Gambar 1. Anak sedang asyik memotret tumbuh-tumbuhan di taman Candi Borobudur Semarang. Ini merangsang rasa ingin tahu anak tentang Ilmu Pengetahuan Alam dari pengamatan dan pengalaman praktis. (Ini adalah foto sungguhan, bukan model / peragaan).
Salah satu masalah saya dalam menemani anak muncul pada saat anak saya sedang libur sekolah.
Seperti saat ini, misalnya. Anak saya naik dari kelas VII (kelas I SMP) ke kelas VIII (kelas II SMP). Dia libur selama kurang lebih satu bulan lamanya.
Sedangkan saya bekerja. Juga istri saya.
Jadi, anak saya sehari-hari selama liburan hanya di rumah saja. Untunglah, dia masih punya buku-buku bacaan yang belum dibacanya. Maka, hari-hari liburnya diisi dengan membaca buku-buku itu.
Untung juga, dia senang menulis. Jadi, dia bisa mengisi hari-hari liburnya dengan menulis cerita menggunakan notebooknya.
Toh, saya tetap merasa bersalah juga. Tidak bisa mengajak anak piknis ke tempat yang jauh selama berhari-hari.
Jadi, setiap sore setelah pulang kerja saya selalu bersama istri mengajak anak berjalan-jalan. Meskipun tidak jauh-jauh. Hanya melihat-lihat Simpang Lima atau Jalan Pahlawan di malam hari, misalnya.
Tetapi, jujur saja. Rasa bersalah karena tidak bisa mengajak anak jalan-jalan ke tempat jauh selama berhari-hari itu tetap saja ada.
-----------------------
Hingga saya bersama istri dan juga anak saya membahas hal ini : bikin piknik tetapi tempatnya tidak usah jauh-jauh. Tujuannya ke tempat yang pernah didatangi juga tidak apa-apa. Yang penting bisa "melihat" sesuatu yang baru alias yang tidak biasanya. Sehingga tidak bosan.
Akhirnya, anak saya, istri saya, dan saya lagi-lagi piknik ke Candi Borobudur. Entah sudah berapa kali kami sekeluarga ke tempat ini.
Jujur saja, karena menurut kami tidak terlalu jauh, maka Candi Borobudur memang sering menjadi tujuan wisata kami sekeluarga.
Masalahnya, apa tidak muncul rasa bosan (di hati anak maupun orang tuanya) karena tempat wisata ini sudah dikunjungi sebelumnya (bahkan : berkali-kali) ?
Jawabannya adalah : tidak.
--------------------
Memang secara fisik kami sekeluarga sudah pernah berkali-kali ke Candi Borobudur. Dan kali inipun pikniknya ke tempat ini lagi.
Tetapi fokus pikiran kami tidak kami arahkan ke bangunan candi itu sendiri (yang sudah pernah kami perhatikan dalam piknik-piknik ke Candi Borobudur sebelumnya).
Fokus pikiran kali ini kami arahkan ke hal-hal lain yang ada di seputar bangunan candi itu.
Jadi, ya tidak bosan.
Contohnya, pada Gambar (1) di atas tampak anak saya sedang memotret tanaman-tanaman yang ada di taman Candi Borobudur.
Dia juga asyik memotret sarang semut yang ada di salah satu pohon di taman Candi Borobudur. Hasil fotonya terlihat pada Gambar (2) di bawah ini.
Gambar 2. Foto tentang rumah semut di salah satu pohon di taman Candi Borobudur. Foto seperti ini merangsang anak untuk selalu melihat Ilmu Pengetahuan Alam sebagai ilmu yang praktis dan menyenangkan, bukan semata-mata menghafal dari buku pelajaran sekolah.
Atau, kesempatan piknik di tempat yang sebelumnya pernah dikunjungi ini digunakan sebagai kesempatan anak untuk belajar secara praktis, yaitu untuk melatih ketrampilan sosial.
Artinya, dalam piknik ini anak ditemani dan diajak oleh orang tuanya untuk menyapa dan bercakap-cakap dengan berbagai orang yang bekerja di perusahaan pengelola Candi Borobudur.
Pada Gambar (3) di bawah terlihat anak berfoto bersama dengan Bapak Sukandi beserta istri dari Bapak Sukandi, setelah berbincang-bincang dengan Bapak Sukandi.
Bapak Sukandi adalah tukang potret di Candi Borobudur.
Tentu saja, Bapak Sukandi juga diminta memotret kami sekeluarga, dengan demikian beliau juga mendapatkan penghasilan / bayaran dari kami).
Gambar 3. Foto anak bersama dengan fotografer di Candi Borobudur. Ini merangsang anak untuk menumbuhkembangkan ketrampilannya dalam berhubungan dengan orang lain.
Piknik ini yang penting juga bisa membuat anak dan orang tua bisa tertawa terbahak-bahak bersama. Pertama, anak memberi aba-aba kepada ibunya untuk melompat. Kemudian anak memotretnya.
Hasilnya menyenangkan dan lucu. Dan kami sekeluarga tertawa terbahak-bahak bersama di pelataran candi. Kami tertawa bersama karena dalam foto yang dibuat anak saya itu, istri saya seolah-olah bisa terbang !
Mungkin, untuk fotografer profesional, hal seperti ini (freezing photo) adalah hal biasa. Tetapi bagi anak kami, ini sungguh luar biasa. Karena itu kami bisa gembira dan tertawa bersama.
Gambar 4. Anak memberi aba-aba kepada ibunya untuk melompat, kemudian memotretnya. Hasilnya, ibunya terlihat seolah-olah bisa terbang. Anak dan ibunya gembira. Mereka tertawa terbahak-bahak bersama. Bukankah piknik itu yang penting bisa merasa gembira ? Bukan harus pergi ke tempat yang jauh atau mahal ?
Bahkan, kemudian giliran anak saya yang minta dipotret ketika sedang melompat.
Hasilnya ? Dalam Gambar (5) dan Gambar (6) di bawah ini, anak sepertinya bisa terbang dengan menggunakan tenaga dalam.
Kami pun tertawa terbahak-bahak bersama lagi. Dan anak terlihat begitu gembira, dia terlihat seperti bisa terbang menggunakan tenaga dalam !
Gambar 5 (atas) dan Gambar 6 (bawah). Kali ini, giliran anak diberi aba-aba oleh saya untuk melompat, kemudian saya foto. Hasilnya, anak seperti bisa terbang / melayang di udara. Anak, ibu, dan ayahnya bisa tertawa gembira bersama. Gembira bersama inilah tujuan piknik. Tidak harus mahal-mahal. Tidak harus jauh-jauh.
Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak pembaca setia "Blog Holiparent" yang terhormat,
Demikianlah sharing hari ini. Intinya, kita semua dapat tetap mengajak dan menemani anak untuk piknik ke tempat yang pernah dikunjungi itu sah-sah saja. Asalkan anak dan juga orang tua menjadi bahagia bersama.
Dan supaya tidak bosan, maka orang tua harus pintar-pintar mencari hal apa saja yang ada di tempat tujuan wisata itu, yang bisa diramu menjadi hal yang menyenangkan untuk anak.
Ini bisa berarti bahwa anak bisa saja memilih untuk memotret-motret tumbuhan dan sebagainya di situ.
Ini bisa juga berarti bahwa anak bisa berbincang-bincang dengan siapa saja yang ditemuinya di tempat wisata itu, sehingga meningkatkan ketrampilannya dalam berhubungan sosial dengan orang lain (hal ini nantinya sangat penting pada saat dia sudah memasuki dunia kerja).
Atau, ini berarti bahwa anak dan orang tuanya membuat foto-foto lucu yang bikin geli dan tertawa terbahak-bahak bersama.
Selamat menemani anak.
Selamat berkegiatan dan menemani anak.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
-----o0o-----
- Foto nomor 2 dan 4 oleh Bernardine Agatha, siswi kelas VIII SMP Pangudi Luhur Domenico Savio Semarang.
- Foto nomor 1, 3, 5 dan 6 oleh Constantinus.
- Tulisan oleh Constantinus, Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Alumni Psikologi Indonesia nomor 03-12D-0922, Sarjana bidang Ilmu Alam dan Sarjana bidang Ilmu Sosial.