Sabtu, 21 Juli 2012

"VOICE RECORDER" SEBAGAI ALAT BANTU BELAJAR ANAK



"Anak saya punya kemampuan verbal dan auditori yang bagus. Apa yang harus saya lakukan untuk mendukungnya ?" begitu (kira-kira) kata seorang ibu kepada saya. 


Ibu ini mengatakan (bahkan menunjukkan kepada saya) hasil asesmen psikologis anaknya oleh seorang Psikolog.


Tentu saja, Psikolog tersebut juga sudah memberitahu ibu itu tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan. Bahwa anaknya lebih suka mendengar cerita daripada membaca buku. Bahwa dalam hal belajar, anaknya juga lebih cocok kalau tidak "membaca" saja, tetapi juga dengan "mendengar".


Jadi, ibu ini saya pikir cuma sekedar ingin bercerita saja. Atau, sekedar ingin mendengar cerita saya tentang pengalaman saya pribadi. 


--------------------


Saya sendiri memang suka membaca. Tetapi, saya juga suka "mendengar".

Maksud saya, saya bukan hanya suka mendengar-kan musik. Tetapi kalau saya sedang belajar (= menghafal buku pelajaran), saya suka "menyuarakannya" keras-keras dengan mulut saya. Supaya telinga saya bisa mendengar. Kalau telinga saya bisa mendengar, saya bisa mudah menghafal. 

Karena saya punya kebiasaan ini, saya terbiasa juga menggunakan alat-alat perekam untuk membantu saya belajar. 

Sekarang ini, saya punya "tape recorder" seperti pada gambar di atas. Saya biasa merekam suara saya ketika membaca buku. Lalu, saya memutar kaset rekaman itu lagi.
 
(Jujur saja, waktu SMP dan SMA saya melakukannya bukan dengan "tape recorder" seperti tampak pada gambar di atas. Tetapi dengan "tape recorder" besar yang sudah kuno. Sayang, "tape recorder" kuno ini sekarang sudah tidak ada lagi. Kalau "tape recorder" pada gambar di atas, saya baru saja membelinya 2 atau 3 tahun lalu. Buat saya pakai, juga buat dipakai anak saya : merekam suara sendiri buat alat bantu belajar / menghafal).

--------------------

Bahkan, karena saya juga mulai merekam beberapa manuskrip buku yang saya sedang saya tulis, saya baru-baru ini juga membeli "voice recorder" seperti tampak pada gambar atas.


Berbeda dengan "tape recorder" yang merekam dengan media "kaset kosong", "voice recorder" ini merekam dengan media kartu elektronik. Kartu elektronik ini kemudian bisa dimasukkan ke dalam "card reader" dan kemudian di-copy-kan ke "notebook" / laptop / komputer (sekarang bisa juga di-copy-kan ke "tablet"). Jadinya, "voice recorder" memang lebih praktis untuk menyimpan rekaman-rekaman suara yang sudah saya buat.


Dan, anak saya juga biasa memakainya : "tape recorder" maupun "voice recorder". Untuk merekam suaranya sendiri ketika sedang belajar / menghafalkan pelajaran. Rekaman ini kemudian bisa diputar berulang-ulang, sehingga anak saya bisa belajar sambil mendengar-kan suaranya sendiri.

------------------

Saya tidak fanatik dengan merek "Sony". Tetapi kebetulan keduanya ----- "tape recorder" dan "voice recorder"  yang saya punya itu ber-merek "Sony".

Ini juga bukan bermaksud untuk beriklan. Ini sekedar memberikan contoh nyata saja. 

Harga "tape recorder" saya agak lupa. Kalau tidak salah, sekitar Rp 200.000 atau Rp 300.000-an.

Kalau harga "voice recorder" kira-kira Rp 800.000-an. Lebih mahal, tapi lebih praktis kalau untuk memindahkan rekaman ke "notebook" / laptop / komputer (atau sekarang juga bisa ke "tablet").

--------------------

Jadi, saya hanya sekedar bercerita tentang pengalaman saya pribadi kepada ibu ini. (Juga kepada seorang bapak yang kebetulan ikut mendengarkan percakapan kami berdua).

Saya setuju bahwa harga "tape recorder" dan harga "voice recorder" itu tidak murah. Tetapi, alat-alat ini memang bermanfaat dan sangat membantu orang-orang seperti saya dan juga anak saya. Orang-orang yang lebih mudah bisa belajar / menghafal dengan mendengar-kan. Termasuk seperti anak ibu yang dalam cerita di atas bercerita kepada saya.

Jadi, saya katakan bahwa harga mahal itu sebenarnya "relatif". Maksud saya, jangan hanya dilihat dari nominal rupiahnya saja, tetapi juga harus dilihat seberapa besar manfaatnya.

Apalagi, 'kan kita bisa menabung untuk membelinya. Atau, mumpung sebentar lagi kita mendapat Tunjangan Hari Raya, tidak ada salahnya THR ini kita sisihkan sebagian untuk membeli "tape recorder" atau "voice recorder" yang bermanfaat buat belajar anak kita.

--------------------

Selamat menemani anak.

Selamat menabung atau mengalokasikan dana untuk membeli alat yang berguna untuk mendukung belajar anak sesuai dengat bakatnya.

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

  • Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Praktisi Psikologi Industri dan Komunikasi Bisnis serta Penulis di media massa.