"TRANSAKSI JUAL BELI"
Seorang Ibu sedang menjaga stand pameran makanan dari jagung
dalam salah satu kegiatan di Kota Semarang
Seorang Ibu sedang menjaga stand pameran makanan dari jagung
dalam salah satu kegiatan di Kota Semarang
Kreativitas dalam bidang sosial / perilaku dapat "dipancing" lewat kegiatan transaksi jual beli barang atau jasa. Dalam proses tawar-menawar harga barang / jasa, maka anak akan melihat bahwa "ternyata ada kegiatan (omong-omong) seperti ini". Anak yang memang memiliki kreativitas dalam bidang sosial akan menikmati dan bahkan mengembangkan kemampuan ini. Misalnya, ada anak yang secara suka rela dan dengan inisiatif sendiri berjualan bakso buatan sendiri kepada teman-teman sekolahnya (ini dijalani oleh anak saya sewaktu sekolah di SD PL Bernardus Semarang). "Bagaimana bisa menawarkan barang dagangan", "bagaimana bisa menjual barang dagangan", itulah kreativitas yang bertumbuh dan berkembang dalam diri anak selama proses transaksi jual beli.
"BERMAIN ALAT MUSIK"
Ada berbagai macam alat musik. Kita sebagai orang tua jangan memaksakan diri untuk membeli alat musik yang mahal. Yang sederhana saja tidak masalah. Kalau anak memang memiliki bakat kreatif di bidang alat musik, dengan alat musik yang sederhana pun dia akan mampu memainkan bahkan menciptakan lagu-lagu baru.
Sebaliknya, meskipun orang tua membelikan alat musik yang mahal, apabila anak tidak memiliki bakat kreatif di bidang musik, maka anak akan memainkan alat musik itu dalam suasana keterpaksaan. Padahal, kreativitas muncul dalam kebebasan dan kesenangan, bukan keterpaksaan.
"MENGENALKAN DUNIA FOTOGRAFI"
Kamera yang dikenalkan kepada anak boleh apa adanya. Kamera HP juga bisa. Tidak harus yang canggih-canggih dan mahal-mahal. Tetapi anak memang juga harus dikenalkan dengan teori-teori dasar memotret. Tentang warna. Tentang komposisi. Dan sebagainya.
Kalau kita mengajak anak ke toko buku, dan anak kita tertarik dengan buku-buku fotografi, itu pertanda ada benih-benih kreativitas di bidang ini. Tentu saja, tidak perlu beli buku yang mahal-mahal. Kalau tidak punya uang, baca-baca di toko buku juga boleh (tapi jangan kelamaan....nanti kena tegur pegawai tokonya...). Yang penting, apa yang tertulis di buku segera dipraktekkan. Sebab, tidak ada kreativitas yang hanya berkutat pada teori saja. Kreativitas selalu muncul dalam praktek. Teori memang perlu, tetapi itu sebagai dasarnya saja.
"PERALATAN MELUKIS"
Peran orang tua dalam menemani anak untuk menumbuhkembangkan kreativitasnya sebenarnya ada pada memperkenalkan berbagai hal kepada anak, dan melihat bagaimana reaksi ketertarikan anak pada masing-masing hal tersebut.
Anak yang berbakat kreatif di bidang melukis, akan tergila-gila dengan segala sesuatu yang digunakan untuk melukis. Sebaliknya, anak yang tidak berbakat kreatif di bidang melukis, tidak akan terlalu asyik dengan alat lukis yang ada (walaupun sudah dibelikan lengkap oleh orang tuanya).
Anak yang berbakat kreatif di bidang tertentu, akan secara ulet mencari alat-alat untuk mengembangkan bakat kreatifnya itu, sekalipun dia tidak memiliki alat itu (karena orang tuanya tidak mampu membelikan, misalnya). Saya akan memberikan contoh nyata tentang hal ini.
Ada seorang anak. Dia dibesarkan dalam keluarga yang harmonis tetapi secara keuangan sangat pas-pasan (= miskin). Pada saat anak ini berusia 6 tahun dan belum lancar baca tulis, suatu ketika ayahnya membawa pulang mesin ketik manual yang dipinjam dari teman kantornya. (Saat itu, di tahun 1976, mesin ketik termasuk barang mewah dan mahal. Setidaknya untuk keluarga si anak miskin ini).
Anak yang masih berumur 6 tahun ini begitu terkesan dengan mesin ketik itu. Tentu saja, oleh orang tuanya dia dilarang dekat-dekat dan tidak boleh pegang-pegang mesin ketik itu, karena ayahnya takut kalau mesin ketik pinjaman ini jadi rusak. (Pola pikir sederhana, khas dari orang yang tidak punya mesin ketik). Karena dilarang, maka anak ini makin kagum dengan mesin ketik manual itu. Tetapi sebagai anak yang taat, dia tidak berani pegang-pegang. Takut kalau nanti jadi rusak.
Tetapi dalam diri anak 6 tahun itu muncul pertanyaan, "Bagaimana caranya mesin ketik itu bisa menulis huruf besar dan huruf kecil secara bergantian ?" Ini mungkin pertanyaan yang sangat lugu. Tetapi ini menunjukkan minat yang begitu besar dari anak 6 tahun itu tentang mesik ketik manual dan penggunaannya.
Tahun - tahun berlalu. Anak itu mulai masuk Sekolah Dasar. Kemudian masuk Sekolah Menengah Pertama. Di SMP inilah, dia mulai berani pinjam mesin ketik di ruang Tata Usaha sekolahnya untuk mengetik cerita pendek (cerpen). Juga meminjam mesin ketik milik temannya. Karena mesin ketik (sekali lagi) saat itu (sekitar tahun 1980-an) masih merupakan barang mahal, anak itu terpaksa mengetik cerita-cerita pendek dari satu tempat ke tempat lain, yang ada mesin ketiknya.
Apakah dia malu atau minder ? Tidak. Dia selalu berkata bahwa ARSWENDO ATMOWILOTO, penulis idolanya, di awal karir kepenulisannya juga pinjam-pinjam mesin ketik di kantor kelurahan. Karena tidak mampu beli mesin ketik. Jadi, anak ini tidak malu, tidak minder. Demi mengetik cerita pendek, dia rela nongkrong dari rumah teman yang satu ke rumah teman yang lain, hanya untuk mengetik dengan mesin ketik pinjaman.
Sampai SMA dia masih pinjam-pinjam mesin ketik. Sementara itu, tulisan-tulisannya sudah mulai dimuat di media massa. Dia mulai bisa menabung, juga dari uang jajannya dia menabung. Dia rela untuk tidak jajan demi menabung untuk membeli mesin ketik. Akhirnya, pada saat kelas III SMA, di tahun 1988, dengan uang tabungan Rp 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) dia membeli sebuah mesin ketik kualitas rendah di sebuah toko. Dia senang bukan main, meskipun itu bukan mesin ketik kualitas bagus. Karena akhirnya dia bisa punya mesin ketik sendiri !
Dengan mesin ketik itu, kemudian dia bisa menghasilkan banyak tulisan. Di muat di berbagai media massa. Dan ketika zaman berubah, dia memang sekarang (harus) mengetik dengan komputer / notebook / tablet. Tetapi mesin ketik manual itu masih disimpan baik-baik. Dirawat baik-baik. Sebagai kenang-kenangan perjuangan di masa-masa awal dia jadi penulis.
Dari cerita nyata tersebut di atas, terlihat bahwa ada orang tua yang secara tidak sengaja mengenalkan anaknya pada mesin ketik. Karena si anak ini memiliki bakat kreatif di bidang tulis-menulis, maka anak ini berjuang mencari jalan sehingga bisa menulis dengan mesin ketik. Meski untuk itu dia harus pinjam sana - pinjam sini, karena orang tuanya tidak mampu untuk membeli mesin ketik. Bahkan yang bekas pun tidak mampu beli.
Demikianlah cerita nyata tentang bagaimana pentingnya orang tua mengenalkan sesuatu kepada anak untuk menumbuhkembangkan kreativitas anak (meskipun hanya dengan barang pinjaman). Semoga Tuhan Yang Mahaesa memberkati dan melindungi semua niat baik kita, untuk menemani anak dalam bermain dan belajar. Demi menumbuhkembangkan kreativitas anak.
Selamat menemani anak. Dalam bermain. Dalam belajar.
"Menemani Anak = Mencerdaskan Bangsa".
-----o0o-----
- Foto dan tulisan oleh Constantinus dari Tim Holistic Parenting.
- Cerita tentang anak kecil umur 6 tahun, yang miskin dan sangat mengagumi mesin ketik itu adalah kisah nyata. Saya tahu benar cerita itu, karena....anak itu adalah saya.
- Lewat tulisan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
- Almarhum Papah Joseph, yang sudah mengenalkan benda bernama mesin ketik kepada saya di tahun 1976...saat saya berumur 6 tahun.
- Juga kepada Almarhumah Mamam Johanna yang mendukung saya untuk tidak malu meminjam mesin ketik. Kata Mamam, "Karena memang kita orang miskin, kalau malu pinjam, ya kamu tidak bisa mengetik".
- Meneer Tjiam Tjien See, tetangga di seberang rumah Jalan Sriwijaya Semarang, yang rela meminjamkan mesin ketiknya yang kuno. Yang terbuat dari besi semua. Kalau dibawa, beratnya minta ampun. :-)
- Karyawan Tata Usaha SMP Santo Bellarminus, Jalan Tegalsari VIII Semarang, tempat saya bersekolah. Terima kasih sudah mengijinkan saya mengetik cerita pendek di TU pada setiap jam istirahat.
- Almarhum Pak Narto dan kepada Mas Thomas Supriyadi. Saya senang banget setiap kali diijinkan meminjam mesin ketiknya... untuk saya bawa pulang ke rumah saya...dan dalam 1 X 24 jam sudah saya kembalikan. Meskipun jarak rumahnya jauh, dan saya harus membawanya jalan kaki, toh saya senang bukan main setiap kali dipinjami mesin ketik. Terima kasih atas kebaikannya. :-)