Bahkan sandal pun ada pasangannya.
Kalau pun dipakai berjalan, baiknya selalu berdampingan.....
--------------------
Hari
ini, 29 Juli, adalah Hari Ulang Tahun istri saya. Karena itu, Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Yth., ijinkanlah saya
untuk mengucapkan "Selamat Ulang Tahun" kepada istri saya. Kiranya
dia selalu dalam berkat dan lindungan Tuhan. Amin.
--------------------
Suatu
ketika, saya ke Matahari Simpang Lima di Semarang. (“Matahari” adalah nama super market-nya). Saya ke lantai 5 yang merupakan pusat penjualan komputer.
Tentu
saja, di lantai 5 ada banyak anak-anak
muda berlalu-lalang. Ada yang sekedar melihat-lihat komputer. Ada yang membeli
komputer baru. Yang membetulkan printer yang rusak atau sekedar memasang stiker
pelindung notebook juga ada.
Seperti
biasa, gaya anak-anak muda ini khas : gaya anak-anak muda yang
"melek" Teknologi Informasi / komputer.
Tentu
saja, ada juga orang-orang "pasca anak muda" seperti saya ini. Tetapi
memang kalah banyak dibandingkan dengan anak-anak muda itu.
--------------------
Nah,
pada saat saya mau masuk ke lift (dan turun ke lantai 1) setelah
puas jalan-jalan sekedar melihat-lihat komputer, pandangan mata saya tertuju
pada seorang bapak dan seorang anak perempuannya.
Anak
perempuan itu masih usia SD.
Adapun
bapak itu, dari pembicaraan, pakaian, dan bahasa tubuh terlihat sebagai
karyawan / pekerja "biasa saja". Maksud saya, beliau ini "bukan boss", "bukan manajer", atau sejenisnya.
Tentu
saja, saya bisa saja salah menilai orang. Tetapi pengalaman saya bekerja di
bidang marketing dan melayani konsumen selama 23 tahun (termasuk 10 tahun
terakhir menjadi konsultan dan praktisi legal dan psikologi industri), membuat
saya "terbiasa" menilai orang. Dan, cenderung tepat.
--------------------
Bapak
yang sederhana ini tampak begitu sayang kepada anaknya. Keduanya melihat-lihat
notebook di salah satu toko di sana. Menanyakan harga. Kemudian bapak dan anak
itu agak menjauh dari toko itu. Mereka tampak merundingkan sesuatu.
Tentu
saja, berunding tentang pembelian notebook untuk
sang anak.
--------------------
Tiba-tiba
saja merasa terharu. Dalam keterbatasan keuangan, bapak ini setia menemani
anaknya melihat-lihat dan mau membeli notebook. Dan sang anak juga tampak
menghargai orang tuanya.
Jujur
saja, saya sudah bertemu banyak
orang (entah itu bapaknya, entah itu ibunya, entah itu anaknya) yang
berkelimpahan dalam hal keuangan. Boleh dibilang, mereka ini punya banyak
komputer / notebook, yang bagi mereka bukan merupakan barang
mahal. Kalau beli, tidak usah berpikir panjang lebar.
Tetapi,
karena kelimpahan uang (dan juga fasilitas itu) saya tahu betul
justru bisa membuat hubungan orang tua dengan anak jadi tidak dekat.
Orang tua "terpaksa" sibuk bekerja (untuk mencari
uang), sehingga kekurangan waktu untu "menemani" anaknya.
Bahkan setelah jam kerja sekalipun. Bahkan di hari
libur kerja, orang tua juga ke-capai-an sehingga
merasa “butuh tidur / istirahat” sehingga tidak bisa menemani anaknya
jalan-jalan. (Saya sudah bertemu orang tua – orang tua
dengan tipe seperti ini).
Ini
berbeda sekali dengan yang saya lihat tentang "bapak dan anak yang dalam
kesederhanaanya meluangkan waktu bersama", dalam hal ini pergi ke toko
komputer.
--------------------
Saya
tiba-tiba merasa seperti
diingatkan. Untuk lebih banyak meluangkan waktu bagi anak. Untuk
lebih banyak memperhatikan dan membantu anak. Jangan sampai segala kelimpahan (uang dan fasilitas) yang ada justru menjauhkan saya dari anak saya, dengan berbagai
alasan klasik-nya : banyak
pekerjaan, mengejar promosi jabatan, dan sebagainya.
Saya
jadi merasa masih harus belajar dalam hal menemani anak.
Makanya, ketika anak saya (setelah itu) bertanya kepada
saya tentang PR (pekerjaan rumah), saya tiba-tiba saja menjadi lebih bersemangat untuk memberikan penjelasan / menemaninya belajar.
Artinya, saya memang sudah
terinspirasi oleh "pasangan bapak dan anak yang sederhana" di toko komputer itu.
--------------------
Selamat
menemani anak.
Kita
sebagai orang tua memang yang seharusnya menemani anak.
Bahkan dalam keterbatasan (uang maupun waktu) kita.
Pun, kalau kita punya uang, uang (yang banyak), uang itu
tidak bisa mewakili kehadiran kita dalam
menemani anak.
"Menemani
Anak = Mencerdaskan Bangsa".
-----o0o-----
- Foto dan tulisan oleh Constantinus Johanna Joseph, Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922. Sarjana di bidang Ilmu Alam dan Sarjana di bidang Ilmu Sosial. Magister Manajemen di bidang Marketing.