Mengamati lingkungan sekitar merupakan awal dari pola pikir ilmiah. Anak yang sudah pernah melakukan Praktikum Mandiri akan secara otomatis merasa tertarik untuk mengamati apa saja di lingkungan sekitarnya, dan memikirkannya "lebih mendalam dari orang lain", sehingga memiliki pemikiran dan pemahaman yang lebih berkembang.
Foto ini dibuat oleh seorang anak yang merasa tertarik dengan tingkah laku anak kucing di rumahnya. Orang tuanya tidak tahu-menahu tentang kegiatan memotret ini.
----------
Terima kasih kepada Psikolog Probowatie Tjondronegoro dari Rumah Sakit Elizabeth Semarang yang memberikan atensi atas tulisan pada blog ini edisi 22 Juni 2012.
Psikolog Probowatie men-sharing-kan pengalaman beliau bahwa kepada anak-anaknya dan juga kepada para mahasiswanya selalu diingatkan bahwa membaca buku pelajaran itu sama dengan mambaca buku komik. Yang penting harus ada rasa senang, harus ada rasa suka, jadi selalu dibawa dan dibaca berulang-ulang. Tidak usah (dipaksakan) untuk dihafalkan. Kalau sudah dilandasi dengan rasa senang, kalau sudah dilandasi dengan rasa suka, dan karena itu dibaca berulang-ulang, maka tidak usah dihafalkan juga akhirnya hafal dengan sendirinya.
Semoga sharing dari Psikolog Probowatie Tjondronegoro ini bermanfaat bagi kita semua.
--------------------
Beberapa pembaca blog ini mengirimkan pesan kepada saya lewat SMS di 085 741 6400 99. Intinya, minta supaya ada tulisan tentang mengisi kegiatan liburan sekolah. Saya mengucapkan terima kasih atas atensi yang diberikan.
Memenuhi pesan dari para pembaca yang terhormat, kali ini saya akan menuliskan tentang menemani anak mengembangkan pola pikir ilmiah lewat praktikum mandiri yang menyenangkan.
Yang namanya praktikum itu tidak harus dengan zat berbahaya, tidak harus di laboratorium.
Yang namanya praktikum itu adalah melakukan pengamatan yang dilakukan secara teratur dan berulang. Jadi sudah direncanakan kegiatannya, bukan cuma kebetulan atau iseng-iseng saja.
Nah, pengamatan seperti ini dapat dilakukan dengan mudah dan menyenangkan menggunakan kamera digital. Foto-foto yang dihasilkan kemudian di-print dan dijilid disertai dengan uraian kalimat yang menjelaskan tentang tanggal berapa penelitian ini dilakukan, apa saja yang dilakukan selama penelitian ini, dan apa hasil yang didapat.
Anak akan merasa senang, bahkan takjub dengan foto-foto hasil penelitian mandiri seperti ini. Tentu saja, peranan ork ang tua sangat penting dalam menemani dan memberikan bantuan seperlunya.
--------------------
"Bukankah gambar atau foto seperti ini juga sudah ada di buku-buku pelajaran sekolah ?"
Barangkali di dalam hati kita muncul pertanyaan seperti ini.
"Lalu, apa gunanya repot-repot melakukan penelitian ilmiah sendiri ?"
Melakukan penelitian ilmiah secara mandiri (bukan karena disuruh oleh sekolah) membuat anak memiliki kemampuan konseptual dan kemampuan teknis. Hal ini tidak akan didapatkan anak kalau anak sekedar menghafalkan gambar / foto di buku pelajaran. Selain itu, anak juga menjadi pribadi yang produktif dengan membuat / menghasilkan foto-foto sendiri, bukan menjadi pribadi yang konsumtif yang hanya menerima dan menghafalkan foto-foto dari buku pelajaran.
Ketika anak melakukan penelitian tentang pertumbuhan kecambah taoge misalnya, anak sudah mengembangkan kemampuan konseptual dengan membuat disain penelitian. Misalnya : "Saya akan melihat apa bedanya pertumbuhan kecambah taoge di media kapas yang disiram air, dengan pertumbuhan kecambah taoge di media pupuk kandang yang disiram air setiap".
Setelah itu, anak juga mengembangkan kemampuan teknis. Anak harus memilih dan mengadakan wadah apa sehingga mudah untuk diamati / difoto perkembangan akarnya. Dalam hal ini dipilih gelas plastik bekas wadah air minum mineral.
Anak juga harus berpikir, alat apa yang digunakan untuk menyirami media dengan air. Dalam hal ini dipilih alat suntik yang jarumnya dilepas. Alat suntik dipilih karena bisa mengeluarkan air sedikit-sedikit, sehingga tidak merusak pertumbuhan akar, batang, dan daun dari kecambah taoge yang diteliti.
Anak juga harus berpikir, kapan harus disirami air dan berapa banyak. Ini semua mengasah kemampuan berpikir teknis anak, karena di buku pelajaran tidak dituliskan hal-hal teknis seperti ini.
Anak juga belajar untuk disiplin. Setiap pagi harus menyirami dengan air. Setiap pagi dan sore harus mengamati dan memotret dengan kamera digital. Bahkan anak juga harus mencari akal untuk memotret dari sudut pandang mana saja sehingga foto yang dihasilkan memberikan gambar yang jelas. Anak berlatih untuk "tidak asal kerja", "tidak asal memotret", tetapi "melakukan yang terbaik".
Selain itu, anak juga melatih diri untuk menghargai waktu. Dengan melakukan praktikum mandiri seperti ini, anak mendapatkan pengalaman bahwa ketika waktu berlalu, kecambah taoge selalu tumbuh dan karena itu berubah. Kalau anak melepaskan momen baik ini, misalnya dengan kelupaan memotret pada hari tertentu, maka kondisi yang terlewatkan itu tidak akan dapat diulang lagi. Karena semuanya selalu berjalan seiring waktu.
--------------------
Meskipun biasanya anak yang memotret kegiatan penelitiannya, orang tua juga dapat menemani anak dengan memotret anak bersama unit-unit penelitiannya. Ini akan membuat anak memiliki kenangan indah sekaligus bangga pada penelitian ilmiahnya.
Dalam penelitian mandiri, anak bebas melakukan penelitiannya sendiri (karena bukan merupakan tugas sekolah). Peranan orang tua dalam menemani anak sangat perlu, misalnya dalam hal memotret pertumbuhan kecambah taoge ini. Dengan demikian anak memiliki kemampuan konseptual dan kemampuan teknis tentang bagaimana caranya memotret (sebagai kegiatan mengumpulkan data penelitian).
Foto di atas diambil pada tanggal 19 Agustus 2007 (malam hari).
Foto di atas diambil pada tanggal 19 Agustus 2007 (malam hari).
Anak harus mendisiplinkan diri dalam melakukan penelitian mandiri. Selain harus menyirami dengan air setiap pagi, juga harus melakukan pencatatan tentang pertumbuhan kecambah taoge, dan melakukan pemotretan.
Foto di atas diambil pada tanggal 21 Agustus 2007 pagi hari. Sedangkan foto di bawah diambil pada tanggal 21 Agustus 2007 malam hari.
(Catatan : foto-foto ini bukan berasal dari satu unit penelitian / perlakuan yang sama. Foto ini hanya sekedar contoh tentang foto-foto yang dilakukan dalam penelitian mandiri).
Foto di atas diambil pada tanggal 21 Agustus 2007 pagi hari. Sedangkan foto di bawah diambil pada tanggal 21 Agustus 2007 malam hari.
(Catatan : foto-foto ini bukan berasal dari satu unit penelitian / perlakuan yang sama. Foto ini hanya sekedar contoh tentang foto-foto yang dilakukan dalam penelitian mandiri).
--------------------
Pada awalnya, anak memang perlu didukung dan ditemani untuk melakukan penelitian mandiri. Untuk mengamati lingkungan sekitar. Untuk mendokumentasikannya. Kemudian untuk mengolahnya. Entah dalam bentuk tulisan (misalnya jadi bahan cerita pendek) atau untuk didiskusikan dengan orang tuanya.
Yang jelas, anak sudah tahu bahwa belajar itu bisa juga dari lingkungan (dengan pengamatan dan mendokumentasikan gambar / memfoto), dan tidak semata-mata dari menghafal buku pelajaran. Ketika anak sudah dapat merasakan ini, maka belajar menjadi lebih menyenangkan karena secara nyata ada kaitannya / manfaatnya dengan kehidupan sehari-hari.
Anak yang terbiasa untuk mengamati dan berpikir ilmiah akan melihat tingkah laku anak kucing dari "sudut pandang berbeda". Semua orang memang tertarik dengan tingkah laku anak kucing yang lucu. Tetapi anak yang biasa mendokumentasikan / memfoto lingkungan sekitar akan memotret tingkah laku anak kucing, dan kemudian membaca-baca buku tentang tahap=tahap perkembangan mamalia. Dengan orang tuanya anak ini akan berdiskusi tentang anak kucing yang gemar bermain (kegiatannya cuma bermain sepanjang hari), dan orang tuanya bisa memberikan tambahan pengetahuan (secara santai, sambil ngobrol-ngobrol) tentang sifat hereditas (sifat yang diturunkan) pada makhluk hidup. Dari sini, orang tua bisa mengajak anak belajar tentang Biologi tanpa harus menghafal dari buku. Sambil ngobrol, bisa juga membuka internet untuk mencari bahan obrolan yang terkait dengan anak kucing, sifat menurun pada makhluk hidup, atau biologi pada umumnya.
Anak bahkan bisa saja memotret hal-hal yang tidak lazim, tetapi memang ini merupakan bagian dari proses belajarnya. Orang tua harus bisa menghargai ini, karena bagaimanapun ini adalah proses belajar yang aktif dan kreatif.
Foto-foto di bawah ini diambil oleh anak secara mandiri (tidak didampingi orang tua). Ini adalah foto-foto tentang "bagaimana siput berjalan".
Unik dan menarik.
--------------------
Selamat menemani anak.
Selamat mendukung anak untuk mengisi liburan sekolah dengan hal-hal yang kreatif, produktif, bermanfaat.
Selamat menemani anak untuk belajar dari lingkungan secara menyenangkan dengan praktikum mandiri.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
-----o0o-----
- Foto-foto oleh B. Agatha Adi K. Kecuali foto tentang Agatha dan unit penelitiannya oleh Constantinus.
- Tulisan oleh Constantinus. Ditulis berdasarkan pengalaman nyata.
- Constantinus adalah Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12C-0922. Sarjana Ilmu Alam dan juga Sarjana Ilmu Sosial (selain menjadi Sarjana Psikologi). Menjadi Guru Les Matematika dan IPA sejak tahun 1989 (setelah lulus dari Jurusan Fisika SMA Kolese Loyola).