Sabtu, 16 Juni 2012

MENEMANI ANAK dalam "MENCIPTAKAN" SUASANA BELAJAR



"Bagaimana caranya supaya konsentrasi belajar anak meningkat ?"

Pertanyaan seperti itu sering dilontarkan kepada saya, sejak saya masih menjadi Guru Les Matematika dan IPA di tahun 1989.
Berdasarkan pengalaman saya pribadi, saya katakan bahwa sebelum belajar memang anak harus menyiapkan diri pribadi dan alat tulis / buku-buku serta ruang / meja belajar supaya rapi dan siap untuk belajar. Termasuk makanan dan minuman seperlunya. 

Yang saya sebut rapi dan siap untuk belajar adalah : pensil harus sudah diraut runcing. Sehingga ketika belajar, anak tidak mencari-cari rautan pensil kemudian sibuk meraut pensil. Ini mengganggu konsentrasi belajar.

Juga televisi. Apabila Ibu dan Bapak sedang menonton televisi padahal anak sedang belajar, maka suara televisi supaya "dikecilkan". Dimatikan lebih baik. Demi konsentrasi belajar anak, orang tua dapat mendukung dengan cara sederhana saja, yaitu tidak usah nonton televisi pada saat anak sedang belajar. 

Sekedar untuk diketahui, anak saya, istri saya, dan saya sendiri sejak tahun 2009 boleh dikatakan jarang menonton televisi. (Saat itu anak saya mulai masuk kelas 5 SD). Kami hanya menonton televisi rata-rata 1 (satu) jam setiap harinya. Dan kami baik-baik saja.  Saya pribadi sering kali tidak nonton televisi selama berhari-hari. Tidak ada masalah. :-)

Apakah anak tidak protes ?  Jawabnya adalah tidak. Padahal, dulunya anak saya selalu nonton televisi, setiap saat, setiap hari. Yang penting adalah orang tua bisa menjelaskan manfaatnya (tidak nonton televisi) dan secara konsisten juga menemani (untuk tidak nonton televisi).

--------------------


Ini adalah pengalaman pribadi yang saya "temukan" sendiri pada saat saya masih di SMA Kolese Loyola Semarang. Tepatnya menjelang Ujian Akhir SMA. Dan pengalaman ini yang kemudian saya sarankan kepada anak saya sejak dia masih SD sampai sekarang.

Hasilnya baik. Artinya, bisa mendukung konsentrasi belajar. 

Apa itu ?

Musik instrumental untuk "menciptakan" suasana belajar. Dan seperti biasanya, dalam blog ini saya memberikan contoh yang nyata. 

Salah satu musik instrumental yang saya pakai adalah lagu-lagunya  Jubing.  Lagu-lagunya membuat pikiran dan hati jadi tenang. Dan konsentrasi belajar menjadi penuh.

Sampul albumnya saya tampilkan pada gambar di atas.

--------------------




Selain Jubing, lagu-lagu klasik seperti karya  Mozart, Bach, Handel, juga dapat dipakai untuk "menciptakan" suasana belajar. 

Saya sendiri pada saat Ujian Akhir SMA kalau belajar diiringi Handel

Karena saya suka belajar wayangan (= belajar semalam suntuk sebelum ujian; beberapa orang menyebutnya "SKS" alias "Sistem Kebut Semalam") , maka musik Handel ini menjadi teman saya "wayangan". 

Saya belajar 50 menit sambil mendengarkan Handel. Kemudian istirahan 10 menit sambil tiduran di kasur dan tetap mendengarkan musik Handel. Saya pasang jam beker supaya tidak ketiduran.

Lalu ketika jam beker berbunyi, saya bangun lagi. Belajar lagi 50 menit sambil mendengarkan Handel. Lalu istirahat 10 menit lagi sambil tiduran dan tetap mendengarkan Handel. 

Begitu seterusnya.

Sampai materi pelajaran habis saya pelajari dengan "wayangan".

(Bukan maksud saya untuk mengatakan bahwa belajar gaya "wayangan" atau "SKS" itu baik. Tetapi memang saya harus jujur mengakui bahwa saya tidak mampu melepaskan gaya belajar ini. Jadi, saya hanya ingin berkata jujur saja).

--------------------


Tentu saja, tidak harus pakai musiknya Jubing atau Handel. Pakai musik yang lain juga tidak masalah, yang penting bisa membuat pikiran menjadi tenang dan fokus pada pelajaran yang sedang dipelajari. Musik-musik rohani juga cocok dipakai untuk "menciptakan" suasana belajar (sesuai agama dan kepercayaan masing-masing). (Saya pernah menuliskan hal ini di blog ini sebelumnya).

Saat ini, sudah kira-kira 3 tahun lamanya, anak saya biasa belajar sambil mendengarkan Mozart atau Bach. Dulu, memang saya yang mengajaknya "mencoba" belajar sambil mendengarkan musik-musik jenis ini. Tapi kemudian anak saya sendiri yang minta saya temani beli kaset / VCD lagu-lagu klasik / instrumentalia untuk "iringan" belajar. 

Jadi, anak memang sudah merasakan manfaatnya. Artinya, nilai-nilai ulangan juga baik, karena belajar lebih tenang dan fokus. Belajar jadi lebih menyenangkan dan tanpa beban.

--------------------

Selamat menemani anak.
Selamat "menciptakan" suasana yang mendukung belajar anak.

Oh iya, anak saya biasanya juga minta supaya di meja belajarnya disediakan segelas susu coklat dan makanan kecil. Tidak apa-apa. Asal jangan tumpah di atas meja :-)

"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".

-----o0o-----

  • Tulisan dan foto oleh Constantinus. Ilmuwan Psikologi anggota Himpunan Psikologi Indonesia nomor 03-12C-0922. Lulus dari Jurusan Fisika SMA Kolese Loyola tahun 1989. Kemudian jadi Guru Les Matematika dan IPA sambil kuliah di Perikanan Undip sampai lulus Cumlaude sebagai Sarjana Akuakultur tahun 1995. Pernah kerja jadi Pegawai Tetap di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dengan Nomor Pokok Pegawai Tetap 21375 untuk Transaksi Luar Negeri / Ekspor-Impor. Pernah kerja di Texmaco Group Jakarta di bagian Marketing Ekspor. Sekarang (sejak tahun 2002) jadi praktisi psikologi industri / komunikasi & konsultan hukum.