Jumat, 18 April 2014

Melihat Pelajaran dari Sisi yang Lain : Filsafat (tentang) Ilmu




Ibu dan Bapak Yth.,

Dalam beberapa diskusi dengan para orang tua, dan juga dalam banyak diskusi dengan para karyawan di berbagai perusahaan (mereka ini tentu saja sudah masuk kategori dewasa, karena itu mereka sudah bisa bekerja di perusahaan; setidaknya usia sudah 20-an tahun), saya "menangkap" pesan bahwa ada banyak anak-anak (termasuk yang sekarang sudah dewasa dan sudah bekerja di perusahaan sebagaimana saya sebutkan tadi) ketika belajar di sekolah merasa bahwa belajar itu adalah SUPAYA MENDAPAT NILAI BAIK KETIKA ULANGAN dan dinyatakan LULUS. Karena itu tidak mengherankan bahwa saya bertemu pelamar kerja (atau juga mahasiswa) yang kalau ditanya tentang pelajaran yang dulu dipelajarinya akan menjawab (dengan malu-malu) : LUPA ! Dan, salah satunya adalah tentang MATEMATIKA dan STATISTIKA.



Ibu dan Bapak Yth.,

Meskipun saya menjadi asisten kuliah Statistika pada saat masih belajar di Jurusan Perikanan Universitas Diponegoro tahun 1990-1991, bukan berarti saya ahli di bidang Statistika. Tetapi saya melihat bahwa paling tidak, prinsip-prinsip dasar seperti data BERDISTRIBUSI NORMAL, MEAN, MODUS, MEDIAN, UJI HIPOTESIS, TINGKAT KEPERCAYAAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN, adalah hal yang tidak dilupakan bagi siapapun yang sudah belajar tentang Statistika (beberapa hal itu sudah diajarkan sejak SMP dan SMA meskipun masih dimasukkan ke dalam pelajaran Matematika : (misalnya) tentang RATA-RATA dari sekumpulan data nilai ulangan siswa). Prinsip-prinsip dasar ini merupakan ALAT TEKNIS yang diperlukan ketika seseorang mengambil kesimpulan  / keputusan, ketika melakukan analisis dalam kehidupan / pekerjaan sehari-hari.



Ibu dan Bapak Yth.,

Memang, Statistika (seperti halnya Matematika) sering "ditakuti" oleh banyak orang. Saya tidak memungkiri hal ini. Tetapi, hal ini bisa DISIASATI dengan membaca buku-buku yang BERCERITA tentang SEJARAH dan juga tentang KEGUNAAN NYATA Matematika, Statistika, atau ilmu-ilmu lain yang selama ini "dipandang" tidak ada "ceritanya". Dengan mengetahui cerita-cerita tersebut, maka kita sebagai orang tua dapat MENEMANI ANAK untuk membaca bersama dan ngobrol dengan ASYIK tentang ilmu yang selama ini dipandang hanya  sekedar berisi hitung-menghitung saja. Dengan demikian, karena mengetahui SEJARAH dan KEGUNAANNYA secara NYATA, semoga anak-anak kita dan kita sebagai orang tua akan mempunyai PANDANGAN yang BARU bahwa ilmu-ilmu itu SUNGGUH NYATA KEGUNAANNYA dan MENYENANGKAN juga untuk dipelajari.



Ibu dan Bapak Yth.,

Sebagai contoh nyata, dalam tulisan kali ini saya tampilkan foto-foto dari beberapa buku yang saya maksud, yang dapat dijadikan sebagai BAHA OBROLAN SANTAI dengan anak di saat waktu senggang.

Selamat menemani anak.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa"

-----o0o-----

Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Ilmu Sosial. Praktisi Psikologi Industri dan Komunikasi. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia.

Dapat dihubungi lewat e-mail : constantinus99@gmail.com, HP : 082 322 678 579, FB : Si Jurai Constantinus. Alamat surat : Jalan Anjasmoro  V nomor 24 Semarang 50149.