia Industri / Organisasi)

Model dalam Foto :
Bernardine Agatha Adi Konstantia
(saat ini mahasiswi S-1 Teknologi Pangan pada Universitas Katolik Soegijapranata Semarang)


Sekretariat 
skot.holiparent.com
 Jl. Anjasmoro V / 24 Semarang 50149
WA : 085 215 406 189
u/p. Susana, S.Pi, MM, M.Si
(Biopsychosocial)

HOLIPARENT SKOT-Parenting memberikan konsultasi & edukasi tentang parenting berbasis biopsychosocial & ecopsychology.